Berhadapan dengan bocil sangat merepotkan, muka polos nan imut seringaian gigi putih susu, bibir mungil kedua mata berkedip mencari penjelasan lewat netra sipit calon bosnya.
Ingin rasanya meraup nya lalu masukkan ke dalam karung ia bawa pulang.
Hmm...
'Kenapa harus gadis kecil ini.' mengamati pergerakan jari jemari mungil.
"Begini biar saya jelaskan. Kau dengarkan baik baik, sebelum itu saya mau bertanya padamu." Arumi mengangguk patuh.
'Kenapa aku merasa dia mirip seseorang. Tapi siapa.' gumam dalam hati.
Hesti menyenggol lengan temannya agar serius.
"Apaan sih, emang aku calon peserta didik main senggol aja." sewot nya.
Meskipun sudah menikah sifat kekanak kanakan belum hilang, sedari dulu selalu dimanja oleh ayahnya.
Putra sebagai sosok suami yang harusnya membimbing istrinya malah bersikap acuh dan memilih wanita lain jelas jelas bukan mahrom nya.
"Anda mau tanya apa. Identitasku, kurasa kau sudah tau, biar aku perkenalkan diri." mengeluarkan kartu biru dari balik dompetnya.
"Kemarilah, saya ingin melihat dengan jelas." suruh nya mengayunkan jari telunjuk.
Bangkit kemudian duduk di samping Daniel, lelaki itu menggeser posisi lebih dekat terkesan cari kesempatan.
'Dasar modus. Ampun deh, polos banget... sahabat gue.' batin Hesti geleng geleng lelaki yang notabene teman karib kakaknya malah secara terang terangan mengagumi kecantikan Arumi.
"Baiklah. Kamu cantik, sesuai tipe, maksudku." gumam Daniel memberikan map berisi surat perjanjian kerja.
"Jika ada poin tidak sesuai kita bisa diskusikan bareng." sambung nya.
Tidak bisa dibaca antara serius dan senang mimik wajah gadis kini garuk garuk kepala.
'Wah, sepertinya dia bukan orang sembarangan. Kerja ringan gaji sultan, bisa cepat kaya, aku terima aja kali ya, lumayan buat modal usahaku nanti aku tinggal bayar orang untuk cari ayah, tapi aku.'
'Dia mau kasih uang muka gak ya. Masa belum kerja udah minta DP apalagi kalo harus minta sama suami, boro boro! dia aja benci banget sama ayah.'
"Oke deal." jawab Arumi mantap.
Kurang lebih setengah jam ketiganya selesai bicara setelah dapat persetujuan oleh pihak kedua, pihak pertama yang menawarkan kerja setuju tentang persyaratan dan perjanjian antara mereka.
Tangan keduanya saling terulur tanda persetujuan. "Deal. Besok jam delapan tepat kau datanglah ke alamat ini." ujar Daniel memberikan kertas bertuliskan tinta hitam.
"Kalau begitu saya pergi dulu. Oh iya." mengangkat tangan.
Pelayan wanita langsung datang menghampiri. "Kau berikan apapun yang mereka mau." lirih Daniel diangguki nya.
"Loh, dia."
"Yeah! makan enak. Kita nikmati aja mumpung gratisan, disini makanan nya enak enak lho! mba buku menu dong." pinta Hesti.
Pletak
"Huuh, isi otakmu makan mulu." cibir Arumi.
"Ih, apaan sih. Perutku butuh nutrisi kalee... emang kau tidak lapar, cacing perutmu bunyi tuh dari tadi." celetuk Hesti.
"Saya mau semua menu disini." ucap pada pelayan pria.
Tidak butuh waktu lama hidangan tersaji diatas meja bundar besar khusus pelanggan VIP sengaja dipindahkan ke hadapan tamu spesial tuan nya.
"Harus banget mba bawa meja segede gaban kesini. Ini juga ngapain pesan makanan banyak, siapa yang mau ngabisin semuanya." dengus Arumi manatap tajam sahabatnya bisa dibilang doyan makan.
"Ya perut kitalah. Anggap aja buat ngerayain kerjaan barumu dan besok kau ultah kan, cieee tambah tua." santai Hesti.
"Berjalanlah sesuai kemampuan. Jika kau lelah istirahat sebentar, abis itu lanjut lagi jalan sampai tujuan utama kita ketemu." nasihat Hesti.
Baru teringat kalo sedari pagi menolak tawaran bibi di rumah sarapan, dia sampai lupa gara gara saking semangat ada penawaran kerja tanpa harus freelance magang terlebih dulu.
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
Air mata di hari PERNIKAHAN
RandomBerawal dari pertemuan pertama sangat berkesan, pria berpawakan tinggi menyelamatkan hidupnya, rela mengulurkan tangan setiap kali kesusahan melanda hidupnya. Beberapa tahun menjalalin asmara membuat keduanya menikah. Namun apa yang terjadi justru s...