Nafas Arumi ngos ngosan karna tak bisa bernafas. "Beraninya anda menciumku. Kau mau buat aku mati kehabisan oksigen." jengkel, wajahnya tampak merah merona antara gugup, marah.
Bibir Putra terangkat lebar memperlihatkan senyuman kemenangan.
"Itu salahmu."
Tunjuk diri sendiri. "Salahku. Anda salahin aku, jelas jelas disini siapa yang memulainya lebih dulu, kau!" kesal Arumi merasa dipermainkan.
"Bibirmu sangat menggoda. Lain waktu kita lakuin lagi ya, tapi dalam suasana berbeda, aku diatas kau dibawah, hmm... tamparan mu lumayan." kata Putra membelai wajahnya sendiri.
Arumi mata jengah, ocehan pria itu begitu menyebalkan ia mengalihkan pandangan ke arah lain, perasaan nya bak diajak naik roller coaster.
Tak menyangka jika ciuman ternyata rasanya seperti itu, baru sebentar apalagi lama umumnya pasangan entah suami istri atau kekasih.
Dulu sempat penasaran apa itu ciuman pertama dan bertanya langsung pada mantan pacar kini jadi suami ia kira cuma menempel satu sama lain ternyata melebihi ekspetasi.
"Anggaplah ini amalanmu sebagai istri. Kita bisa melupakan nya, lain kali cari hal baru beres kan." lanjut Putra tak menutup kemungkinan ia tak menyukainya.
Meski lisan tak menginginkan hati selalu berkata lain, sulit diajak kerja sama, satu wadah yang sama beda tindakan.
"Your brain is truly insane." di dorong nya tubuh atletis Putra hingga ia terlepas.
Dengan nafas terengah engah tersenyum manis guna mengelabui, tanpa bicara lagi keluar dari kukungan suami, mengesot ke bawah meja.
"Yes. Succeed." sorak kegirangan kabur berlari menaiki anak tangga.
"Honey where are you going? come back or I swallow you alive." goda Putra berlari mengejar.
Sedangkan Arumi ngibrit mempercepat gerakan kakinya agar tidak terjangkau oleh pria di belakangnya hanya berjarak satu meter ia takut suaranya bak seriga berwajah tampan bikin terpesona tapi merinding.
"Kena kamu." gapai Putra berhasil menangkap buruan nya.
Kalah cepat. "Aaaaaa.... lepasin aku mas." teriak nya kaget ada tangan melingkar di pinggang.
Bobot nya ikut terjatuh diatas pangkuan suami kini duduk satu lutut menyangga kepala istrinya.
Seperkiraan detik saling bertatap muka sebelum diputuskan kontak oleh lawan bicaranya.
"Bilang dulu siapa pria itu. Setampan apa dia sehingga kau begitu terpesona olehnya, bule orang mana biar ku samperin." tekan Putra mendaratkan kecupan bertubi tubi.
"Dia bukan bule tapi campuran orang Asia Timur. Lebih karismatik darimu, kau tidak ada apa apanya, sudah tampan, manis, cara bicaranya sopan, yang paling penting dia itu SETIA gak kayak." cerocos Arumi terhenti.
Sentuhan bibir kembali terulang, kali ini agak agresif dari sebelumnya, sedikitpun tidak memberikan celah.
Jujur Putra sangat cemburu ketika istrinya menjunjung tinggi kelebihan pria lain, hatinya terasa terbakar panas.
"Emmhh... mmmhhh." dada bidang terus menekan benar benar kehabisan udara.
Setelah puas baru pria itu melepaskan nya lalu pergi begitu saja tanpa peduli gimana nasib wanita ia tinggalkan di lantai rooftop.
Hah hah hah
Sebanyak mungkin udara ia hirup seraya mengibaskan tangan, suhu malam yang dingin berganti hareudang.
"Suami mesum. Kesambet apa si tuh orang, gila bener." umpat nya berbaring terlentang diatas lantai.
"Harusnya tadi telen aja lidahnya. Biar gak bisa main ngemut permen milk, jejay banget gue, mau maunya gitu pacarnya dikibulin pria spesies ular kadut, mereka harus ku beri pelajaran berharga, liat aja nanti, kapok baru tau rasa."
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
Air mata di hari PERNIKAHAN
AléatoireBerawal dari pertemuan pertama sangat berkesan, pria berpawakan tinggi menyelamatkan hidupnya, rela mengulurkan tangan setiap kali kesusahan melanda hidupnya. Beberapa tahun menjalalin asmara membuat keduanya menikah. Namun apa yang terjadi justru s...