Dua bulan setelah kedatangan Eriska ke istana bahagia bagi pasangan yang baru saja melangsungkan pernikahan membuat hubungan keduanya semakin renggang karena kesibukan masing masing.
Setiap kali Arumi pulang ia selalu berhadapan dengan perempuan lain hadir di tengah tengah bagai tali pembatas terbentang menghalangi jalan.
Kebutuhan sang suami tetap dikerjakan, memasak, menyiapkan air mandi, hingga pakaian kantor, terkecuali satu, berhubungan selayaknya suami istri.
Soal mengobrol mereka bertemu di rooftop hanya sekedar pembicaraan seputar pekerjaan dan tidur disana, itupun waktu malam hari, jika pagi sikap Arumi berubah dingin, apalagi Eriska datang diawal aktivitas, mood nya ancur.
Sore hari di kamar utama
Seperti rutinitas biasa Arumi berangkat kerja pulang sore hari jelang magrib, mandi, sholat, menyiapkan makan malam untuk mereka berdua abis itu naik keatas.
"Mas. Makanannya udah siap, kamu mau aku makan duluan atau barengan." ucap Arumi mendatangi suaminya ke ruang kerja.
Pria itu menatap datar berbicara seadanya, singkat, padat, akurat.
"Berdua. Ayo, perutku sangat lapar." menarik tangan istrinya menaiki lift menuju ruang makan.
Malam ini menu nya lumayan banyak , Putra sedikit heran, semuanya makanan khas tradisional orang jawa kesukaan nya, darimana dia bisa tau?
Seperti lontong sayur, mie lethek, nasi liwet, oseng mercon, pecel, gudeg, tahu petis, tempe mendoan dan masih banyak lagi tersaji satu porsi cukup.
"Duduk dulu mas. Aku mau ganti baju dulu." ucap Arumi tanpa disadari ia hanya menggunakan handuk kimono.
Putra mengangguk patuh tatapannya tak luput dari kaki mulus sang istri berlari cepat menaiki anak tangga.
Lima menit kemudian Arumi datang dengan penampilan anggun, gaun merah muda burkat tertutup bagian depan melengkapi kecantikan alami, tidak untuk punggung nya terbuka lebar.
"Wah, ada acara apa ini. Tumben kamu dandan cantik, kamu mau pergi kemana." puji Putra enggan berpaling.
Duduk disamping suami mengibaskan rambut panjang curly wolf cut versi panjang berpadu warna Dark Choco tren masa kini.
"Kamu tidak sisiran." mengusap rambut coklat gelap kehitaman terlihat lucu.
Berponi, mata bulat, hidung mancung, bibir kecil bervolume, wajah cubby Arumi berubah lebih muda seperti anak remaja, imut nan menggemaskan.
Merasa diperhatikan wanita yang lahap menyantap hasil masakannya berhenti mengunyah.
Hmm... "Oh, iya aku lupa. Tadi aku buru buru soalnya, hari ini hampir saja terlambat pulang, aku sampai lari larian keluar kantor, terus pake acara susah cari taxi, terpaksa deh numpang sama boss, dia baik banget, padahal baru kenal loh." kata Arumi mengulum mulut penuh bibirnya mengkecurut.
Ada makna tersendiri atas perkataan nya, dia sengaja memancing kecemburuan, sembunyikan fakta sesungguhnya.
"Bos kamu seorang pria. Lebih tampan siapa? aku atau dia, huh! palingan juga kelas pasaran, perusahaan tempatmu lebih rendah dibanding punyaku." ujar Putra bangga akan kesuksesan yang ia peroleh.
Uhuk uhuk uhuk
Putra segera menuangkan air minum ke dalam gelas nya lalu ia berikan pada Arumi yang tersedak karenanya.
Gluk gluk
Sekali teguk segelas air tandas di tenggorokan, dada terasa bergemuruh panas.
"Aku bertanya. Kau diam saja, pertanyaan nya berat buatmu membuka mulut, beberapa minggu ini kau juga bersikap dingin, sekarang malah bahas pria lain, kita sedang makan loh!" ketus Putra merasa diacuhkan.
Terbengong atas penuturan pria itu barusan, bukannya diam tapi karna sakit menahan tawa, ia pandai mengekspresikan suasana.
'Kenapa sih nih orang. Sombong pula, hadeuh! mau dia apa coba, cari masalah mulu sama aku, lama lama eneg ngadepin sikap anehnya.' batin Arumi pusing menghadapi pria tidak tau malu.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Air mata di hari PERNIKAHAN
AléatoireBerawal dari pertemuan pertama sangat berkesan, pria berpawakan tinggi menyelamatkan hidupnya, rela mengulurkan tangan setiap kali kesusahan melanda hidupnya. Beberapa tahun menjalalin asmara membuat keduanya menikah. Namun apa yang terjadi justru s...