Tok tok tok
"Cek lek. " suara pintu dibuka kasar.
"Lama sekali sih kamu, satu saya jam saya menunggu mu, sampai melewatkan rapat penting, dasar lamban istri tidak berguna, satu menit waktuku berharga. " ucap seorang membuka pintu.
"Ma maaf mas tadi aku abis selesai meeting, ini pun aku minta izin dulu sama atasanku." ucap Arumi tertunduk takut suaminya begitu menakutkan.
Putra berdecih. "Cih, halah palingan juga cuma alasan kamu, setiap hari kau selalu berangkat pagi pulang sore tanpa melayani suamimu malah berkencan sama pria lain."
Baru hari ini melewati kewajiban nya ia tetap disalahkan, ia lupa memasak dan menyiapkan sarapan untuknya, karna hati gundah jika berhadapan langsung dengan pria itu muak sekedar melihat wajahnya.
Terlebih dia tipe wanita cepat baper mudah terbawa suasana semua omongan kasar terpatri dalam otak, ayah nya selalu memperlakukan baik, terkejut dengan kehidupan sekarang, membentak pun tidak pernah.
Arumi semakin menunduk mendengar perkataan suami yang terus menghina nya, apalah daya ia hanyalah seorang wanita lemah tiga bulan menikah sama sekali tak ada perubahan, minta pisah pun tidak bisa, pria itu selalu mengancam dengan kuasanya.
"Kau menambah beban hidupku. Seharusnya pernikahan ini tidak terjadi, apa gunanya kamu, apa susahnya suamimu meminta anak kau tidak mau berikan, kau tinggal goyang kan pinggulmu biar aku yang bermain. " tuntut Putra rahang mengeras.
Tanpa di sadari pria tersebut sedang cemburu tetapi lain cerita jika bertemu langsung dengan istrinya.
DEGGH!
Dada wanita diambang pintu memanas ia beranikan diri untuk menatap pria notabene suami sendiri tega berkata jahat terhadap istri nya, kehadiran nya dianggap apa?
Air mata luruh tak dapat terbendung, dadanya semakin sesak, sakit, sang suami memarahinya di depan para karyawan tengah istirahat makan siang, berbeda beda pendapat, ada yang sengaja mencibir nya karna gak becus ngurus suami, ada pula kasian.
Hmm...
Arumi berjalan memasuki ruangan lalu menutup pintu keras.
Brak
Cukup untuk membungkam nyinyiran orang disana.
"Teriakan mu kurang keras. Perlu aku ambilkan pengeras suara biar semua orang tau ketidak becusanku mengurusmu, lalu apa fungsi mu sebagai suami, pernah kamu beri aku nafkah, kau pikir kebutuhan sehari hari pakai angin, ooh... ! aku lupa. " memijat pelipis.
"Istrinya. Ya, ya, ya... dia harus berikan apa yang dia mau." membuka jaket ia lempar sembarang.
Di dorong nya Putra hingga jatuh diatas sofa, sementara itu Arumi melepaskan satu persatu kain yang menempel di kulitnya.
"Umi... bukan itu yang ku maksud. Kamu mau ngapain." ujar Putra.
"Memberimu anak. Ayo, lakukan sesukamu! mumpung suasana hatiku sedang baik, kamu aku bergaya apa, merangkak, ngesot, jungkir balik atau lainnya, cepat katakan!" tantang Arumi bertolak belakang.
Putra menggeleng takut pria itu seketika nyalinya menciut ketika melihat wanita terlihat lemah berbalik menantangnya.
Diam membisu seolah ucapan tadi hanyalah gertakan biasa, aura wanita dibawah tindasan nya, terpancar sangat menggoda tapi sayang, di matanya tersimpan kesedihan mendalam tak semua orang tau
Gubrak
Meja yang terletak di samping jadi pelampiasan kemarahan Arumi ia tak perduli selanjutnya takdir akan membawa kemana, tetap bersama pria brengsek itu atau terlepas selamanya.
Disini terkesan si wanita akan melakukan sesuatu pada suaminya ia bergerak erotis.
"Ayolah sayang. Keluarkan suara suara yang setiap malam kau perdengarkan merdu hingga buat telingaku gatel." goda Arumi meniup leher suaminya yang diam seribu bahasa.
Sang suami sering kali keluar malam hanya untuk menemui kekasih nya, tak jarang dia mengirim pesan suara desahan panjang menggangu istirahat dikala seharian lelah bekerja.
Kretek
Tangan mungil itu meremat gelas kaca hingga darah segar mengucur jatuh diatas lantai marmer putih terciptalah noda merah.
"Arumi... "
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
Air mata di hari PERNIKAHAN
AléatoireBerawal dari pertemuan pertama sangat berkesan, pria berpawakan tinggi menyelamatkan hidupnya, rela mengulurkan tangan setiap kali kesusahan melanda hidupnya. Beberapa tahun menjalalin asmara membuat keduanya menikah. Namun apa yang terjadi justru s...