Keesokan harinya, Angela melanjutkan rutinitas barunya di mansion. Ia masih terpesona dengan kemegahan bangunan tua ini, tetapi juga merasa waspada terhadap segala sesuatu di sekitarnya. Setelah pertemuan dengan Diana dan penemuan catatan misterius di perpustakaan, Angela tahu bahwa setiap hari mungkin akan mengungkapkan lebih banyak rahasia.
Di tengah pekerjaannya, Madam Berry menghampirinya dengan perintah singkat, "Angela, tuan Raymond, ingin meminum teh. Bawakan untuknya ke ruang kerja, Diana tidak bisa mengantarkannya karena harus ke pasar."
"Tolong ya," ujar Diana tersenyum seraya memberikan teh kepada Angela.
Angela mengangguk patuh, merasa gugup tetapi juga penasaran. Siapakah Tuan Raymond ini sehingga membuat Angela merasa familiar dengan namanya?
Dia membawanya ke ruangan kerja Raymond, sebuah ruangan luas dengan jendela besar yang memancarkan cahaya matahari sore.
Saat Angela membuka pintu dan melangkah masuk, ia disambut oleh pemandangan Tuan Raymond yang tenggelam dalam tumpukan kertas di atas meja kayu besar. Kertas-kertas itu berserakan, berisi catatan dan diagram yang tampak rumit. Angela memberi salam dengan sopan, "Selamat sore, Tuan muda Raymond. Saya membawakan teh untuk Anda."
Raymond, seorang pria dengan wajah tampan dan mata tajam yang mencerminkan kecerdasan, mengangkat kepalanya dan tersenyum. "Terima kasih, Angela. Silakan letakkan di sini."
Tunggu, mengapa Raymond mengetahui namanya? Apakah data diri Angela selidiki?
Tidak, tidak. Angela menepis pikiran itu. "Mungkin dia mendengarnya dari orang tanpa sengaja."
Angela mendekat dengan hati-hati, membawa nampan teh. Ketika ia mengulurkan gelas teh dengan sopan, Raymond tidak mengambilnya seperti yang Angela kira. Sebaliknya, dia mendekat dan minum langsung dari gelas yang dipegang Angela, membuatnya tampak seperti Angela sedang membantu Raymond minum.
Angela terpana sejenak, terpesona oleh paras tampan Raymond yang dilihat dari dekat. Mata biru Raymond bertemu dengan mata Angela yang membuat jantungnya berdegup lebih kencang. Setelah meminum teh itu, Raymond terkejut dengan mata membelalak. "Ini enak sekali. Apakah kau yang membuatnya?"
Angela menggelengkan kepala dan menjawab jujur, "Bukan, Tuan. Teh ini dibuat oleh Diana."
Raymond mengangguk dengan senyum yang memahami. "Sepertinya karena diminum langsung dengan bantuan tanganmu, rasanya menjadi lebih enak. Ah, ataukah karena melihat wajahmu yang asing ini?" katanya dengan senyum penuh arti.
Angela tidak tahu apakah itu pujian atau sesuatu yang lain, tetapi dia mengerti arah pembicaraan ini. Pikirannya mulai berputar penuh kecemasan. Bagaimana jika Raymond mengetahui bahwa dia bukan berasal dari dunia ini?
"Darimana asalmu?" Tanya Raymond menatap Angela yang menunduk.
"Saya berasal dari desa yang jauh tuan. Sebuah desa yang tidak banyak orang mengenalnya, bahkan di dalam peta pun tidak ada." Jawab Angela dengan sopan.
Raymond menganggukkan kepalanya mengerti. "Desa yang jauh ya? Oh iyaa, apakah kau mau cemilan?"
Angela menolak dengan sopan dan izin pamit untuk melanjutkan pekerjaannya. Setelah mendapatkan izin, Angela meninggalkan ruangan dengan hati yang masih berdebar.
Di luar ruangan, Angela meraup udara segar dengan rakus, mencoba menenangkan dirinya. Perkataan Raymond membuatnya ketakutan jika identitas aslinya ketahuan. Namun, ada sesuatu yang mengganjal. Nama Raymond Castele de Archibald terasa familiar bagi Angela, meski ia tidak ingat dari mana.
***
Keesokan harinya lagi, di waktu sore hari, Angela diminta kembali untuk mengantarkan teh kepada Raymond karena pelayan yang biasa melakukannya tidak dapat hadir. Angela, meskipun masih merasa gugup, menerima tugas itu dengan tekad. Ia merasa bahwa pertemuan dengan Raymond dapat memberinya petunjuk tentang dunia ini atau bahkan cara kembali ke dunianya.
Saat Angela memasuki ruangan kerja Raymond, ia terkejut melihat ekspresi wajah Raymond yang kusut. Berbeda dari senyumnya kemarin, wajah Raymond sekarang tampak penuh frustrasi. Meletakkan teh di meja dengan hati-hati, Angela tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya, "Maaf, Tuan muda, ada yang membuat Anda bingung?"
Raymond menghela napas panjang, pandangannya tertuju pada tumpukan kertas di depannya. "Ini adalah soal matematika yang sangat rumit. Aku sudah mencoba berbagai cara, tetapi tetap tidak menemukan solusi yang benar."
Angela, yang diam-diam menyadari bahwa angka-angka di atas kertas itu adalah soal matematika yang ia pelajari di SMA, merasa ada sesuatu yang harus ia lakukan. "Boleh saya lihat, Tuan?" tanyanya hati-hati.
Raymond mengangguk, tampak putus asa. Angela mendekati meja dan memeriksa kertas-kertas itu. "Ini adalah soal tentang penyelesaian sistem persamaan. Mungkin Anda bisa mencoba metode substitusi untuk menyederhanakannya," katanya dengan yakin.
Raymond menatapnya heran. "Metode substitusi?"
Angela mengangguk dan mulai menjelaskan langkah-langkahnya. Raymond, meskipun awalnya ragu, mengikuti petunjuk Angela dengan hati-hati. Dalam beberapa saat, Raymond mulai memahami cara penyelesaian yang dijelaskan Angela, dan akhirnya menemukan solusi yang benar. Wajahnya langsung berubah cerah.
"Wow, ini luar biasa! Terima kasih, Angela. Kau benar-benar membantuku," katanya sambil menggenggam tangan Angela dengan penuh rasa syukur. Angela yang menyadari genggaman itu, merasa sedikit canggung. "Maaf, Tuan," katanya pelan.
Raymond tersadar dan segera melepaskan tangannya. "Maafkan aku, Angela. Aku terlalu terbawa suasana."
Angela tersenyum kecil. "Tidak masalah, Tuan. Saya senang bisa membantu." Ia kemudian pamit pergi, meninggalkan Raymond yang masih terkejut dan kagum dengan bantuannya.
Raymond, yang telah melihat kepergian Angela, menatap tangannya yang terasa hangat karena genggaman Angela tadi. Sebuah senyum tipis menghiasi wajahnya, dan ia bergumam pelan, "Dasar gila. Gila kau, Raymond."
***
Hari-hari berlalu, dan Angela semakin akrab dengan rutinitas di mansion. Ia sering diminta untuk membawa teh untuk Raymond, dan setiap kali, mereka terlibat dalam percakapan singkat. Raymond tampak selalu senang ketika Angela datang, meskipun terkadang ia terlihat sibuk dengan pekerjaannya.
Angela mulai merasa nyaman dengan kehadiran Raymond. Meski pada awalnya takut ketahuan bahwa ia berasal dari dunia lain, kini ia merasakan kehangatan dalam interaksi mereka. Setiap kali ia melihat Raymond, ada perasaan familiar yang tidak bisa ia jelaskan. Ia mencoba mengingat dari mana ia mengenal nama atau wajah Raymond, tetapi tetap tidak menemukan jawabannya.
Angela menemukan bahwa Raymond adalah pria yang cerdas dan penuh rasa ingin tahu, mirip dengan dirinya. Ia mulai merasakan kenyamanan dalam kehadiran Raymond, meskipun tetap waspada terhadap rahasia yang ia simpan.
Suatu malam, Angela kembali ke perpustakaan untuk mencari petunjuk lebih lanjut tentang buku kuno itu. Ia menemukan catatan lain diselipkan buku-buku. Angela membuka dan membacanya dengan cermat.
"Sebuah buku yang menjadi portal antar dimensi dan bagaimana buku itu bisa mengaktifkan perjalanan tersebut. Hanya orang dengan ikatan tertentu dengan dunia lain yang bisa memanfaatkan kekuatan buku itu."
"Apakah buku itu adalah buku yang aku baca sebelum memasuki dunia aneh ini?" Angela mulai merangkai petunjuk yang ada. Dia menyadari bahwa kehadirannya di dunia ini mungkin tidak kebetulan. Ada sesuatu tentang Raymond dan mansion ini yang terkait dengan perjalanannya. Meskipun ia tidak sepenuhnya mengerti bagaimana atau mengapa, Angela merasa bahwa ia semakin dekat dengan jawaban yang ia cari.
Namun, Angela tahu bahwa ia harus berhati-hati. Perasaan akrab dengan Raymond dan mansion ini mungkin memberi petunjuk penting, tetapi juga bisa membawa bahaya. Ia tidak bisa membiarkan siapa pun mengetahui bahwa ia berasal dari dunia lain, termasuk Raymond, setidaknya sampai ia yakin bahwa ia bisa kembali dengan aman.
"Intinya, aku tidak boleh terlalu percaya dengan orang lain."
____________________________________
TO BE CONTINUED
____________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
The Binding Of Worlds (END)
FantasyTentang seorang mahasiswi yang terseret ke dunia asing melalui sebuah buku kuno, di mana ia menemukan misteri besar yang menghubungkan dua dunia berbeda. Dalam petualangannya, Angela harus menghadapi tantangan berbahaya dan menggali kekuatan dalam d...