Chp. 11 : The Modern Shadow in the Kingdom

582 50 0
                                    

Angela mendengar bisikan-bisikan para pelayan yang berkumpul di sudut lorong, membicarakan sesuatu dengan suara tertahan. Ia hanya dapat menangkap potongan-potongan kalimat, tetapi cukup untuk membuatnya terkejut.

“Kasus pembunuhan... misterius... mengguncang kerajaan...” Suara mereka terdengar tegang dan cemas.

“Pembunuhan?” gumam Angela pada dirinya sendiri, merasa ngeri sekaligus penasaran.

Ia tidak menyangka pembunuhan di dalam alur cerita datang secepat ini. Meskipun ia telah mengetahui banyak tentang dunia ini dari novelnya, tetapi merasakan langsung atmosfer ketakutan ini tetap membuatnya gelisah.

Keterkejutannya terputus ketika Madame Berry muncul dari dapur dengan ekspresi serius.

“Angela, kita kekurangan bahan masakan untuk makan malam. Pergilah ke pasar dan belilah bahan-bahan yang ada dalam daftar ini,” perintahnya, menyerahkan secarik kertas kepada Angela.

Angela menerima daftar itu dengan senang hati. “Baik, Madame Berry. Saya akan pergi sekarang,” jawabnya,

Dia merasa lega bisa keluar dari mansion dan mencari tahu lebih banyak tentang kasus pembunuhan itu.

Di pasar, Angela sibuk membeli bahan-bahan yang dibutuhkan sambil memperhatikan keadaan sekitar. Hiruk-pikuk pasar tetap berjalan seperti biasa, namun ada bisikan ketakutan di antara para pedagang dan pembeli yang membahas pembunuhan misterius itu. Setelah semua bahan sudah dibeli, Angela merasa dorongan kuat untuk melihat tempat kejadian pembunuhan tersebut. Bagaimana pun, ia memiliki pengetahuan tentang cerita ini, dan ia merasa perlu memahaminya lebih dalam.

Angela menyusuri jalan-jalan sempit menuju tempat yang disebut-sebut sebagai lokasi pembunuhan. Saat sedang mencari-cari, tiba-tiba ia merasa tangannya ditarik dengan kuat oleh seseorang. Sebelum ia bisa berteriak, orang itu menariknya ke dalam gang sempit yang jauh dari keramaian pasar.

“Diam, jangan bergerak." Ujar pria itu.

Dia berusaha melawan cengkraman pria yang menculiknya. Namun, suaranya teredam oleh tangan kasar yang menutupi mulutnya.

Angela merasa panik, tetapi kemudian muncul bayangan seseorang dari ujung gang. Evander muncul dengan langkah cepat dan wajahnya dingin seperti biasa. Tanpa banyak bicara, Evander menghantam pria penculik itu hingga jatuh pingsan ke tanah.

Angela, yang gemetar karena adrenalin, menatap Evander dengan campuran rasa syukur dan ketakutan.

“Terima kasih... terima kasih banyak, Evander.”

Evander mengangguk pelan. “Kau baik-baik saja?” tanyanya dengan nada tegas, matanya memeriksa Angela dari ujung kepala hingga kaki.

Angela mengangguk, masih terkejut dengan kejadian barusan. “Ya, aku baik-baik saja. Tapi, pria itu...”

Evander mengangkat pria yang pingsan itu dan bersiul, memanggil seorang kesatria yang kebetulan sedang lewat.

“Bawa orang ini ke kerajaan. Dia mencoba menculik gadis ini,” perintahnya, dan kesatria itu segera membawa pria pingsan itu pergi.

Angela menghela napas lega, tetapi ia tidak menduga Evander akan memarahinya habis-habisan setelah itu. “Apa yang kau pikirkan?” bentak Evander dengan marah. “Kau seharusnya lebih berhati-hati! Penculikan seperti ini sering terjadi, dan sekarang dengan pembunuhan yang semakin gila, kau bisa saja terbunuh!”

Angela cemberut, merasa marah dan bingung. “Aku tidak tahu kalau aku akan diculik! Dan kenapa kau marah padaku? Aku bahkan tidak tahu kenapa ini bisa terjadi!”

Evander menghela napas, berusaha menenangkan diri. “Kau harus lebih berhati-hati. Dunia ini tidak seaman yang kau kira. Pembunuhan dan penculikan semakin sering terjadi. Iblis yang ada di luar sana tidak memandang siapa pun untuk dibunuh.”

Angela menggigit bibirnya, tahu bahwa Evander benar. Ia lebih tahu tentang situasi ini karena ia adalah pembaca novel yang menjadi latar cerita dunia ini. Namun, ia memilih untuk tidak mengatakan bahwa dunia ini adalah dunia novel, karena itu hanya akan membuat semuanya lebih rumit.

Saat mereka berbicara, terdengar suara kayu patah dari arah semak-semak di dekat gang. Evander dan Angela langsung memutar kepala ke arah suara itu dan melihat siluet seseorang yang berpakaian modern – jeans, jaket kulit, dan sepatu kets – sesuatu yang benar-benar tidak sesuai dengan zaman ini.

Angela terkejut. “Apakah aku salah lihat? Bagaimana mungkin ada pakaian modern di sini? Apakah ada orang lain yang memasuki portal ini selain aku?” pikirnya, matanya membesar melihat siluet itu.

Merasa keberadaannya diketahui, orang misterius itu segera berbalik dan lari menjauh. Evander dan Angela saling berpandangan sejenak sebelum memutuskan untuk mengejarnya.

“Siapa tahu dia pelakunya atau saksi,” kata Evander.

Mereka berlari menyusuri gang dan jalan-jalan sempit, tetapi orang misterius itu berhasil menghilang di antara kerumunan pasar. Angela terengah-engah, merasa frustrasi karena kehilangan jejak.

“Ke mana dia pergi?” tanyanya, mencoba menenangkan diri.

Evander mengangkat bahu, juga tampak frustrasi. “Aku tidak tahu. Tapi kita harus mencari tahu lebih lanjut tentang dia. Mari kita kembali,”

Evander setuju dan mereka kembali ke mansion dengan perasaan campur aduk. Setibanya di mansion, mereka melihat Raymond sudah berdiri di depan pintu dengan ekspresi tidak mengenakkan. Matanya langsung tertuju pada Angela.

“Habis dari mana?” tanya Raymond dengan nada serius.

Angela, masih merasa gugup setelah kejadian di pasar, mencoba menjelaskan. “Habis membeli bahan-bahan di pasar...”

Raymond memotong dengan cepat. “Masuk,” perintahnya dengan tegas, membuat Angela merasa bingung dan cemas.

Angela mengerutkan keningnya, tidak mengerti mengapa Raymond begitu marah. “Ada apa dengan dia?” pikirnya. Meskipun bingung, ia tetap menurut dan berjalan masuk ke mansion.

“Terima kasih sudah menolongku, Evander. Jika kau tidak ada, aku pasti sudah habis oleh penculik itu,” jelas Angela.

Raymond yang mendengar itu terkejut dan wajahnya berubah menjadi khawatir. “Kau habis diculik?” tanyanya, matanya memeriksa Angela dengan cemas, memastikan tidak ada luka.

Angela melepaskan tangan Raymond dari bahunya. “Saya baik-baik saja, Tuan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Sekarang, saya harus kembali ke dalam sebelum Madame Berry memarahi saya.”

Raymond menatap Angela dengan tidak suka, jelas tidak puas dengan penjelasannya yang singkat. Evander, yang melihat itu, hanya tersenyum tipis meledek.

“Kalau begitu, saya permisi terlebih dahulu,” ujar Angela, merasa canggung di antara kedua pria ini. Ia kemudian berlalu pergi, meninggalkan mereka di depan pintu mansion.

Setelah Angela pergi, Raymond berbalik menatap Evander dengan tatapan tidak suka. “Ada apa tuan Evander sang pengusaha sukses datang kemari?” tanyanya dengan nada sinis.

Evander mengangkat bahu, menunjukkan senyuman sombong. “Mengapa? Apakah tidak boleh? Aku hanya mengantarkan kekasihku saja.”

Raymond terkejut mendengar itu. “Apa?” ucapnya, tidak percaya.

Mendengar hal itu membuat Raymond merasa kesal tanpa alasan yang jelas. Hatinya terasa sesak, sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Evander, menikmati reaksi Raymond, sudah berlalu pergi tanpa menunggu respon lebih lanjut.

Raymond berdiri sendirian, memegang dadanya yang terasa sesak.

“Tidak mungkin...,” gumamnya, merasa kebingungan. Apakah ini perasaan cemburu?

____________________________________

TO BE CONTINUED
____________________________________

The Binding Of Worlds (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang