Pagi itu, suasana pasar di kerajaan sedikit tegang. Angela, yang selalu penasaran, mendapati dirinya terlibat dalam penyelidikan yang semakin kompleks. Raymond, Isabella, dan Angela berjalan menyusuri jalan setapak menuju tempat korban ditemukan. Angin dingin menerpa wajah mereka, membawa kabar suram tentang kematian yang belum terpecahkan.
Raymond berhenti di depan toko kecil yang berdesain kuno, dengan papan nama yang hampir terhapus oleh waktu.
"Di sini," katanya, menatap pintu kayu tua. "Korban sering datang ke sini untuk bertransaksi."
Angela, penuh rasa ingin tahu, mendekati pemilik toko. "Selamat pagi," sapanya. "Kami ingin tahu apakah Anda pernah melihat sesuatu yang mencurigakan tentang korban sebelum pembunuhan terjadi?"
Pemilik toko, seorang pria tua dengan wajah penuh kerut, mengusap janggutnya. "Ah, ya. Ada seorang pria yang sering bersama korban. Mereka selalu berbicara dengan suara pelan, sepertinya ada yang disembunyikan."
Isabella bertanya dengan nada tegas, "Apa ciri-ciri pria itu?"
Pria tua itu mengingat-ingat. "Dia muda, berkulit terang, selalu berpakaian rapi. Saya melihatnya beberapa kali berbicara dengan korban di sudut sana," ujarnya sambil menunjuk ke arah gang gelap di belakang toko.
Angela dan Isabella saling memandang. "Ada sesuatu yang terasa janggal. Kita perlu mencari tahu siapa pria itu," kata Isabella.
Sore itu, mereka berkumpul di taman di sekitar mansion, mendiskusikan informasi yang mereka peroleh. Angela tampak gelisah, matanya menyapu pemandangan sekitarnya. Ia merasakan bahwa sesuatu yang besar sedang terjadi, tetapi belum dapat menyatukan semua potongan teka-teki.
Angela jadi merasa bersalah karena tidak berguna. Andai saja jika novel itu tidak disobek, Angela pasti mengetahui siapa pelakunya.
Tiba-tiba, langkah kaki terdengar mendekat. Evander, dengan sikap tenangnya, muncul mendatang mereka. Ia tampak penasaran, meskipun berusaha menyembunyikannya.
Angela, yang sudah mengenal Evander dengan baik, memutuskan untuk mendekatinya.
"Evander, aku tahu kau tidak tertarik pada masalah ini, tetapi kami bisa menggunakan bantuanmu," katanya, nada suaranya serius.
Evander mengangkat alis. "Aku? Membantu dalam penyelidikan pembunuhan? Mengapa aku harus peduli?"
Angela, yang merasa putus asa, memandang Evander dengan mata memohon. "Ini lebih dari sekadar kasus pembunuhan biasa. Ada sesuatu yang lebih besar yang terlibat. Kami butuh semua bantuan yang bisa kami dapatkan."
Evander melihat kesungguhan di mata Angela dan akhirnya mendesah. "Baiklah, aku akan bantu. Tapi jangan berharap aku akan selalu ada. Aku hanya akan membantu saat aku bisa."
Mereka berempat memulai pencarian bersama, menyusuri petunjuk yang telah mereka kumpulkan. Mereka pergi ke pelabuhan seperti yang diusulkan Evander sebelumnya, mencari pria misterius dengan pakaian rapi. Setelah beberapa jam mencari, mereka menemukan seorang nelayan yang mengaku pernah melihat pria yang dimaksud.
Nelayan itu menunjuk ke arah dermaga tua. "Dia sering terlihat di sana, berbicara dengan beberapa orang. Terlihat seperti orang penting."
Angela merasa ada sesuatu yang menggelitik di benaknya. "Orang penting? Apa maksudmu?"
Nelayan itu mengangkat bahu. "Dia tampak seperti seseorang dari istana. Selalu berpakaian bagus, dan orang-orang di sini takut padanya."
Isabella mencatat ini dengan hati-hati. "Orang dari istana? Ini bisa menjadi petunjuk besar."
Raymond tampak berpikir keras. "Jika orang itu berasal dari istana, kita perlu berhati-hati. Kita tidak bisa sembarangan menuduh."
***
Malam itu, setelah kembali ke mansion, suasana terasa tegang. Angela tidak bisa berhenti memikirkan pria yang mereka cari. Siapa dia? Mengapa dia terlibat?
Saat Angela sedang merenung di kamar, tiba-tiba terdengar suara ketukan di jendela. Dengan hati-hati, dia membuka jendela dan melihat sebuah batu kecil yang membungkus secarik kertas. Angela mengambil kertas itu dan membukanya. Di dalamnya terdapat pesan singkat:
"Lihat di ruang penyimpanan tua di istana. Ada sesuatu yang akan membuka mata kalian."
Angela membawa kertas itu ke ruang tamu di mana Raymond, Isabella, dan Evander sedang berkumpul. "Lihat ini," katanya, menunjukkan kertas itu. "Seseorang memberi kita petunjuk baru."
Raymond membaca kertas itu dengan cermat. "Ruang penyimpanan tua di istana? Mengapa di sana?"
Isabella mendekat dan memandang kertas itu. "Ini bisa menjadi petunjuk penting. Mungkin ada sesuatu yang disembunyikan di sana."
Sementara Evander, dia hanya terdiam dengan pikirannya yang melayang entah memikirkan apa.
***
Keesokan harinya, mereka berempat menyelinap ke istana, menuju ruang penyimpanan tua yang terletak di bagian belakang. Suasana di istana tenang, hanya beberapa pengawal yang terlihat berpatroli.
Mereka menemukan ruang penyimpanan itu, sebuah ruangan yang penuh dengan debu dan barang-barang lama. Angela merasa gugup saat mereka mulai mencari di antara tumpukan barang-barang usang.
Raymond akhirnya menemukan sebuah peti kayu yang terkunci. Dengan bantuan Evander, mereka berhasil membuka peti itu dan menemukan beberapa dokumen tua serta barang-barang berharga. Salah satu surat menarik perhatian mereka:
Raymond membaca surat itu dengan seksama. "Ini adalah surat rahasia dari korban kepada seseorang di keluarga kerajaan. Ada tanda-tanda bahwa korban tahu sesuatu yang besar, sesuatu yang mungkin mengancam kehidupan mereka."
Isabella merasa hatinya berdebar. "Apakah ini berarti bahwa keluarga kerajaan terlibat?"
Raymond memandang surat itu dengan cermat. "Kita harus menyelidiki lebih lanjut. Mungkin ini adalah petunjuk yang kita butuhkan untuk mengungkap siapa yang sebenarnya terlibat."
____________________________________
TO BE CONTINUED
____________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
The Binding Of Worlds (END)
FantasyTentang seorang mahasiswi yang terseret ke dunia asing melalui sebuah buku kuno, di mana ia menemukan misteri besar yang menghubungkan dua dunia berbeda. Dalam petualangannya, Angela harus menghadapi tantangan berbahaya dan menggali kekuatan dalam d...