Chp. 33 : Against All Odds

558 35 0
                                    

Di kediaman Vilya yang megah, malam itu berlalu dengan keheningan yang mencekam. Di balik tirai gelap malam, Lysa menyamar sebagai pelayan dengan tekad membara. Dalam diam, ia mencari tahu keberadaan Alaric sekaligus merencanakan sesuatu yang lebih jahat: membunuh Angela.

Hari itu, Lysa berpura-pura bekerja dengan rajin di antara pelayan lainnya. Pakaian sederhana dan rambut yang diikat dengan cara berbeda membuatnya tampak tidak mencolok. Namun, mata yang penuh dendam dan langkah yang tertatih-tatih, akibat gigitan anjing penjaga, menjadi tanda bahwa ia bukan pelayan biasa. Saat senja tiba, Lysa menyelinap ke halaman belakang mansion, berharap menemukan informasi tentang Alaric.

Di tengah kegelisahannya, langkah Lysa terhenti ketika sebuah suara berat dan tajam memanggil namanya. “Kau Lysa, kan?” Suara itu berasal dari Evander yang berjalan mendekat dengan tatapan curiga.

Lysa merasa jantungnya berdetak kencang, tetapi wajahnya tetap tenang. “Bagaimana dia tahu?” pikirnya. Ia berbalik perlahan, menatap Evander dengan pandangan yang tenang. “Mohon maaf, Tuan. Saya Rose, pelayan baru di sini, bukan orang yang Anda maksud.”

Evander tidak terkesan dengan kebohongan itu. “Huh, aku tahu itu kau. Terlihat dari langkahmu yang tertatih-tatih. Semalam, kau datang ke kamar Angela dan berniat membunuhnya, bukan? Kau mencoba membuatnya sesak napas!”

Lysa terkejut dan bingung mendengar tuduhan itu. Dia memang berniat membunuh Angela, tapi rencana itu belum dilaksanakan. “Apa maksudmu? Aku tidak pernah—” Ucapannya terhenti ketika Angela datang menghampiri mereka, wajahnya penuh kekhawatiran.

Angela, yang sebelumnya mendengar percakapan dari kejauhan, melihat Evander berbicara dengan seseorang yang membelakanginya. Ketika Angela semakin mendekat, pandangannya tertuju pada sosok familiar di belakang Evander, memegangi balok kayu, siap untuk memukulnya. Hati Angela berdegup kencang.

Dengan cepat, Angela berlari dan memeluk Evander, menggantikan posisinya. “Evander, awas!” teriaknya. Bersamaan dengan itu, suara tembakan dan teriakan seseorang memecah keheningan malam.

DOR!

Suara tembakan diikuti oleh teriakan kesakitan terdengar.

Orang-orang di dalam mansion bergegas keluar, mencari tahu sumber suara yang mengejutkan itu. Di halaman belakang, Evander terkejut ketika Angela tiba-tiba memeluknya. Tatapannya beralih ke arah seseorang yang menjerit kesakitan, karena tangannya berlumuran darah. Balok kayu yang dipegangnya terjatuh ke tanah.

“Raymond?!” Evander berteriak marah, matanya membelalak penuh emosi.

Raymond, memegang tangannya yang berdarah. Wajahnya pucat, penuh rasa sakit dan kebingungan. Angela, yang menyadari siapa penyerangnya, merasa hati teriris. Ia menatap Raymond dengan mata penuh kemarahan dan kekecewaan.

Angela menghampiri Raymond yang meringis kesakitan. Dengan tangan yang gemetar, ia menampar wajah Raymond dengan keras.

PLAK!

“Apa yang kau lakukan, Raymond?!” teriak Angela marah, air mata mengalir di pipinya.

Raymond mengerang kesakitan, tetapi lebih dari itu, tatapan Angela yang penuh kekecewaan membuatnya tersiksa. “Aku... aku tidak bisa... Aku cemburu!” suaranya bergetar, dipenuhi rasa putus asa.

“Aku tidak bisa memiliki mu, Angela. Aku kehilangan orang tua ku, Alaric sahabatku mengkhianatiku, dan sekarang kau memilih bersama orang lain. Aku tidak bisa membiarkan itu!” teriak Raymond mengeluarkan unek-uneknya.

Deg

Semua orang yang mendengar pengakuan Raymond terkejut. Mereka saling memandang dengan tatapan bingung dan marah. Lysa, yang mendengar pengakuan itu, merasa simpati yang mendalam untuk Raymond, meskipun dia juga merasa cemas tentang rencananya sendiri yang terancam gagal.

The Binding Of Worlds (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang