Chp. 15 : Chasing Clues in Angela's Reality

503 42 0
                                    

Angela menatap kagum pada mansion megah yang berdiri di hadapannya. Arsitekturnya menakjubkan dengan tiang-tiang besar dan jendela kaca patri yang memantulkan cahaya matahari. Setiap sudutnya memancarkan kemewahan yang jarang ia lihat, bahkan di dalam dunia fiksi ini. Evander, berdiri di sebelahnya, tersenyum hangat melihat ekspresi takjub Angela. Ia menggenggam tangan Angela dengan lembut, menariknya masuk ke dalam mansion.

"Selamat datang di rumahku," kata Evander dengan nada ramah. Mereka berjalan memasuki ruangan yang lebih besar dari apa yang pernah Angela bayangkan. Dinding-dindingnya dihiasi dengan lukisan-lukisan indah, dan perabotan antik yang megah tersebar di seluruh ruangan. Angela hampir tidak bisa menahan keterpesonaannya.

"Mansion ini... seperti istana," gumam Angela, matanya bersinar.

Evander tersenyum dan mengangguk. "Terima kasih. Ini adalah warisan keluarga kami selama berabad-abad. Aku senang kau menyukainya."

Mereka berjalan mengelilingi mansion, dengan Evander menunjukkan setiap ruangan yang indah, dari perpustakaan yang penuh dengan buku-buku tua hingga ruang musik dengan piano besar di sudutnya. Angela semakin kagum dengan setiap sudut mansion ini. Akhirnya, mereka tiba di dapur, sebuah ruangan besar dengan peralatan modern yang mengkilap.

"Apakah kau ingin sesuatu untuk dimakan?" tanya Evander sambil membuka lemari.

Angela mengangguk. "Tentu saja, jika tidak merepotkan."

"Tak masalah," jawab Evander dengan senyum. "Aku akan memasak sesuatu untukmu. Silakan duduk dan tunggu sebentar."

Angela tersenyum dan berkata, "Wow, ternyata kau seorang pria mandiri."

Evander terkekeh. "Silakan tunggu, nona."

Angela menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku akan membantumu."

Evander tampak bingung sejenak, tetapi kemudian ia tertawa dan berkata, "Baiklah, kalau begitu, mari kita memasak bersama."

Mereka mulai bekerja di dapur, dengan Angela membantu memotong sayuran sementara Evander mengurus wajan di atas kompor. Suasana menjadi ringan dan penuh tawa ketika Angela tanpa sengaja menjatuhkan sedikit tepung di wajah Evander.

"Ups, maaf," kata Angela sambil tertawa.

Evander terkejut sejenak, tetapi kemudian tersenyum nakal. "Oh, jadi kau suka bermain, ya?" katanya sambil mengambil segenggam tepung dan mendekati Angela.

Angela tertawa dan mundur. "Jangan berani-berani, Evander!"

Namun, Evander tidak mundur dan malah mengejar Angela dengan tepung di tangannya. Angela berlari mengelilingi dapur, berusaha menghindar, tetapi akhirnya ia terpeleset dan jatuh ke lantai. Tepung yang berada di tangan Evander terjatuh, dan ia segera berlutut di samping Angela.

"Angela! Apakah kau baik-baik saja?" Evander mengulurkan tangannya untuk menahan kepala Angela agar tidak terbentur keras.

Angela terdiam sejenak, menatap mata Evander yang penuh kekhawatiran. Degup jantung mereka berdetak lebih cepat, dan untuk beberapa detik, dunia di sekitar mereka seolah berhenti. Tatapan mereka terkunci satu sama lain, menyampaikan sesuatu yang lebih dalam daripada kata-kata bisa ungkapkan.

Angela akhirnya tersadar dari lamunannya dan berkata dengan suara pelan, "Kau berat."

Evander segera mundur, terlihat canggung. "Maaf," katanya sambil membantu Angela berdiri.

Mereka berdiri berhadapan, merasa sedikit kikuk setelah momen romantis yang tak terduga itu. "Mari kita lanjutkan memasak," kata Evander, berusaha mengalihkan perhatian mereka dari kejadian tadi.

The Binding Of Worlds (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang