Angela menatap lokasi kejadian dengan hati yang berat. Tempat itu masih menyisakan aura suram dari malam mengerikan yang merenggut nyawa Diana. Ia merasakan tubuhnya gemetar saat kakinya melangkah ke titik di mana sahabatnya tergeletak tak berdaya, bersimbah darah. Udara di sekitar mereka terasa dingin dan menusuk, seolah menggambarkan penderitaan yang dialami Diana.
"Angela, kau tak perlu memaksakan diri," kata Raymond dengan suara lembut, mencoba menenangkan Angela yang terlihat sangat terguncang. Namun, Evander sudah lebih dulu berada di samping Angela, menggenggam tangannya erat. Matanya yang penuh kekhawatiran terpaku pada Angela, mencoba menenangkan perasaan takut yang melandanya.
“Angela, ingat, kita di sini bersama-sama. Kau tidak sendirian,” ujar Evander, suaranya menenangkan Angela sedikit. Tapi rasa sakit itu terlalu dalam, membakar dalam-dalam setiap kali ia mengingat wajah Diana yang terdistorsi oleh rasa sakit dan ketakutan.
Angela hanya bisa mengangguk lemah. Tatapannya beralih ke simbol aneh yang tergores di tanah, tepat di tempat Diana ditemukan. Simbol itu misterius, seolah memegang kunci untuk mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi.
"Apakah sebelumnya ada simbol itu disini?" Tanya Angela.
Mereka berempat—Angela, Evander, Raymond, dan Isabella—berkumpul mengelilingi simbol itu, mencoba memahami apa artinya. Namun, meskipun mereka menghabiskan waktu berjam-jam, tak ada petunjuk yang jelas tentang makna simbol itu. Keputusasaan mulai merasuki mereka, terutama Angela yang merasa semakin terpuruk oleh rasa bersalah dan kehilangan.
Hari mulai beranjak malam, dan sinar matahari yang memudar menambah kesuraman suasana. "Kita harus kembali dulu," kata Isabella dengan suara lemah. "Mungkin kita bisa mencoba mencari petunjuk lagi besok."
Angela merasa lemas, tetapi Evander tetap menggenggam tangannya. Dengan lembut, ia berkata, "Semua yang terjadi bukan salahmu, Angela. Berhenti menyalahkan diri sendiri. Kita akan berjuang bersama-sama untuk mencari pelakunya. Jangan sampai kau terluka karena ini. Aku tidak ingin kamu terluka."
Perkataan Evander menembus dinding perasaan bersalah Angela. Air mata mengalir di pipinya, dan tanpa bisa menahan lagi, ia memeluk Evander erat-erat. Isaknya mengguncang tubuhnya, tetapi kehadiran Evander di sampingnya memberikan rasa aman yang sangat dibutuhkannya saat itu.
Raymond yang melihat adegan itu hanya bisa terdiam. Ia merasakan ada perasaan tak berguna yang mencengkeram hatinya, tangan mengepal tanpa sadar. Isabella yang berada di sampingnya menyadari itu, dan dengan lembut mengusap bahu Raymond, mencoba memberinya sedikit ketenangan.
“Cinta memang tidak bisa dipaksakan,” batin Isabella. Melihat interaksi antara Angela dan Evander membuatnya sadar akan perasaan rumit yang mengikat mereka semua.
Malam itu, ketika semua orang sudah beristirahat, Angela masih terjaga di kamarnya. Ia menatap tumpukan bukti yang telah mereka kumpulkan sejauh ini, mencoba menyatukan setiap potongan menjadi gambaran utuh. Pikirannya berkecamuk dengan rasa frustasi, terutama setelah kejadian tragis yang menimpa Diana. Di tengah kebingungannya, Angela menemukan tiga surat misterius di antara tumpukan kertas.
Surat pertama berbicara tentang sebuah buku yang menjadi portal antar dimensi dan bagaimana buku itu bisa mengaktifkan perjalanan tersebut. Hanya orang dengan ikatan tertentu dengan dunia lain yang bisa memanfaatkan kekuatan buku itu. Angela mengernyit, mencoba memahami makna di balik kata-kata itu. Apakah ini berarti ada seseorang yang tahu tentang keberadaannya di dunia ini?
Surat kedua menawarkan petunjuk yang lebih langsung: sebuah tempat yang akan menjawab pertanyaannya. Angela merasakan dorongan kuat untuk mencari tempat itu, meskipun ia belum tahu di mana tepatnya.
Namun, surat ketiga menambah kebingungan Angela. Tulisan tangan pada surat ini berbeda dari dua surat sebelumnya, dan isinya menyarankan untuk memeriksa ruang penyimpanan tua di istana, tempat yang diduga menyimpan kunci untuk membuka mata mereka. Angela memandang surat itu dengan perasaan campur aduk. Apakah ini petunjuk asli atau hanya upaya untuk menyesatkan mereka?
Saat Angela memikirkannya lebih dalam, bayangan Artika, sahabatnya dari dunia nyata, muncul dalam benaknya. Kata-kata Artika terdengar jelas dalam pikirannya: “Setiap keputusan yang kita buat sangat penting. Segala sesuatu yang kita lakukan bisa berdampak besar, meskipun tampaknya tidak signifikan.”
Angela merenung dengan kata-kata itu, mencoba menemukan kekuatan untuk membuat keputusan yang tepat. “Artika... Aku harus bagaimana?” tanyanya dalam hati, merasa bingung dan frustasi.
Kata-kata Artika kembali terngiang. “Lakukan apa yang menurutmu benar, tapi ingat, tindakanmu akan berpengaruh pada hal lain. Jangan percaya dengan apa yang kamu dengar, tapi percayalah dengan apa yang kamu lihat. Cari tahu kebenarannya.”
Angela menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan pikirannya. Meskipun tidak memiliki semua jawaban, ia merasa lebih kuat dengan dukungan yang dirasakannya dari Artika, meskipun dari kejauhan. Ia memutuskan untuk memeriksa setiap petunjuk dengan cermat, mencari tahu kebenaran di balik misteri ini.
Ketika Angela memeriksa kembali surat-surat itu, ia melihat sesuatu yang mengejutkan pada surat kedua. Ada petunjuk tersembunyi tentang tempat yang disebutkan di surat itu, sebuah lokasi yang mungkin memegang kunci untuk mengungkapkan misteri kematian Diana.
"Mengapa aku baru melupakan ini? Besok aku harus memberitahukan ini kepada mereka." Ujar Angela dengan sungguh-sungguh.
***
Keesokan paginya, Angela datang menghampiri Raymond dan Evander yang sudah berkumpul di ruang kerja Raymond. Ia hendak memberikan surat dari petunjuk yang ia dapatkan, namun diurungkan begitu Isabella tiba-tiba datang dengan nafas terengah-engah.
Isabella berkata dengan nada tergesa, "Aku tahu siapa pelakunya!"
Mereka semua terkejut, fokus mereka beralih sepenuhnya ke Isabella. "Apa maksudmu?" tanya Evander dengan alis berkerut. Angela terdiam, surat-surat di tangannya tergenggam erat, hampir dilupakan sejenak oleh pernyataan mendadak Isabella.
Isabella melanjutkan dengan cepat, "Aku menemukan petunjuk yang jelas. Kalian harus melihatnya sendiri. Ayo, ikut aku!"
Tanpa menunggu jawaban lebih lanjut, Isabella bergegas keluar. Angela, Evander, dan Raymond mengikuti di belakangnya, rasa penasaran dan kegelisahan bercampur aduk dalam hati mereka. Angela merasakan kegelisahan menyelinap di benaknya, tetapi dia menunda untuk membicarakan tentang surat-surat itu. Mungkin, bukti yang ditemukan Isabella lebih penting untuk saat ini.
Mereka berjalan cepat menuju pusat kota, langkah-langkah mereka dipenuhi ketegangan. Setelah beberapa menit, mereka tiba di depan sebuah bangunan besar dengan arsitektur klasik. Angela mengenali tempat itu sebagai museum kota. "Kenapa kita di sini?" tanya Raymond dengan nada kebingungan.
Isabella mengabaikan pertanyaan itu dan segera membawa mereka masuk ke dalam museum, melalui lorong-lorong yang dipenuhi dengan artefak dan lukisan-lukisan kuno. "Ikuti aku," katanya, dan mereka mengikuti langkahnya hingga tiba di sebuah galeri yang lebih tenang di ujung museum.
Di tengah galeri, Isabella berhenti di depan sebuah lukisan besar yang diletakkan di atas pedestal megah. Lukisan itu menggambarkan adegan pertempuran epik dengan simbol aneh yang tergores di bagian bawah kanvas. Simbol itu persis sama dengan yang mereka temukan di tempat kejadian pembunuhan Diana.
Angela memandang lukisan itu dengan perasaan campur aduk. “Simbol ini...” gumamnya, sambil melirik ke arah yang lain. Evander dan Raymond juga tampak bingung dan penasaran.
"Aku terkejut begitu melihat ini. Dan tambah terkejut ketika mendengar penjelasan dari kesatria yang menyelidiki kasus ini. Katanya, setiap pembunuhan itu terjadi, simbol itu selalu ada. Kita tidak menyadarinya, karena terlalu fokus dengan siapa pelakunya." Jelas Isabella menunjuk simbol itu.
Isabella menunjuk nama seniman yang tertera di bawah lukisan itu. “Yang lebih mengejutkan adalah siapa yang melukisnya,”
____________________________________
TO BE CONTINUED
____________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
The Binding Of Worlds (END)
FantasyTentang seorang mahasiswi yang terseret ke dunia asing melalui sebuah buku kuno, di mana ia menemukan misteri besar yang menghubungkan dua dunia berbeda. Dalam petualangannya, Angela harus menghadapi tantangan berbahaya dan menggali kekuatan dalam d...