Di siang hari yang tenang, mansion kerajaan tampak lebih megah daripada biasanya, dengan sinar matahari yang lembut menyinari taman dan jendela-jendela besar. Angela sedang berjalan menyusuri koridor yang sepi, membawa setumpuk kain dari ruang cuci ke kamar-kamar. Langkahnya terhenti ketika tanpa sengaja ia melihat ke arah taman kecil di samping mansion, di mana Isabella dan Raymond sedang bercakap-cakap.
Di bawah naungan pohon ek besar, Isabella dan Raymond berdiri berdekatan, dengan tawa ringan terdengar dari percakapan mereka. Isabella, dengan senyum yang menawan, tampak begitu bahagia saat ia berbicara, dan Raymond, biasanya tampak tegang, sekarang menunjukkan senyum hangat yang jarang terlihat.
Angela, yang menyaksikan dari balik pilar besar, merasa hatinya mencelos. Dari sudut pandangnya, pemandangan itu nampak begitu romantis. Isabella menyentuh lengan Raymond dengan lembut, dan mereka berdua tertawa atas sesuatu yang tampaknya hanya mereka berdua yang mengerti. Raymond, dengan tatapan lembut, menatap Isabella dengan penuh perhatian, sesuatu yang Angela selalu harapkan bisa ia terima.
Pemandangan itu seperti adegan langsung dari novel yang selama ini Angela baca, di mana dua tokoh utama menemukan kebahagiaan satu sama lain. Perasaan hangat bercampur sakit memenuhi hatinya. Angela menyadari, meski ia sudah berada di dunia ini cukup lama, perasaannya terhadap Raymond hanya membawa rasa sakit yang semakin dalam.
“Apakah aku benar-benar ada di dunia fiksi? Apakah perasaan ini hanya bagian dari skenario yang harus aku jalani?” gumam Angela pelan pada dirinya sendiri, hampir tidak percaya pada apa yang ia lihat.
Tanpa sadar, langkah kakinya mundur, mencoba menghindar dari pemandangan yang menyesakkan itu. Namun, ia merasa dunia seolah berputar dan tak ada tempat untuk bersembunyi dari kenyataan yang mengerikan ini.
Saat Angela berbalik untuk pergi, tiba-tiba Evander muncul dari arah yang berlawanan. Melihat ekspresi wajah Angela yang sedih dan matanya yang berkaca-kaca, Evander segera mengerti apa yang terjadi. Ia berjalan mendekat dan dengan lembut menatap mata Angela dengan lembut, tidak seperti biasanya.
“Angela,” bisik Evander dengan suara lembut. “Jangan mencari sakit. Jika kau tahu itu menyakitkan, lebih baik segera pergi.”
Perkataan Evander membuat Angela terkejut. Tanpa sadar, air mata mulai mengalir dari matanya. Jujur saja, hatinya sangat sakit. Ia tahu ia hanya pengganggu di antara hubungan Isabella dan Raymond, tapi perasaan ini tanpa diminta sudah muncul. Kebersamaan, perhatian, dan kehangatan yang diberikan Raymond membuat Angela mempunyai perasaan. Dan saat ini, ia harus melupakannya?
Angela merasa sesak, sungguh sesak. Bayangan bagaimana Isabella dan Raymond berinteraksi dengan begitu hangat dan romantis itu membuatnya semakin tertekan. Ia berdiri kaku, tidak tahu harus berbuat apa.
Evander, yang melihat tubuh Angela bergetar, segera memeluknya. Ia terus mengusap-usap kepala Angela dan menenangkannya. “Tidak apa-apa, tidak apa-apa. Semua akan baik-baik saja,” kata Evander dengan suara lembut, mencoba menenangkan gadis itu.
Angela menangis terisak-isak di dalam pelukan Evander, merasa untuk pertama kalinya ada seseorang yang benar-benar mengerti rasa sakit yang ia rasakan. Ia merasa lelah dan terluka, tetapi kehadiran Evander memberinya kekuatan yang tidak pernah ia duga sebelumnya.
Di sisi lain, Raymond yang sadar dengan kehadiran Angela dan Evander terdiam membeku. Isabella, yang bingung dengan keterdiaman Raymond, pun mengikuti arah pandangan pria itu. Ternyata, di balik pilar itu, terlihat Evander yang sedang memeluk seorang gadis. Isabella dapat meyakini bahwa gadis itu adalah Angela.
Isabella menoleh kembali pada Raymond. "Raymond, apa yang kau lihat?"
Raymond tampak marah, terlihat dari guratan di lehernya dan tangannya yang mengepal. "Tidak ada. Mari kita kembali ke dalam."
Isabella yang mengetahui jika Raymond menyukai Angela pun mencoba untuk menenangkan Raymond. “Biarkan mereka,” katanya pelan. “Kita tak bisa memaksa perasaan seseorang.”
Isabella memilih untuk membawa Raymond pergi dari sana, meninggalkan Angela dan Evander di balik pilar itu. Raymond menahan kemarahannya, berusaha memahami perasaannya sendiri yang bercampur aduk.
***
Angela kini berada di ruangan khusus pelayan. Disana, ia bercengkrama dengan Diana, berusaha menghibur diri setelah kejadian siang tadi. Angela merasa malu karena ia menangis tersedu-sedu di hadapan Evander, tetapi Diana mencoba mengalihkan pembicaraan dengan cerita lucu.
"Sebenarnya, aku mendengar kalau ada festival pasar minggu depan. Kita bisa pergi bersama," kata Diana dengan antusias. “Itu bisa menjadi kesempatan untuk bersenang-senang, melupakan semua masalah sejenak.”
Angela tersenyum lemah, tetapi berterima kasih atas usaha Diana untuk menghiburnya. Bersamaan dengan itu, seorang wanita yang ceria datang menghampiri mereka dan mengaku sebagai pelayan baru. Wanita itu bernama Lysa.
“Apa kabar, teman-teman?” sapa Lysa dengan semangat. “Aku baru bergabung hari ini. Namaku Lysa, senang bertemu dengan kalian.”
Angela menyambutnya dengan senyum. “Senang bertemu denganmu juga, Lysa. Aku Angela, dan ini Diana. Selamat datang.”
Lysa tertawa riang. “Terima kasih! Aku berharap bisa belajar banyak dari kalian. Jadi, ada apa di sini? Apa yang kalian bicarakan?”
Ketika sedang bercengkrama, Angela tiba-tiba bertanya, “Apakah kalian pernah mendengar tentang portal yang membuat seseorang pindah dunia?”
Lysa dan Diana saling pandang lalu menganggukkan kepalanya. “Ada apa menanyakan itu?” tanya Diana penasaran.
“Apakah kalian percaya tentang itu?” tanya Angela lagi, berharap mendengar sesuatu yang bisa memberinya harapan.
Lysa tertawa pelan. “Tidak, aku tidak percaya. Semua yang kau dengar itu hanya rumor.”
Angela tampak bingung. “Mengapa? Bukankah ada bukti juga dengan orang-orang yang menghilang? Orang-orang di sini bergosip tentang portal dan dunia aneh itu.”
Diana tertawa mendengarnya. “Kau polos sekali, Angela. Semua yang kau dengar itu hanya rumor. Mereka membaca novel dan mulai percaya hal-hal aneh.”
“Benar,” sambung Lysa. “Rumor itu muncul karena mereka membaca sebuah novel tentang portal. Kita semua tahu itu. Lagipula, hal itu hanya tidak nyata. Mana mungkin benar-benar ada?”
Angela merasa putus asa mendengarnya. Harapan tentang ia kembali pulang seolah semakin jauh. Ternyata, semua yang ia dengar hanyalah rumor dan bahan dari novel biasa?
"Apakah ada harapan untukku pulang?" pikir Angela dalam hati, merasakan keputusasaan yang mendalam.
____________________________________
TO BE CONTINUED
____________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
The Binding Of Worlds (END)
FantasyTentang seorang mahasiswi yang terseret ke dunia asing melalui sebuah buku kuno, di mana ia menemukan misteri besar yang menghubungkan dua dunia berbeda. Dalam petualangannya, Angela harus menghadapi tantangan berbahaya dan menggali kekuatan dalam d...