Chp. 31 : Justice in the Kingdoms

345 32 0
                                    

Setelah peristiwa mengerikan di rumah kecil mereka, Alaric menyadari bahwa tidak ada lagi waktu untuk bersembunyi. Keadaan semakin genting, dan dengan identitas mereka yang sudah terungkap, keselamatan Lysa menjadi prioritas utamanya. Mereka harus segera melarikan diri dari kerajaan Arrakis sebelum para kesatria kerajaan menemui mereka.

Dengan cepat, Alaric mengemas barang-barang penting, persediaan makanan, dan pakaian hangat ke dalam ransel mereka. Ia memastikan Lysa dalam keadaan tenang, meski ketakutannya baru saja menyerang kembali. “Kita harus pergi sekarang, Lysa. Tempat ini tidak aman lagi,” bisiknya sambil mengusap rambut Lysa yang kusut.

Lysa, meski masih gemetar, mengangguk patuh. Ketakutan di matanya jelas, namun ia mempercayakan sepenuhnya hidupnya kepada Alaric. Mereka menyelinap keluar dari rumah, memilih rute-rute tersembunyi yang hanya diketahui oleh Alaric. Malam itu, mereka berlari melalui hutan, menghindari jalan utama, dengan harapan bisa mencapai perbatasan sebelum fajar.

Sementara itu, para kesatria kerajaan yang dipimpin oleh Raymond, mendapat informasi dari penduduk setempat tentang keberadaan Alaric dan Lysa. Mereka bergerak cepat, mengepung wilayah sekitar rumah kecil itu. Raymond, yang pernah mengenal Alaric di masa lalu, merasa terpecah antara tugas dan simpati.

“Aku harus menangkapnya, demi keadilan,” gumam Raymond pada dirinya sendiri, matanya bersinar di bawah sinar bulan.

Setelah berjam-jam pengejaran, mereka berhasil melacak Alaric dan Lysa di tepian sungai yang membentang di perbatasan. Saat pengepungan semakin ketat, Alaric memutuskan untuk mempertaruhkan segalanya. "Lysa, bersembunyilah di balik semak-semak. Aku akan mengalihkan perhatian mereka," katanya dengan tekad bulat.

Lysa menggenggam tangan Alaric, enggan membiarkannya pergi. "Tidak, aku tidak bisa meninggalkanmu," bisiknya dengan suara serak. Tangannya gemetar, matanya memancarkan ketakutan yang dalam.

Alaric menatapnya dalam-dalam. "Kau harus tetap hidup, Lysa. Demi kita berdua. Aku akan menemukanmu, aku berjanji." Dengan enggan, Lysa melepaskan genggaman tangannya dan bersembunyi di balik semak-semak tebal.

Alaric muncul dari persembunyian, tangan diangkat sebagai tanda menyerah. "Aku akan menyerah, tapi biarkan wanita itu pergi. Dia tidak bersalah," teriaknya kepada para kesatria yang mengepungnya.

Raymond maju, mengenali Alaric. “Alaric, kau tahu bahwa ini tidak mudah bagiku. Tapi aku harus menegakkan hukum,” katanya dengan nada menyesal. Matanya memancarkan simpati, namun tangannya tetap pada gagang pedangnya.

Alaric mencoba menawar, menyebutkan bahwa Lysa hanyalah korban dari ketakutan masa lalu dan tidak layak dihukum seperti dirinya. "Lysa tidak tahu apa-apa tentang dunia ini. Dia hanya mencoba bertahan hidup dalam dunia yang kejam ini," katanya, suaranya penuh kepasrahan.

Raymond, yang merasa simpati namun terikat oleh tugas, meminta para kesatria untuk membawa Alaric.

***

Di penjara kerajaan, Alaric duduk dengan gelisah, menunggu kabar tentang Lysa. Pikirannya dipenuhi oleh kenangan dan harapan yang saling bertentangan. Dia hanya bisa berharap bahwa Lysa aman dan mampu menemukan jalan keluar dari situasi berbahaya ini.

Beberapa hari setelah penangkapan Alaric, Angela datang menemui Alaric yang dipenjara. Ia berjalan melalui koridor penjara yang lembap dan suram, detak jantungnya terasa semakin cepat. Angela tahu bahwa pertemuan ini bisa menjadi kunci untuk memahami situasi yang lebih dalam.

Angela berdiri di depan sel Alaric, menatap pria yang kini terlihat lelah dan penuh luka. “Alaric,” panggilnya pelan, suaranya bergema di ruang batu itu.

Alaric mendongak, matanya menyala dengan harapan. “Angela, kau datang,” katanya, suaranya serak. “Kau harus membantu Lysa. Dia tidak tahu bagaimana menghadapi dunia ini sendiri.”

The Binding Of Worlds (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang