And there’s no remedy for memory, your face is like a melody. It won’t leave my head. Your soul is haunting me and telling me that everything is fine. (Dark paradise — Lana del rey)Wow 2.002 kata😄
Happy reading guys~~
Enjoyyyyyy😘
Selama hidupnya Kinanti kali ini benar-benar merasakan diantara gugup dan berani. Bagaimana tidak? Gugup ia dapat melihat langsung sosok yang bahkan hanya terdengar namanya saja sudah merasakan kegigihan dan keperkasaan seorang patih. Dan ia berani mungkin karena darah ini mengalir dari darah seorang putri bangsawan.
Berulang kali ia menghembuskan napas. Dilihat oleh Asih, Gendhis dan Jenar sepertinya sang putri tengah mengalami krisis. Sebelumnya gadis itu bertanya pendapat mereka tentang bagaimana yang seharusnya ia berikan hadiah pada sang prabu. Ia sangat kebingungan.
"Bagaimana jika kelinci yang sudah tertangkap itu di masak saja?" usul Asih.
Kinanti menggelengkan kepalanya lemah. "Aku takut meracuni beliau. Akukan tak pandai memasak."
"Sebuah ukiran kayu? Tuan putri bisa memesannya pada pengrajin," usul Jenar. Kinanti menoleh dan berpikir bahwa itu ide yang baik. Ia tersenyum lalu mendekap tangan Jenar padanya.
"Tapi akan lebih istimewa lagi jikalau aku yang membuatkannya."
"Apa engkau bisa mengukir di atas kayu?" tanya Gendhis.
Kinanti menggeleng buat ketiganya mencoba untuk menahan tawanya. Namun Kinanti meyakini bahwa ia mahir akan hal itu. Entah dari mana datangnya rasa percaya diri ini. Yang jelas hari ini pun harus ia segera berikan. Ia tak mau jika Prabu Hayam wuruk menunggunya terlalu lama.
Bisa jadikan setelah ini aku bisa kembali ke zamanku.
***
Kinanti menunggu di luar kediaman sang maharaja. Kata salah seorang penjaga disana bahwa Prabu Hayam wuruk belum kembali. Pekerjaan beliau tentu bukan hal yang mudah, Kinanti tahu itu. Maka dari itu ia tak memaksa untuk segera bertemu dengannya namun akan tetap menunggu walau malam semakin gelap dan angin semakin dingin.
Tak lama kemudia pria yang ia tunggu akhirnya datang. Mata pria itu sedikit melotot karena terkejut melihat seorang gadis tengah duduk di teras dengan sebuah kotak yang dibalut oleh kain seperti menunggu kedatangannya untuk pulang.
Seorang pria yang menjadi tangan kanan nya itu akhirnya mengerti. Ia segera undur diri meninggalkan mereka berdua. Jika dilihat pada saat rapat wajah sang prabu berseri-seri dan ia tahu alasannya setelah melihat sorot kedua sepasang mata yang baru bertatap itu.
"Kau disini?" Kinanti berdiri dari duduknya dan mengangguk sambil tersenyum menyambutnya. "Sejak kapan?"
"Eum belum lama," jawabnya kemudian ia sedikit terkejut saat kedua tangan kekar pria itu menangkup wajahnya yang beku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Padma
Historische Romane⚠ PERLU DIINGAT BAHWA CERITA INI TIDAK ADA KAITANNYA DENGAN SEJARAH ASLI⚠ Sebuah insiden tabrakan truk dengan mobil menewaskan sang supir dan seorang wanita berusia sekitar dua puluh dua tahun dengan luka parah. Diketahui dia adalah Kinanti Surya At...