Oh iya, Dirgahayu Indonesiaku yang ke-79 Tahun. Semoga kita selaku kaum muda terus mengingat para pahlawan...
JANGAN LUPAKAN SEJARAH!!!
Happy Reading~~~
Playlist : David Kushner - Daylight
Semua laporan yang di dapatnya sudah ia sampaikan pada ayahnya yang selaku pimpinan utama karena sekarang Kinanti mulai mempercayai Lingga yang mungkin satu tujuan dengannya. Untuk itu ia hanya menyerahkan saja, karena ia tahu ayahnya memiliki rencana lain yang bisa buat para parasit itu diam lalu mati.
Kinanti menghela napas lelah sembari menyenderkan kepalanya pada kepala kursi kerjanya. Pak Edward datang setelah keluar dari ruangan sebelahnya, yaitu ruangan sang ayah. "Bu Kinanti, sebelumnya kita pernah memiliki project teater tentang peristiwa perang bubat. Pak Lingga menyerahkan itu semua pada Anda, jika ingin dilanjutkan maka kita bisa memulainya. Namun jika Anda tak menginginkannya maka kami tak akan memulainya."
Kinanti terbangun dari rasa lelahnya. Ia menatap heran pada pria paruh baya keturunan campuran itu sembari memikir ulang. "Loh bukannya sudah ditayangkan? Itu sudah lama." Semenjak kecelakaan beberapa bulan yang lalu.
"Oh itu dibatalkan oleh Pak Lingga. Hanya saja tadi beliau berpesan jika Bu Kinanti masih menginginkan untuk memerankan tokoh Dyah Pitaloka Citraresmi, maka kita buat ulang," jelas Pak Edward sembari menaruh map yang berisikan proposal.
Tanpa menyentuhnya apalagi melihat isi dari proposal tersebut Kinanti berkata, "Jika Pak Lingga membatalkan, maka batalkan saja. Toh aku pun juga sudah tak menginginkan untuk memerankan tokoh tersebut."
"Mana bisa begitu!" bantah Mayang yang tak sengaja menaikkan volume suaranya buat Kinanti dan Pak Edward langsung menatapnya dengan tatapan bertanya. "Maaf maksud saya bukankah dulu Anda sangat menginginkan beliau?"
Kinanti menautkan alisnya curiga pada kalimat terakhir yang terlontar keluar dari mulut Mayang. Namun ia memilih untuk tak memperpanjang perdebatan ini. "Sudahlah sekarang bukan waktunya untuk membuat sebuah pertunjukan. Yang seharusnya kita pikirkan adalah bagaimana kita membangkitkan kembali perusahaan ini."
Mayang terlihat sangat gelisah dimatanya walaupun mengangguk mematuhi ucapannya, tetapi sepertinya gadis muda itu masih enggan untuk membatalkan pertunjukan teater tersebut. Apalah dia hanyalah seorang Asisten Pribadi wanita dihadapan nya. Kemudian ia pergi keluar setelah Kinanti memberikan perintah pada dirinya dan juga Pak Edward untuk mengawasi diam-diam beberapa karyawan yang dicurigai adanya main api di sini.
Kinanti melihat sebuah kalender yang berada pada meja kerjanya. Di sana tertera beberapa jadwal untuknya. Dan tangannya menyentuh pada tanggal yang tertulis adanya sidang untuk kasus pembantunya. Ia penasaran bagaimana keadaan dia. Apakah sudah menyesal?
Kinanti berpikir untuk melihatnya mungkin sore ini sembari menengok pada Bibi Ayyi yang mungkin mereka berada di lapas yang sama? Karena kata ayahnya putusannya sudah ada untuk si pembantu tersebut dan ia berdoa semoga keputusan dari hakim bisa setimpal dengan atas perbuatan kejinya, ya walaupun ia bukan dalangnya hanya saja seorang eksekutor tetap harus diberi hukuman, bukan?
***
Namun apa yang terjadi pada saat ia hendak melihatnya dengan diantar oleh ayahnya, ia malah mendapatkan kabar bahwa si pembantu memilih untuk melakukan bunuh diri. Kinanti mengerutkan keningnya curiga. Ini semua tidak mungkin! Ada kemungkinan bahwa ada seseorang yang melenyapkan wanita tua itu. Tetapi siapa? Vera? Anwar? Sandy? Atau siapakah?...
KAMU SEDANG MEMBACA
Padma
Historical Fiction⚠ PERLU DIINGAT BAHWA CERITA INI TIDAK ADA KAITANNYA DENGAN SEJARAH ASLI⚠ Sebuah insiden tabrakan truk dengan mobil menewaskan sang supir dan seorang wanita berusia sekitar dua puluh dua tahun dengan luka parah. Diketahui dia adalah Kinanti Surya At...