XXV. Dua puluh Lima

40 4 0
                                    

Pernahkah kamu merasakan bahwa semua itu benar meskipun keinginan dari hati terdalammu bahwa apa yang kamu rasakan itu salah? Seperti kamu sudah ada firasat bahwa ia adalah orang yang sama. Yang buat hatimu berdebar, yang bisa sekaligus merasa sakit akan sebuah rindu yang terpendam selama ratusan tahun lamanya.

Sepulang dari liburannya Kinanti menjadi sosok yang berbeda lagi. Seperti bunga yang baru mekar, namun ada kejanggalan di sana. Itulah yang dilihat oleh Lingga. Tentu ia tahu apa yang dilakukan putrinya namun ia menginginkan Kinanti bercerita apapun selama dirinya di sana. Dan Lingga tahu bahwa jaraknya dengan putrinya sendiri sudah terlalu jauh. Mustahil Kinanti bisa terbuka padanya.

Dan untuk pertama kalinya Kinanti duduk satu meja di ruang makan bersama keluarga. Atas perintahnya dan Kinanti tak mau lagi berdebat perihal apapun ia memutuskan untuk ikut atas perintah atau mungkin ajakan dari ayahnya. Katanya ada hal penting yang harus dibicarakan Bersama semuanya.

"Semuanya sudah kumpul di sini, kan?" Kalimat pertama dari Lingga yang kemudian tanpa basa-basi mengejutkan semuanya, kecuali Sandy.

"Kinanti kamu selalu menginginkan posisi ibumu di perusahaan kita, bukan?" Kinanti menatapnya penasaran. "Kamu gak ada basic bisnis. Mampukah kamu mengambil posisi itu?" tanyanya yang diangguki semangat oleh Vera.

Apakah ia harus membuka tentang sebuah rahasia perusahaan yang dinilai sangat untung namun pada kenyataannya minus jauh? Tidak! Melihat bagaimana ibu tirinya dan ayahnya ada di belakang mereka, Kinanti harus bekerja sembunyi-sembunyi guna mengungkapkan siapa saja pelaku yang terlibat.

"Kinanti paham akan hal itu. Tapi apakah ayah pantas untuk menilai sejak dini dan mengatakan bahwa Kinanti bagaikan bocah ingusan yang tak tahu apa-apa sehingga ayah memutuskan dengan sepihak!"

"Karena kamu selalu tak mau mendengarkan perkataan ayah. Bukankah ayah sudah bilang bahwa kamu harus mengambil jurusan bisnis, tapi kamu keukeuh dengan jurusan tak berguna itu!" Lingga memijat keningnya. Seharuskan bukan begini, rencananya memang ia sudah mempercayai putrinya hanya saja ia butuh bukti darinya.

Vera yang baru menyadari bahwa suaminya tengah mempersiapkan posisi untuk purti kandung suaminya itu, lantas dengan tangan berkeringat dingin ia meremas jemari suaminya. Takut akan ia kehilangan semuanya. Cinta kasih suaminya, posisi yang sebetulnya Sandy sudah sangat pantas dan hal lainnya. Ia bergumam lirih, "Mas..."

"aku sudah memutuskan, besok kamu pergi ke perusahaan dan ayah akan melihat bagaimana kamu bekerja di perusahaan. Hanya dengan waktu tiga bulan ayah beri waktu. Dan setelah itu barulah kitab isa menilai apakah kamu pantas atau tidak."

Arawinda melotot karena terkejut dengan perkataan ayahnya yang dengan mudah meberikan kepercayaan posisi Co-CEO pada Kinanti, sedangkan ia dan kakak kandungnya harus bekerja keras. Ini tidak adil baginya! Bagaimanapun ia juga darah dagingnya.

Dan Vera yang hendak membantah perkataan suaminya terpotong karena Lingga langsung angkat kaki setelah selesai dengan percakapan di meja makan ini dengan suasana dingin juga gelap. Ia melirik tak suka pada Kinanti dan melototi Sandy yang hanya diam saja. Putra sulungnya benar-benar buat ia sangat kecewa.

Sedangkan Kinanti cukup terkejut dengan perkataan ayahnya mala mini. Ada apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa sikap ayahnya menjadi berubah? Apakah karena kejadian kecelakaan itu jadi ayahnya kini sangat mengutamakannya? Lagi pula Kinanti tahu bahwa ia memang tak punya pemahaman tentang bisnis, berbeda dengan Sandy yang sudah berpengalaman dan sangat mahir juga lelaki itu bukankah tangan kanan ayahnya?

***

Angin segar pagi ini, karena pada subuh hari hujan turun mengguyur kota Bogor. Begitupun juga dengan suasana hatinya yang segar menyambut posisi yang sedikit demi sedikit ia bisa meraihnya. Mengembalikan hak ibunya. Karena sejatinya ia hanya menginginkan posisi itu untuk ibunya.

PadmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang