XIII. Tilu Belas

59 5 0
                                    

Haiiii selamat malam

Rekomendasi lagu~ (sambil dengerin sambil baca😘) Seventeen - sumpah ku mencintaimu

Happy reading~~~

Dibawah sinar rembulan dengan sebuah kotak dan daun lontar juga pengutik Kinanti termenung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dibawah sinar rembulan dengan sebuah kotak dan daun lontar juga pengutik Kinanti termenung. Seharian pergi jalan-jalan bersama Paduka Sori, ia tak mendapatkan informasi yang ia inginkan. Harus bagaimana?
Kinanti bingung hingga kepalanya amat sangat sakit.

Kala itu ia bertanya, sosok suami seperti apa yang dinginkan oleh Paduka Sori? Dan yang ditanyai hanya menggelengkan kepala tak mengerti ucapan Kinanti. Jika saja, ia mengetahuinya maka Kinanti akan membeberkan itu pada Prabu Hayam wuruk dan segera menikahi Paduka Sori agar ia dapat kembali ke tempatnya. Walau ia sudah menjadi jasad di dunianya yang sudah tak ada rohnya.

Langit makin gelap Kinanti belum jua mendapatkan jawaban dengan apa yang terjadi hingga ia bisa ditarik kembali ke masa lalu. Tanpa sadar ia menitikan air mata. Rindu akan dunianya, rindu akan ayahnya.

Di dunia yang asing ini ia kesepian. Berbagai hal yang mengerikan pun ia harus bisa mengobati lukanya sendiri. Langkah kakinya terhenti pada sebuah cermin kaca yang berada dekat dengan ranjangnya. Ia menatap wajah elok Putri Dyah Pitaloka dan mulai berurai air mata.

"Apa yang harus aku lakukan? Aku minta maaf pada Kanjeng Ratu, jika seluruh perkataanku dan perbuatanku membuat kekacauan hingga seperti ini. Aku bingung namun juga aku takut. Aku sangat berdosa. Aku berdosa padamu juga pada Kerajaan Galuh. Semua lontaran hinaan yang engkau terima seharusnya itu milikku. Kau tak pantas mendapatkan pelecehan seperti itu." Kinanti mengusap air matanya yang telah mengalir bak sungai. "Aku adalah seorang pengecut yang dengan tanpa malunya meminta pertolongan pada orang yang telah meninggalkan raga ini."

Kinanti bangkit lalu berjalan menuju ranjangnya untuk segera beristirahat. Baru saja menutupkan matanya ia sudah di datangi oleh Putri Dyah Pitaloka yang hanya diam menatapnya. Lalu setelah itu ia menghilang.

***

"Ada yang aneh. Mengapa Kerajaan Galuh membiarkan dan hanya diam saja saat tahu seorang putri yang lama pergi bahkan setelah mendengar kabar gugurnya raja mereka." Prabu Hayam Wuruk hanya terdiam. Ia tengah menganalisis kejadian yang akan terjadi dengan sebuah berita yang telah ia pegang. Walau begitu telinganya tetap mendengar dengan apa yang disampaikan bawahannya.

Disebuah paviliun kecil Prabu Hayam wuruk tengah serius dengan permasalahan yang ada di Kerajaan Majapahit bahkan setelah peperangan itu. Ia akan merubah strateginya. Apakah karena sang putri yang bertekad untuk kembali ke kerajaan Sunda Galuh?

"Jangan khawatir. Setiap surat yang ditulis oleh Putri Dyah pitaloka untuk keluarganya itu aku sudah membacanya. Tak ada yang aneh." Meski ia tahu bahwa perbuatan itu tak dibenarkan namun ia memiliki firasat bahwa wanita itu bisa pergi kapan saja.

PadmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang