XXIV. Dua puluh Opat

40 4 0
                                    

Selamat sore😘
Happy reading~

Rekomendasi lagu untuk chapter ini
Billie Eilish feat Khalid — lovely

Rekomendasi lagu untuk chapter iniBillie Eilish feat Khalid — lovely

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(OOTD Kinanti dan Satya)









Kinanti tersenyum menyambut kedatangan mobil range rover grey dan ia sedikit menunduk saat Afnan membuka kaca jendela depan samping supir. Kinanti melihat ternyata orang lain yang mengendarai bukan Afnan ataupun Satya. Lantas dimanakah Satya? Bukankah lelaki itu juga ingin ikut dengan mereka?

"Ayo mbak, masuk," katanya dan Kinanti mengangguk.

Saat membuka pintu penumpang ia dikejutkan oleh seorang pria yang sudah rapi dengan pakaiannya dan dengan santai duduk di sampingnya. Satya sedang melihat kearah lawan dan mungkin tak menyadari kehadirannya. Ia duduk dengan perasaan gugup. Mungkin lebih tepatnya sangat menantikan hari ini. Dimana ia akan mengunjungi kediaman Ratu Tribuana.

Karena semalam ia menangis hebat akibatnya pagi ini matanya sangat membengkak. Ia tak bisa mengompres matanya karena sudah terlambat dan takut mereka akan menunggu lama.

"Maaf udah nunggu lama ya?" tanyanya gugup.

"Gak apa-apa mbak santai aja. Gak lama juga kok mungkin kitanya yang terlalu pagi. Yang lama itu Bli Satya. Lama sekali pakai bajunya koyok orang lagi mau ngedate aja," jawab Afnan sambil tertawa mengejek Satya yang sudah mengacak-acak lemari kamarnya karena bingung harus pakai pakaian seperti apa.

"Nan," tegur Satya tegas buat tawa cekikikan Kinanti terhenti. Gadis itu melipatkan mulutnya ke dalam karena masih ingin menertawainya.

Di balik kacamata hitamnya ia melirik pada kaca mobil di depan yang ternyata pria itu sedang memerhatikannya. Kinanti berdeham sebentar kemudian beralih pandang pada luar. Ia membuka sedikit kaca mobil kemudian melepaskan kacamata hitamnya.

Angin pagi memang sangat nikmat. Kesejukan menerpa wajahnya yang lembut. Ia menutup matanya guna lebih merasakan semilir angin kota ini. Bibirnya sedikit terangkat.

"Mbak Kinanti."

"Hm?"

"Sudah sarapan?" tanya Afnan hati-hati.

Kinanti menegakkan tubuhnya kemudian menatap Satya lalu Afnan. "Aku sih udah."

"Oh yowes lah," gumamnya.

"Kenapa mas? Apa kalian belum sarapan? Gak apa-apa aku temenin kok," kata Kinanti yang kemudian tak sengaja menatap Satya yang juga menatapnya. Matanya bergerak ke kanan dan ke kiri. Gugup melihat seseorang yang menatapnya begitu intens. "Kenapa mas?" bisiknya pada Satya.

"Matamu bengkak," jawabnya datar namun dalam telinganya itu tersirat akan kekhawatiran.

Sontak Kinanti meraba area matanya yang ternyata ia baru sadari telah membuka kacamata hitamnya. Ia mengedipkan beberapa kali dan tertawa gugup. "Saya kurang tidur. Makanya mata agak bengkak sedikit."

PadmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang