Holaa!!!! Hello September~~~
Happy weekend!~~~
Ada yg merindukan saya? klo ya, jgn lupa follow akunku yaaa baik di wattpad, tiktok ataupun di instagram, soalnya aku suka kasih bocoran atau hal-hal yg bisa di diskusikan...
Oh iya ini ada sepenggal lagu dari Noah yg berjudul Aku hidup untukmu, aku mati tanpamu
rasanya ini pas untuk Vera dan Lingga
Vera to Lingga : Air... mata ini menyadarkanku... kau takan pernah menjadi milikku...
Lingga to Lydia : Tak pernah ku mengerti aku segila (sebodoh) ini. Aku hidup untukmu, aku mati tanpamu....!
Happy Reading~
Beberapa jam sebelumnya...
Setelah kelar dari ruang meeting tersebut, ia diminta oleh sekertaris Lingga untuk menemuinya di ruangan pria itu. Itu cukup buat ia gugup dengan apa yang akan dibicarakan nanti. Setelah mengetuk pintu dan dipersilakan masuk, ia pun segera datang.
Dilihat dari matanya, Lingga tengah menatap ke luar jendela mengamati jalan raya. Satya melihat area ruangan yang kemungkinan akan menjadi ruangan Kinanti. Ada satu lukisan besar bergambar satu harimau yang sedang berjalan di atas air dengan di sekeliling harimau itu dipenuhi oleh tanaman teratai. Mata tajam harimau itu seakan menatapnya. Lukisan itu seakan hidup dan ia melihat di sisi kanan bawah terdapat sebuah nama yang ia kirakan adalah nama ibu dari Kinanti.
"Apa kamu percaya pada sebuah takdir, nak Satya?" katanya lembut dan bersahabat. Sebetulnya ia bukan ingin membicarakan apa yang terjadi di dalam ruangan itu meski ia sangat penasaran dan khawatir dengan keadaan putri semata wayangnya.
"Ya pak Lingga. Saya mempercayai bahwa takdir akan selalu datang dengan tepat, diwaktu, tempat maupun para manusia. Kenapa bapak menanyakan itu?" jawabnya mantap.
Lingga tersenyum miring. Kemudian ia berjalan menuju sofa khusus untuk tamu dan ia mempersilakan Satya untuk duduk di hadapannya. "Kalau saya tak pernah percaya pada takdir dari Sang hyang kersa. Terserah kamu menilai saya seperti apa, tetapi takdir yang diberikan oleh Sang hyang kersa pada saya nyatanya bisa terpatahkan."
Satya tak mengerti namun ia tetap diam mendengar kalimat apa yang selanjutnya akan dilontarkan pria paruh baya itu. Lingga mencondongkan tubuhnya dan menangkupkan kedua tangan menatap pria muda dihadapannya. "Saya tidak tahu motif kamu apa untuk mendekati putri saya. Dia adalah putri kandung saya. Kebanggaan saya. Dan kamu tahu betapa istimewanya dia di hidup saya?" lanjutnya.
"Kinanti bukan hanya istimewa unttuk Anda, pak Lingga. Tetapi untuk saya juga."
Lingga terkekeh meremehkan ucapan Satya. Kemudian ia duduk dengan tegap. "Saya beritahu kamu satu rahasia tentang Kinanti, kenapa gadis itu bisa istimewa di hidup kami (ayah dan ibu Kinanti). Pada usia kandungan enam bulan, istri saya mengalami rasa sakit yang sangat menyakitkan hingga paraji menyarankan untuk menggugurkan janin tersebut. Namun saya dan istri sepakat untuk melahirkan bayi perempuan itu hingga paraji memberitahu saya bahwa si bayi akan mewarisi leluhurnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Padma
Historical Fiction⚠ PERLU DIINGAT BAHWA CERITA INI TIDAK ADA KAITANNYA DENGAN SEJARAH ASLI⚠ Sebuah insiden tabrakan truk dengan mobil menewaskan sang supir dan seorang wanita berusia sekitar dua puluh dua tahun dengan luka parah. Diketahui dia adalah Kinanti Surya At...