V. Lima

98 6 0
                                    

Haloooo ada rekomendasi musik nihh sambil baca part ini sambil denger lagu 玄鸟 (Mysterious Bird) - 萨吉 (Sa Ji)

Ada yg tau dramanya? Iya diambil dari ost drama china Till the end of the moon

Happy reading~




Ricuh suara di luar. Belum lagi besi yang beradu dan mulut yang saling menyaut. Entah siapa yang benar atau yang salah. Entah siapa yang menang atau kalah. Nyatanya mau diubah alurnyapun ternyata tetap sama. Kinanti melihat dengan mata kepalanya sendiri dengan kesadaran penuh, Sang Prabu tewas tertebas.

"Ayahanda!" teriaknya. Dengan kaki kecilnya ia berlari menghampiri Sang Prabu yang telah menutup matanya.
Tangan dingin nan bergetar itu menutupi dengan sigap seluruh darah yang keluar dari tubuh Prabu Lingga. "Tidak ayahanda," gumamnya sembari terisak. Ia meraung atas kepergian ayah yang paling ia hormati itu. Andai saja jika ia bisa lebih keras untuk menolak lamaran ini, andai saja...

Gajah mada menginstruksikan untuk menghentikan kegiatan apapun di sekitaran. Putri dan seluruh pengikutnya menangis meratapi kepergian pemimpin mereka. Kemudian ia melihat sang anak bangkit dan mengatakan kalimat yang terdengar dingin ditelinganya. "Asih! Kau ingat dengan apa yang ku katakan?" kata gadis itu membuat ia waspada pada situasi selanjutnya.

Asih menggeleng keras dan tetap teguh untuk terus berada di sisi Dyah. "Sekarang!" perintahnya membuat salah satu pelayan istana menarik paksa Asih dan berlari sejauh mungkin.

Namun itu sia-sia bagi pendapat Majapahit. Tak akan pernah bisa melarikan diri setelah berada di wilayah kekuasaan mereka. Dan Kinanti tahu itu walau masih berharap bahwa akan ada keajaiban yang akan datang nantinya.

"Akan lebih baik jika kita bekerja sama, kau ikutlah dengan kami," ucap salah seorang bangsawan.

Dengan seluruh tubuhnya yang bergetar ia bersuara lantang dan terdengar getaran di pita suaranya. "Tidak ada lagi. Semua telah hangus. Janji bahwa aku akan di nikahkan di jadikan permaisuri atau malah menjadi selir, perjanjian itu sudah musnah. Bersama dengan gugurnya pemimpin kami!"

Selanjutnya ia melemparkan belati ke arah mereka. Belati yang diam-diam ia ambil dari saku Prabu Lingga. Kemudian ia berlari sejauh mungkin. Tak lupa ia terus mendoakan yang lainnya agar bisa melarikan diri dan jika tidak bisa maka ia berdoa agar meraka bisa bersembunyi tanpa ada yang mengetahui keberadaan mereka.

Kaki kecilnya sangat lincah. Tentu saja sewaktu ia sekolah, Kinanti selalu menjadi juara umum dalam bidang olahraga lari maraton. Tingkat kabupaten/Kota. Tingkat provinsi dan tingkat nasional, tentunya.

Para prajurit dibagi menjadi dua kubu. Ada yang mengejar para pelayan istana dan ada juga yang mengejar sang putri. Kinanti melihat sekilas ke belakang mereka mengejarnya dan tak terlalu banyak karena mungkin mereka berpikir bahwa ia dengan mudah tertangkap.

Oke sekarang ayo bernapaslah dengan baik. Kekuatannya ada pada pernapasan yang benar.

Dengan tingkah konyolnya ia melepaskan beberapa hisana di kepalannya begitupula tusuk konde dan menusukannya pada tangan. Ini akan jadi fosil dan menjadi barang sejarah yang berharga. Di perhiasan ini ada DNA Putri Dyah Pitaloka. Lalu ia menyebarkan perhiasan itu ke seluruh hutan. Degup jantungnya semakin kencang saat ia melihat orang-orang yang mengejarnya sudah hampir menangkapnya, untuk itu ia melemparkan sebuah tusuk konde dan melesat melukai pipi seorang prajurit.

Hingga diujung matanya ia melihat ada seseorang yang seperti sedang berburu terlihat dari panahnya yang terlihat biasa saja tak bernilai. "Kisana! Tolong saya Kisana!" teriaknya.

PadmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang