XV. Lima Belas

49 5 0
                                    

Kepengen sih tiap hari updet yaww tapiiiiii.....

Happy reading guys~~~















"Aku mengetahui kabar berita yang tersebar saat ini di istana Majapahit. Tak perlu adanya penjelasaan dariku ataupun darinya karena tak wajib juga kami tanggapi. Namun lain hal nya jika sudah buat ia tak nyaman aku akan tegaskan."

Sore itu sehabis pertemuan tentunya banyak sekali pertanyaan yang ditujukan padanya perihal malam kemarin. Mereka memang tak berbuat banyak setelah Putri Dyah pitaloka yang akhirnya tertepar oleh arak yang dibawanya. Namun ada kemungkinan beberapa orang mengira hal lain. Contohnya mereka mencurigai bahwa Kerajaan Galuh telah mereka berhasil ditaklukan.

Prabu Hayam wuruk tak terlintas memikirkan itu. Yang saat ini ia pikirkan adalah mengeluarkan racun yang ada kemungkinan dapat merugikannya dan juga Kerajaan ini. Dan yang paling ia takutkan adalah kehilangan gadis permatanya.

"Mengapa tak engkau habisi saja mereka (yang dicurigai para penghianat). Dengan begitu, kita semua akan terbebas dari halangannya."

Prabu Hayam wuruk menatap pria itu sekilas dan kembali melanjutkan kegiatannya membaca kasus-kasus yang tertulis di kayu rotan. "Aku tak ingin gegabah. Kita ikuti saja alurnya bagaimana. Lalu setelah itu kita kembalikan mereka ke tempat asalnya."

Ada dua kemungkinan kalimat kembalikan ke tempat asalnya adalah yang pertama dikembalikannya mereka ke Kerajaan Galuh. Atau yang kedua di kembalikannya mereka ke tempat asalnya yaitu tanah. Lantas maksud yang manakah yang pantas mereka dapatkan?

"Kalau kita melakukan kekerasan pada mereka, lalu bagaimana pandangan Galuh terhadap kita? Bukankah akan bertambah tak baik pada kita setelah kejadian di lapang itu. Belum lagi Putri mereka tertahan di sini. Aku hanya tak ingin adanya peperangan dengan Galuh. Ikatan kami memang hampir putus tapi bukankah seharusnya kita ikatkan kembali dengan ikatan yang baru agar selalu terjalin hubungan yang baik dengan Galuh."

Mendengar kalimat panjang yang terlontar dari Prabu Hayam wuruk buat lelaki itu terheran. Saat berapinya semangat untuk menyatukan nusantara ini kian membara namun sekarang apa yang terjadi? Seolah Prabu Hayam wuruk tengah melindungi keluarga istrinya juga.

Kehati-hatian bukan gaya Majapahit. Ataukah dari awal sang Maharaja memang berniat menjadikan Putri Dyah pitaloka sebagai istri sahnya?

"Ada apa Gendhis?" tanya Prabu Hayam wuruk pada Gendhis yang tetiba saja datang ke tempatnya. Raut wajahnya makin menegang. Mungkinkah sang putri tahu akan rumor yang beredar saat ini?

"Ngapunten gusti Prabu. Anu.. Putri menangis setelah mendapatkan hadiah dari Sri Maharani."

"Mengapa?"

"Hamba kurang yakin, tapi beliau bilang pada hamba bahwa beliau sangat menyukai hingga air matanya keluar."

"Baiklah aku mengerti."

Gendhis mengangguk dalam tundukannya kemudian ia pamit undur diri.

Menangis karena bahagia?

***

Malam harinya saat setelah dua jam makan nya, Kinanti merasakan pegal dan sesak. Untuk itu ia membuka pintu kediamannya dan berniat keluar untuk mencari udara segar karena seharian ia tak ada selangkahpun keluar dari kediamannya karena takut akan berpapasan dengan Prabu Hayam wuruk. Ya, ia sangat malu sekali atas perbuatannya malam itu.

Namun ketika asik dengan bunga mawar yang ia petik dari sekitaran kediamannya, ia tampak terkejut dengan kedatangan sosok pria jangkung disana hingga tanpa sadar menjatuhkan setangkai mawar merah itu.

PadmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang