11.

142 12 0
                                    

Tante Evelyn akhirnya bersuara, "Mas, aku tahu Jennie itu putrimu tapi saat ini kamu harus berbicara untuk Celine."

Aku menatap Papah Paris dan beliau kini enggan bertemu mata denganku.

"Pak Hendra, maaf sudah tidak sopan sebelumnya mengenai Jerico. Saya hanya khawatir tentang Jennie saja, begitu. Dan maksud saya mengundang Anda sekeluarga makan malam di sini adalah untuk membicarakan perjodohan antara Jerico dan Celine, putri saya."

Aku tidak menyangka Papah Paris akan secepat ini mengambil langkah untuk menempatkan anak tirinya kepada puncak kebahagiaannya, dengan cara menjadi pasangan seorang Jerico. Jerico  memang memiliki profile luar biasa di luar dan kebusukannya hanya aku yang tahu.

Celine jelas-jelas sudah didepak dari mobil Jerico tadi pagi dan malam ini dia sudah bertingkah lagi. Sepertinya dia bukan saja sakit fisik tapi juga sakit mental karena mencintai orang yang kasar. Atau apakah orang yang sedang jatuh cinta memang sebuta itu?

Jerico masih diam dengan tenang. Sementara aku bertemu pandang dengan Lucas. Hanya ada keteduhan di matanya untukku.

"Ah, tidak masalah. Jerico selama ini selalu sendirian. Dia mungkin hanya penasaran pada Jennie karena tiba-tiba saja memiliki seorang adik perempuan." Papah Hendra sangat bijaksana dan tenang dalam bersikap. "Melihat kedekatan keluargaku dan keluarga Evelyn sebelumnya, aku memang menyanggupi datang ke acara makan malam ini, namun untuk hal yang Anda inginkan, semuanya tergantung pada keputusan Jerico."

Di sampingku, Mamah Miranda menunjukan keberatan dari ekspresi wajahnya. Celine sudah merebut semua kasih sayang  Papah Paris dariku. Kini Celine juga menginginkan Jerico, kakak tiriku.

"Tentu saja. Semua kembali pada keputusan anak-anak kita," timpal Papah Paris tersenyum bersahaja.

Tante Evelyn menatap Jerico semringah, "Celine gak pernah telat bercerita tentang kamu yang selalu nolong dia, Jerico, dia sangat menyukai kamu dan Tante harap kalian bisa menjalin hubungan."

Papah Hendra bertanya ke Jerico, "Jadi, apa keputusanmu, Jerico?"

Jerico tersenyum kecil, dia menatap Tante Evelyn dan Papah Paris saat berkata tegas, "Maaf, saya menolak."

Celine terlihat sangat tercengang, mukanya langsung pias, mengeluh, "Tapi kenapa, Jer? Bukankah kita sudah saling mengenal sejak kecil dan kamu juga selalu ada saat aku butuh."

Jerico berkata untuk semua orang, "Jika ada orang selain Celine yang butuh pertolongan saya, saya juga akan membantunya."

Hal kecil dengan menolong Celine yang gampang pingsan mungkin hanya sebagai kewajiban Jerico sebagai manusia yang punya empati. Mungkin itu maksud Jerico agar dia tidak disalahpahami oleh semua yang hadir di meja makan. Itu juga jawaban Jerico padaku di kafe Dara.

.... sesimple itu.

Jerico membangun citra seperti seorang pewaris yang akan mengulurkan tangan kepada setiap orang yang membutuhkannya.

Mata Celine berkaca-kaca, "Maaf aku terlalu berpikiran sempit. Kupikir kamu dan aku memiliki perasaan yang sama."

Jerico tersenyum menghargai, "Tidak masalah. Aku juga minta maaf padamu, Celine."

Celine mengangguk kecil dan tidak mengangkat kepalanya lagi.  Namun, adegan yang kulihat ini belum berakhir meski Jerico dan Celine sudah saling berkomunikasi.

"Mas Hendra, kita tetap bisa menjodohkan mereka agar kekeluargaan kita semakin kokoh dan semakin memperbesar bisnismu," tawar Tante Evelyn lalu tersenyum anggun.

"Jika anakku tidak mau, aku tidak akan bisa memaksanya kecuali dia yang mengubah pikiran sendiri," tolak Papah Hendra.

Jerico terdengar seperti sangat dimanjakan. Akan tetapi, apakah benar?

Kakak Tiriku Villain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang