Jennie, kamu di mana? Kata Jerico kamu bolos sekolah sama kakak tiri kamu si Lucas itu! Dia kuatir karena kamu gak ada kabar sampai sekarang.
Aku di rumah.
Aku melempar gawai ke tempat tidur setelah satu jam lamanya mamah tidak lagi membalas pesanku. Aku berjalan ke balkon dan terkejut melihat mobil Jerico memasuki halaman rumah.
Jerico keluar dari mobil lalu kami saling bertatapan dengan sengit. Kontak mata kami terputus saat Jerico berlari memasuki rumah. Sebenarnya mendapat pesan seperti itu dari mamah membuatku teringat ancaman Jerico jika aku tidak ada di rumah saat dia pulang.
Sampai tak berapa lama kemudian Jerico sudah berdiri di depanku dan menubruk tubuhku dengan badannya yang gagah. Aku memberontak, sangat marah atas apa yang tadi pagi dia lakukan. Entah karena mempermalukanku dengan tidak mengakuiku sebagai adik tirinya atau karena dia menolong Celine.
"Sialan, Jennie," umpat Jerico di telingaku. "Ke mana aja lo seharian ini sama bajingan itu?"
"Siapa yang lo katain bajingan? Gak nyadar diri?" sindirku sinis.
Jerico melepas pelukan sepihaknya dan ganti mencengkeram kedua bahuku. Dia menatapku tajam dan aku merasa tertusuk oleh pandangan itu. Dia terlihat dua kali lipat lebih menyeramkan dari sebelumnya.
Aku mencoba tegar di tengah hatiku yang sedang kacau.
"Bisa gak, kalo gue nanya itu cukup dijawab aja? Gak perlu lo ngomongin yang gak penting karena gue gak mau denger!" perintah Jerico.
"Bisa gak, lo gak usah nanya-nanya karena itu gak penting bagi gue!" kataku mengembalikan lagi kalimatnya.
Jerico berdecak dan melepaskanku, dia terlihat sangat frustasi ketika menendang dan meninju tembok. Ini kesempatanku untuk kabur kembali ke kamar sebelum langkahku berhenti mendengar kalimat Jerico lagi.
Jerico menggertakkan gigi. "Gue nyari lo kayak orang gila."
Apakah aku tidak salah dengar, dia mencariku hanya karena aku pergi dengan Lucas?
Aku tidak bisa percaya padanya dan memilih berlari masuk ke kamar lalu mencoba membuka pintunya, tetapi terkunci. Sepertinya Jerico sempat menguncinya sebelum menemuiku di balkon. Dasar serigala licik. Aku menoleh ke kanan-kiri mencari sesuatu.
"Lo mau ini?" Jerico mengacungkan kunci kamarku lalu melemparnya hingga menabrak kaca lemari.
Dia berjalan perlahan ke arahku dengan seringai di wajahnya. Aku menempelkan tubuh ke pintu. Jalanku buntu.
"Jangan sentuh gue lagi. Gue benci sama lo!" teriakku dengan suara bergetar.
"Tapi lo harus bayar kemarahan gue dengan cara itu," kata Jerico tidak tahu malu.
"Yang seharusnya marah itu gue! Elo itu gak tau malu, ya. Lo cinta ke Celine tapi minta gue yang puasin nafsu lo, apa lo udah gila?" makiku di depan wajahnya.
Jerico memenjarakan tubuhku dengan kedua tangannya di letakkan di samping kepalaku.
"Lo yang udah gila karena bisa-bisanya bilang gue cinta ke Celine!" sembur Jerico, di depan wajahku juga.
Aku tidak percaya pada elakkan Jerico tentang perasaannya pada Celine. Dia mencariku karena merasa aku yang membuat Celine pingsan, bukankah begitu? Dia hanya tidak terima aku kasar pada orang yang dicintainya.
Bisa-bisanya Jerico mengelak di saat aku melihat dengan jelas bagaimana dia memperlakukan Celine tadi pagi.
"Cih, lo sebegitu sayangnya kan sama Celine sampai-sampai lo nyari gue. Buat apa? Lo mau bikin perhitungan sama gue?" ujarku marah. "Lo harus tahu dan inget bahwa gue sangat membenci Celine karena nyokap dia udah bikin keluarga gue hancur!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Kakak Tiriku Villain
Teen FictionTAMAT Season 1: Cinta yang penuh manipulasi dan konflik keluarga. Ada banyak alasan kenapa Jerico melakukan hal hina itu pada Jennie, akan tetapi Jennie tidak pernah sampai pada kesimpulan kalau ternyata Jerico sangat mencintai dirinya. Bahkan peras...