36.

156 13 8
                                    

Pagi ini papah kandungku ingin bertemu denganku. Aku harus menyiapkan kekuatan untuk menghadapinya. Aku tidak tahu apalagi yang Celine ceritakan tentangku, yang bisa membuat papah memarahiku lagi, tetapi aku sangat merindukan beliau jadi aku menyanggupinya.

Aku juga menunggu Jerico berangkat sekolah terlebih dahulu sebelum izin ke mamah untuk membeli kebutuhanku sendiri ke supermarket. Hubungan papah dan mamah menjadi semakin tidak baik dan aku tidak mau mamah berbicara sesuatu yang menghalangi jalanku untuk bertemu dengan papah. Aku memilih kafe Dara sebagai tempat bertemu dengan papah.

Papah sudah sampai lebih dulu. Beliau bilang menunda rapat agar bisa bertemu denganku. Betapa senangnya.

"Jennie, apa kabar?" tanya papah, canggung.

Aku tidak tahu harus menjawab apa. Aku tidak pernah baik selain merasa bodoh di hadapan beliau. Tiba-tiba mataku menjadi panas.

"Celine sudah menceritakan semuanya, Jenn," kata papah lagi.

Aku hanya menatapnya.

"Papah minta maaf, papah salah sama kamu."

Kenapa baru sekarang?

"Papah ingin menebus semua rasa bersalah ke kamu, Jenn," ucapnya dengan wajah menyesal, "kamu tinggal sama papah ya, mulai sekarang?"

Tidak. Aku takut pada Celine dan bahkan pada Lucas. Aku menggeleng.

Jerico sudah menguras habis seluruh energiku. Aku tidak mau menghadapi drama Celine atau Lucas yang terus bersikeras dengan perasaannya padaku. Membayangkannya saja sudah membuatku lelah sekali.

Papah tampak frustasi karena tidak ada satu dari perkataannya yang aku tanggapi. Papah juga terlihat sedih dan bingung.

"Jenn, kenapa kamu gak masuk sekolah? Ah, papah bisa pindahin kamu ke sekolah yang lebih bagus. Gimana, kamu setuju gak?"

"Aku heran. Kenapa papah baru bertindak sebagai papahku setelah semua yang aku alami?" Sampai akhirnya aku tak bisa bangkit lagi.

Papah terdiam. Beliau menunduk lalu menatap wajahku dengan teguh.

"Mungkin ini bakal bikin kamu lebih baik," ceritanya, "papah udah negur Celine karena gak nyeritain tentang kamu lebih detail, di pesta temen kalian. Papah sakit hati."

Aku tidak puas jika beliau hanya menegur Celine.

"Jenn, kamu yang ... yang lompat sendiri ke kolam tapi temen-temen kalian nuduh Celine yang nyelakain kamu. Sekarang dia jadi dimusuhin sama satu sekolah ... apa kamu gak mau membenarkan yang terjadi?"

Jika aku meluruskan situasinya maka nama Celine akan kembali bersih dan namaku akan menjadi lebih buruk. Itu kah alasan papah menemuiku?

Aku menunduk. Air mataku menetes dan aku buru-buru menghapusnya. Sepertinya sudah cukup, aku mau pergi saja.

Aku berdiri.

"Jennie, papah sayang sama kamu," ujar papah buru-buru, ikut berdiri.

"Bohong!" jawabku tidak percaya. "Papah cuma sayang sama Celine!"

Papah menahanku untuk tidak pergi dengan memegang kedua bahuku, membuatku kembali duduk di depannya.

"Ada alasan kenapa papah sayang sama kakak tiri kamu, Jenn," ceritanya, "dia itu anak teman baik papah yang sudah meninggal. Teman papah amanatin Celine ke papah karena dia punya penyakit jantung seperti dirinya."

Aku memberikan tatapan menuduh, "Aku gak tau kenapa papah itu terobsesi banget sama temen. Kemarin marahin aku gara-gara temen Celine sekarang ngebujuk aku karena temen papah juga. Papah anggap dia temen tapi apa dia berpikir sama saat papah nyuri istrinya?"

Kakak Tiriku Villain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang