21.

118 10 0
                                    

"Jangan lepasin tangan gue, atau lo bakal nerima akibatnya."

Jerico mengancamku lagi setelah kami sampai ke tujuan. Pesta Zafran berlangsung  di belakang rumahnya yang difasilitasi kolam renang. Halaman belakangnya sangat luas hingga mampu menampung banyak orang. Yang punya pesta bangkit dari duduk saat melihat Jerico dan aku datang.

Malam ini anginnya dingin.

Zafran berjalan ke arah kami, matanya tertuju ke lengan Jerico yang aku peluk. Rasanya mata Zafran sama persis seperti tatapan Jerico padaku tadi siang, ketika di kantin bersama Lucas. Apa artinya itu?

"Ahh, Jennie, lo dateng juga," desah Zafran, matanya berbinar-binar melihatku. "Elo cantik kayak biasanya."

Aku tersenyum berterimakasih. Aku menengadah dan melihat Jerico sedang melirikku dengan tajam, senyumku luntur seketika. Aku kan hanya bersikap wajar.

"Jer, biarin Jennie berbaur sama temen-temen yang lain," kata Zafran. "Lo juga harus kasih penjelasan soal Kevin ke anak-anak. Party ini dibuat khusus  untuk kita-kita supaya gak tegang-tegang amat, sebelum ujian kelulusan. Apa lo gak kasian sama dia?"

Geng Omorfos hanya terdiri dari belasan remaja pria saja, dan kesemuanya memiliki paras yang  tampan ditambah  latar belakang keluarga mereka sangat kuat. Rupanya si anak kepala sekolah itu hanyalah ketua mainan karena nyatanya Jerico yang tampak memegang kendali di kelompok tersebut.

Jerico melihatku lalu melirik ke anggota gengnya di meja yang semula diduduki oleh Zafran. Mungkin dia sedang mempertimbangkan untuk mengajakku ke sana. Akhirnya dia memutuskan.

"Jangan ke mana-mana," peringat Jerico tajam. "Nanti gue balik lagi."

Jerico berjalan duluan, Zafran melirikku sebelum pergi. Aku tentu tidak menuruti Jerico. Aku butuh ke toilet dan meminta pelayan untuk mengantarku ke kamar mandi di rumah Zafran. Sebelum sampai ke toilet, aku dicegat oleh Lucas yang sedang merokok di dapur. Dia tampak kacau.

Lucas menyuruh pelayan itu pergi. Dia menghampiriku setelah mematikan rokoknya.

"Jenn," panggil Lucas.

Aku menghindarinya dan kembali berjalan keluar. Baru dua langkah, aku seketika mematung mendengar teriakan Lucas. Dari nadanya, Lucas seperti akan menangis.

"Jennie, aku cinta sama kamu!" teriak Lucas keras-keras, menandingi suara musik di luar. "Aku sengaja bilang Jerico mainin kamu supaya kamu ngejauh dari dia bukan malah jadi dekat sama dia. Aku takut kamu juga cinta sama dia, Jenn. Aku udah nahan-nahan perasaan ini tapi nggak bisa lagi, aku sayang sama kamu. Bahkan cuma dari cerita Jerico aja udah bisa bikin aku suka sama kamu!"

Apakah ini adalah alasan yang tadi siang Lucas maksud. Dia mencintaiku. Hanya saja bukankah sekarang Lucas dan Jerico sudah seperti musuh jadi kapan Jerico menceritakan tentangku kepada Lucas?

Terlalu terkejut dan skeptis tentang perasaan  Lucas padaku, aku jadi tidak menangkap inti dari kalimatnya. Kini satu yang aku tahu, Jerico dan Lucas adalah teman masa kecil. Ikatan mereka seharusnya sudah sangat kuat meski kini terlihat renggang. Namun, Lucas malah mengadu dombaku dan Jerico.

Sampai-sampai hubunganku dengan kakak tiriku jadi seperti boneka dan pemiliknya. Aku semakin kesal pada Lucas!

"Lo nusuk Jerico dari belakang."

"Itu karena aku cinta sama kamu, Jennie! Kenapa sih kamu gak bisa ngerti perasaan aku?"

"Alasan lo bener-bener gak bisa gue nalar, Lucas. Kita kenal aja pas udah jadi sodara tiri, kapan lo bisa cinta sama gue?"

"Sedari aku kecil, aku udah suka sama kamu, Jenn."

"Makin muak gue denger lo ngomong!"

Aku pergi meninggalkan Lucas di dapur. Dia hanya mempermainkan aku dan aku tidak akan percaya pada pembohong lagi. Lucas juga tidak mengejarku, dia tahu aku marah sungguhan dan butuh waktu sendirian.

Kakak Tiriku Villain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang