25.

124 13 4
                                    

Terimakasih untuk kalian yang udah kasih vote buat Jennie. 🤍

Keesokan harinya.

Jerico dan aku berangkat ke sekolah Cenderawasih. Rencananya dia akan membawaku ke ruang kelas tiga untuk meminta maaf pada Mariska. Meski harga diriku menolak, aku sudah capek melawan Jerico.

Aku melihat mobil Papah Paris di depan gerbang sekolah. Beliau sepertinya menungguku bersama dengan Celine di dalam mobil. Aku minta Jerico menurunkanku di pinggir jalan dan dia masuk ke tempat parkir terlebih dahulu.

Aku lalu berjalan ke mobil papah kandungku, beliau  dan Celine juga keluar dari mobil. Celine melirikku kemudian meninggalkan Papah Paris dan aku di depan gerbang sekolah. Para murid sudah masuk ke sekolah Cenderawasih, jadi di depan sini hanya ada papah dan aku.

Air muka papah sangat tidak enak dilihat. Beliau memintaku untuk masuk ke mobilnya tapi aku menolak. Melihat tidak ada orang selain satpam di pos jaga, akhirnya papah setuju untuk berbicara di depan gerbang sekolah.

Papah memarahiku meski dengan intonasi yang rendah, "Jenn, sampai kapan sih kamu mau berulah! Papah malu ngerti gak kamu?! Beraninya kamu ngelukain temen deket kakak tiri kamu di pesta orang lain. Gak bisa kamu jaga nama baik keluarga kita, hah?"

Aku sedikit terdiam. Tadinya aku berharap Papah Paris akan menanyakan kondisiku setelah apa yang aku alami di party Zafran. Ternyata beliau meluangkan waktu bertemu denganku hanya  untuk memarahiku.

Dan lagi, nama baik keluarga mana yang harus kujaga? Bukankah beliau yang sudah merusak semua ekspektasiku tentang keluarga cemara?

Aku meremas tali ransel erat-erat, "Apa lagi yang anak kebanggaan papah ceritain soal aku?"

Papah terus mengomeliku, kini beliau menujuk-nunjuk wajahku, "Kamu yang biang onar. Apa lagi? Lucas marah besar ke Celine tapi dia gak ngomong masalahnya apa. Kamu tau gak Celine sampai pingsan dimarahi sama Lucas? Kalau bukan Papah yang ngebujuk Celine bicara, dia pasti akan tetep diem aja nyembunyiin kelakuan beringas kamu. Papah sudah kehilangan kesabaran sama kamu, Jennie, jangan sekali-kali kamu bikin Lucas sama Celine bertengkar gara-gara kamu lagi!"

Aku menunduk lesu.

"Bagus sekarang kamu diem aja. Gak bisa nyangkal, kan?"

Aku mengangkat wajahku lagi, mataku berkaca-kaca, "Emang kalo aku ngomong papah mau denger dan percaya sama aku? Papah cuma tau cerita Celine jadi kenapa papah harus semarah ini? Celine pingsan dan papah semarah ini sama aku ... hiks. Padahal aku nggak ada ngapa-ngapain Celine, Pah. Dulu tangan papah itu buat kasih semangat ke aku, buat nyayangin aku, buat peluk ... peluk aku setiap hari. Tapi sekarang papah nunjuk-nunjuk wajah aku. Apa wajah aku ini cuma mirip sama papah sampe papah setega itu nyebut aku anak yang beringas cuma karena cerita sepihak dari Celine?"

Aku menutup wajahku sendiri sambil berjongkok. Bahkan kini Papah Paris sama sekali tidak mau merangkulku meski aku menangis terpuruk. Di kejauhan aku mendengar suara motor berhenti di belakang tubuhku dan orangnya berlari kepadaku.

Lucas mencoba membantuku untuk  bangun, lalu membentak papah, "Om, ngapain Jennie, sih?"

Aku menunduk menghapus air mataku dengan kasar di hadapan mata Lucas lalu menghindar. Akan berbahaya jika Jerico melihatku di dekat Lucas, di saat bersamaan Lucas akan menilai sikapku ini karena sudah mendapat gertakan dari papahku sendiri. Aku akan memperoleh semua hal yang bisa aku manfaatkan.

Papah semakin menjadi dengan bertolak pinggang pada Lucas, "Dia emang pantas dikasih pelajaran, Lucas."

Lucas berdiri di depan tubuhku, dia memegang lenganku dengan kencang, seluruh tubuhnya tegang, "Pelajaran apa lagi yang mesti Jennie terima setelah dia coba bunuh diri, Om, APA? Gimana Jennie gak tertekan tiap hari? Bukan cuma di sekolah dia dikucilin, sama orang tuanya aja dibikin nangis!"

Kakak Tiriku Villain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang