Rain

29.4K 738 12
                                    

Vote & coment!!!
Happy reading ✨

.

"Minggu depan saya ingin tugas dikumpulkan! Tidak ada kata terlambat, mengerti?"

"Baik pak!"

Tepat saat buku-buku tebal bercetak di atas meja tersusun rapi, dengan kilat sesekali menyambar bumi dan air hujan tiada waktu untuk berhenti. Tepat pada saat itu pintu terbuka begitu kasar, seorang pria masuk tanpa permisi dengan baju seragam basah menetes membasahi lantai,tiada tas ransel pula di atas pundak nya, mengabaikan dua mata tajam di balik kacamata baca yang menatap tajam seperti akan membunuh.

"Rain Antariksa!"

Kedua kaki yang terpasang sepatu kotor masuk tanpa permisi,jejak di lantai terlihat jelas,bokong nya ia letakkan pada bangku paling belakang seakan tidak perduli guru fisikanya Guntur  Petra Bumi yang galak sudah berdiri menghampiri dalam beberapa detik.

"Maaf pak, kesiangan"

Hanya sebaris kata alasan yang buruk,  sudah sering kali Guntur mendengar dari belah bibir sedikit tebal itu.
Dilihat dari penampilan murid nya saat ini Guntur tau jika Rain datang ke sekolah menerobos hujan lebat di luar.

Guntur menelisik penampilan Rain dalam diam,baju putih basah itu berkain tipis, Guntur dapat melihat dua benda di dada yang menonjol sedangkan sang empu badan seakan tak perduli tatapan seisi kelas yang mengarah kearah nya sejak awal Rain masuk.

"Tugas mu?"

Guntur mengangkat tangan nya kearah Rain meminta tugas yang ia berikan seminggu yang lalu,anak dengan tinggi 170cm itu hanya tersenyum menampilkan deretan gigi rapi tak merasa bersalah.

"Lupa pak"

'Cetak!'

Satu pukulan telak di kepala Rain terima dari buku tebal milik Guntur,ia usap kepala nya yang terasa nyeri, sesekali memandang kearah teman sekelasnya yang seakan sudah biasa dengan pemandangan seperti itu.

"Keruangan saya sekarang!"

Guntur meninggalkan Rain yang semakin menampilkan senyum lebar pada bibirnya seakan ini adalah waktu yang Rain tunggu sejak tadi, Guntur tidak perduli.

Murid paling aneh ya Rain, dihukum kok malah senang.

Setelah punggung lebar itu menghilang di balik pintu Rain segera bangkit dari duduknya,baru ingin melangkah pergi tangan nya sudah di pegang oleh teman sebangkunya.

"Lo sengaja kan?"

Mata tajam bagaikan elang dengan mimik wajah tak terbaca itu mulai mengintrogasi, Rain yang di tanya hanya mengangguk dengan semangat.

"Lepasin tangan gue sat,pak Guntur nanti nungguin"

Rain menggoyang kan tangan nya heboh   agar terlepas,tetapi tangan teman nya itu terlalu besar dan kuat, Rain tidak bisa melepas nya.

"Topan Putrayaksa! Lepasin sat!"

Yang di panggil Topan itu memutar bola mata nya malas,sebelum ia melepaskan tangan nya yang menggenggam tangan Rain,Topan mengambil jaket dari dalam tas nya dan memakainya ke pundak Rain,mata nya segera berpaling saat tak sengaja melihat dua tonjolan yang tercetak di balik kain putih yang basah.

"Pentil Lo tuh keliatan!"

Begitu ucapan Topan saat Rain ingin melepas jaket Topan, buru-buru Rain mengancing jaket Topan dengan wajah sedikit kesal menatap tajam kearah Topan yang masih saja curi-curi pandang.

"Thanks! Gue duluan"

Baru saja Rain hendak pergi sudah ada yang berdiri di depan nya dengan ekspresi wajah kesal, seorang gadis berambut pendek yang terkenal dengan galak nya.

"Woi! Rain! Bersihin lantai nya dulu!"

Rain melihat jejak sepatu nya yang kotor karena lumpur,ia mendekat kearah gadis bertubuh mungil di hadapannya dengan mencolek dagu sang gadis, segera gadis itu menepis dengan kasar.

"Nanti ya cantik,gue lagi ada urusan yang lebih penting. Habis selesai urusan baru gue bersihin"

Sekali lagi Rain mencolek dagu gadis galak di hadapannya sembari bergegas keluar kelas dengan terburu, gadis itu ingin kembali protes tetapi berhenti setelah Topan datang memberi usul.

"Udah Ra,biar gue yang bersihin"

Topan itu tipikal sahabat sejati,jika Rain membuat rusuh maka Topan akan memperbaiki keadaan sebisa nya, sudah cukup Topan melihat Rain yang selalu di hukum oleh guru fisikanya,biar urusan hukuman yang lain Topan yang lakukan.

Kembali pada Rain yang sekarang sudah berdiri tepat di depan meja guru nya dengan pakaian lembab,untung saja Topan meminjamkan jaket sehingga Rain tidak terlalu kedinginan,Guntur meletakan bekal siang nya keatas mejanya,mata nya melihat kearah jejak sepatu di mana Rain berdiri,kotor sekali.

"Jadi apa hukuman saya pak?"

Seakan hukuman sudah menjadi candu, Rain malah dengan semangat meminta jatah hukuman, perbuatan yang Guntur tau di sengaja,entah kenapa Rain selalu bertindak semena-mena kepada nya agar di hukum,lain dengan guru lain yang cenderung seperti tak di anggap. Siswa nakal seperti Rain sudah Guntur hapal betul tabiat nya,bukan hanya Rain yang nakal di sekolah ini tetapi Guntur adalah siswa nakal yang sering bertatap muka dengan nya karena urusan hukuman.

"Bukan saya yang hukum kamu tapi guru BK"

Guntur kembali melahap makan siang nya tanpa perduli ekspresi wajah Rain yang berubah.

Wajah Rain yang awalnya cerah berubah murung dalam sekejap,ia tak suka bertemu dengan pak guru galak yang lain.

"Kok gitu pak? Kan saya mau nya bapak yang hukum saya"

Guntur mengerutkan keningnya tak suka,anak di depan nya ini tipikal siswa nakal yang sesuka hati.

"Yang ngurus hukuman keterlambatan siswa itu guru BK bukan saya, kecuali kamu tidak mengerjakan tugas saya baru saya yang hukum"

Rain membuang nafas nya kesal,ia tak suka dengan usulan sang guru fisika. Pun tampak nya Guntur tak perduli dengan Rain yang mengajukan protes, buktinya Guntur masih asik menikmati makan siang nya sampai tak sadar ujung bibirnya yang kotor terkena saus.

"Kan saya juga gak bawa tugas bapak! Ya berarti saya di hukum nya sama bapak lah! Atau bapak yang mau saya hukum?"

Guntur memutar bola mata nya jengah melihat Rain menaik turunkan alis nya berniat menggoda, seperti wajah pria tua yang mesum membuat Guntur ingin menendang Rain keluar dari ruangan nya.

"Habis dari BK kamu balik lagi ke sini"

Rain melipat kedua tangannya di depan dada,menatap kearah Guntur dengan tatapan tajam,Rain keberatan!

"Sebelum keluar kamu bersihin dulu ruangan saya"

Rain ikut melihat kelantai setelah Guntur menunjuk bekas jejak kaki nya yang kotor,Rain kembali melihat kearah wajah Guntur dengan senyum seringai di wajahnya yang membuat Guntur mengerutkan keningnya bingung.

"Mau sekalian saya bersihin bibir nya gak pak?"

.
.
.
.
.
TBC

.

Haloo readers👋
Sansan kembali dengan book baru!
Udah hampir setahun ya Sansan hiatus nulis, padahal cerita sebelumnya masih gantung tapi udah buat lagi yang baru😌
Sebenarnya udah lama book ini mau Sansan buat tapi baru kesampaian karena sekarang udah gak sesibuk dulu..
Semoga kalian suka book baru nya ya
Mohon dukungan nya lewat vote dan comen!!!

Hukum Newton [Guntur-Rain] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang