pilihan tepat ⚠️

9.2K 327 13
                                    

Vote & coment!!
Happy reading ✨

.

Cahaya matahari masuk melewati ventilasi mengusik tidur Topan, perlahan mata tajam bagaikan elang itu terbuka menyesuaikan bias cahaya yang masuk ke mata, langit-langit kamar yang bukan milik nya membuat Topan tersadar bahwa semalaman ia menginap di kamar Langit,di raba nya tempat di samping nya ternyata sudah kosong. Aroma masakan tercium menandakan bahwa pemilik rumah sedang berkutat dengan dapur.

Topan melangkah kearah dapur,di sana terlihat Langit dengan piyama yang Langit gunakan malam tadi menandakan bahwa Langit juga belum mandi sedang berkutat dengan kuali panas,ujung bibir Topan tertarik ke atas membentuk sebuah senyuman karena pikiran terlintas di otak nya, pemandangan seperti ini sudah mirip sekali seperti suami istri.

Entah keberanian dari mana Topan berjalan mendekat sembari memeluk pinggang Langit dari belakang yang membuat Langit terkejut,kecupan kupu-kupu menggelitik bahu Langit yang sedikit terbuka karena kerah piyama yang longgar.

"Masak apa dek?" Wajah Langit sudah merah padam karena bibir Topan terus membubuhkan ciuman lembut di atas kulit nya.

"Na-nasi goreng bang,ini bentar lagi mateng. Abang duduk dulu di sana" Topan tak mengindahkan ucapan Langit yang sebenarnya mengusir Topan dengan lembut, Topan malah membalikkan badan Langit agar menghadap kearah Topan.

"Morning kiss dulu baru Abang lepas" Langit memalingkan wajahnya yang merah tak ingin bertatap mata dengan retina bening yang familiar dalam ingatan, Topan sudah menundukkan kepalanya untuk mencuri ciuman dari bibir Langit yang berwarna pink alami sedikit kilat karena Langit basahi dengan Saliva akibat gugup.

Padahal baru semalam mereka berkenalan tetapi Langit bingung kenapa Topan seberani ini dengan nya?

"Bang,masakan gue hampir hangus"

Topan semakin menarik badan Langit yang mungil dalam pelukan nya, sedetik itu pula Langit menjerit karena terkejut tiba-tiba tubuhnya terangkat di udara, Topan menggendong Langit seperti koala, tatapan mata Topan yang dalam dengan senyum seringai di bibir membuat Langit rasanya ingin mati.

"Bang! Turunin! Masakan gue hangus!" Langit memberontak dalam gendongan Topan berharap tubuhnya diturunkan oleh Topan tetapi Topan malah sibuk membenarkan badan Langit yang hampir turun kelantai.

"Tadi gue bilang apa? Cium dulu baru gue lepas"

Ah, Langit malu sekali. Belum pernah dalam hidup nya berciuman,seingat Langit sih belum.

"Ta-tapi janji beneran diturunin kalau udah gue cium kan?"

Topan ingin tertawa melihat wajah gugup Langit yang menggemaskan, kenapa Langit begitu cantik sih? Badan nya mungil dan padat, tubuhnya pun seputih susu,sial Langit begitu sempurna.

Topan mengangguk mengiyakan, di pejamkan nya mata menunggu sesuatu yang menyentuh bibir nya, Langit memegang kedua pipi Topan sedikit bergetar, kalau orang ciuman kepalanya harus mereng kan?

Baru saja Langit menempelkan bibirnya, Topan sudah menarik bibir Langit untuk di hisap dengan rakus, Langit yang mendapat serangan tiba-tiba itu terkejut, diremasnya baju kaos hitam Topan dengan erat karena sensasi menggelitik di bawah perut seperti kupu-kupu. Hisapan kuat antara bibir bawah dan atas dilanjut dengan lidah yang memaksa masuk, Langit yang tidak tau perihal ciuman itu menurut saat Topan berbisik di depan bibir nya menyuruh Langit membuka mulut, dengan wajah polos dan memerah Langit membuka mulutnya menanti apa yang akan Topan lakukan.

"Shit!" Topan memasukkan lidahnya yang lagi-lagi membuat Langit tersentak kaget,lidah Topan sibuk menghitung gigi, mengobrak abrik habis isi di dalam mulut Langit. Tak sadar Langit mulai mendesah karena sensasi euforia yang Topan berikan,terlebih tangan Topan yang mulai berani meremas kedua pantat Langit seperti adonan. Saliva semakin banyak turun melewati dagu Langit.

"Ehhmm banghh! U-udahh"

Suasana berubah panas,tangan Topan merayap mematikan kompor karena tau kegiatan mereka memakan cukup waktu lama. Kecipak basah ciuman menjadi melodi tersendiri di dalam kesunyian,nafas berat memburu mencari nafas di antara ciuman. Baru saja Topan menghisap kulit leher Langit,suara benda terjatuh mengalihkan atensi keduanya, Langit yang masih berada di gendongan Topan menoleh kebelakang karena terkejut dengan suara keras yang tiba-tiba, Topan juga ikut melihat sosok di belakang mereka dengan wajah dingin karena kegiatan nya baru saja di ganggu.

"Bajingan! Ngapain Lo di sini bangsat!" Sadewa jalan mendekat melangkahi rantang yang berantakan di atas lantai, amarahnya semakin meledak melihat bibir Langit yang bengkak dan merah di tambah bekas cupang di leher Langit.

"Turunin Langit! Lo juga Langit mau-maunya di kokop sama tuh orang! Lo tau gak dia siapa bangsat?!"

Niat hati ingin merebut Langit dari gendongan Topan tetapi Topan tak membiarkan Langit lepas dari gendongan nya, tatapan nya masih sama menatap kearah Sadewa dengan dingin.

"Turun gak Lo Langit! Dia itu mantan pacar Lo yang jahat!"

Sadewa berteriak dengan murka melihat Langit yang malah memeluk leher Topan dengan wajah di ceruk leher Topan, baju piyama nya ditarik Sadewa tetapi Topan lagi-lagi memundurkan langkahnya untuk menjauhkan Langit dari Sadewa.

"Lo harus perbaiki kalimat Lo,gue sama Langit belum putus,gue gak pernah mengiyakan ajakan putus Langit empat tahun lalu jadi Langit masih jadi milik gue" tangan Langit semakin meremas erat kain baju Topan mendengar ucapan Topan barusan sedangkan Sadewa mengepalkan tangannya erat siap memukul wajah Topan lagi seperti empat tahun lalu.

"Lo laki-laki brengsek! Belum puas Lo nyakitin hati Langit? Mulai sekarang biarin gue yang bahagiain Langit, tugas Lo udah selesai!"

Topan menatap tajam kearah Sadewa seakan ingin mengoyak habis tubuh Sadewa, ditatap begitu dingin dan menusuk tak ayal sebenarnya membuat Sadewa merinding ngeri.

"Biarin Langit yang milih,gue atau Lo"

Topan menurunkan tubuh Langit dengan perlahan, mengangkat wajah Langit agar mereka kembali bertatap muka, Topan sedikit terkejut melihat jejak air mata di kedua pipi Langit.

"Dek,sebenarnya bang Topan tau adek berusaha bohong tadi malam di depan Abang kalau adek gak kenal sama bang Topan, boleh gak kasih bang Topan kesempatan terakhir?"

Jari-jari tangan Topan mengelus pipi Langit yang basah, tatapan mendamba penuh harap yang membuat Langit luluh. Jujur saja Langit terkejut karena kebohongan nya terbongkar, padahal Langit sudah berusaha menjaga ekspresi nya agar Topan tak tau jika Langit sebenarnya mengingat Topan setelah Topan memperkenalkan diri tadi malam.

"Jangan terhasut Langit!" Pandangan Langit teralih kebelakang dimana Sadewa masih berdiri dengan amarah menggebu-gebu,jujur saja Langit mulai merasa bersalah dengan sahabat nya tetapi hati nya yang meminta. Langit kepalang rindu dengan Topan yang selalu mampir di mimpi nya selama empat tahun terakhir.

"Maaf,tapi hati gue mau bang Topan" suara Langit terdengar begitu lirih,ia tak berani menatap kearah Sadewa yang terlihat begitu kecewa.

Sadewa merasa seperti tertusuk belati di hatinya,mau marah dan melarang Langit tampaknya akan sia-sia. Ternyata kasih sayang yang Sadewa bubuhkan pada Langit kurang besar, tidak bisa mengalahkan cintanya Topan.

Sedangkan di sana Topan menarik ujung bibir teramat lebar,di peluk nya Langit dengan erat karena berhasil kembali mengambil hati Langit.

"Makasih dek makasih banyak,gue janji gak bakal lepasin Lo lagi"

Sadewa kesal bukan main, hati nya sakit luar biasa. Di tendang nya rantang berisi makanan yang tak sengaja ia jatuh kan sebelum keluar dari kosan Langit.

"Sadewa, tunggu bentar. Gue,gue mau minta maaf "

"Gak usah! Itu pilihan Lo,gue gak berhak larang"

Seandainya Sadewa tak menaruh harapan besar kepada Langit, seharusnya perasaan sahabat tak terganti dengan perasaan yang berbeda, seharusnya Sadewa pun sadar diri jika Langit bukan milik nya. Ah,mau menyesal tak ada gunanya. Wajah Sadewa tak jelek-jelek amat, Sadewa ingin mencari cinta yang lain saja. Peran nya menjaga Langit sudah selesai, kira-kira ada yang mau dengan Sadewa tidak ya?

.
.
.
.
.
TBC

Hukum Newton [Guntur-Rain] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang