dirusak bukan merusak

12.2K 332 13
                                    

Vote & coment!!
Happy reading ✨

.

Suara pada benda berbentuk persegi di atas meja berdering begitu kencang,pagi hari Rain di awali dengan suara alarm yang memekakkan telinga,diraba benda persegi itu untuk di matikan karena terlalu berisik.

Mata Rain terbuka perlahan karena sinar matahari masuk melewati ventilasi,di regangkan badan nya yang terasa mati rasa, kepalanya pening luar biasa saat Rain mencoba mengubah posisinya menjadi duduk.

"Hn..!" Terasa begitu menyakitkan pada bokong nya, aroma tubuhnya wangi sabun dengan pakaian yang diberikan Guntur tadi malam, Rain bangun sudah dalam keadaan bersih.

Sunyi yang terasa menandakan bahwa Rain seorang diri di sini, Guntur sudah pasti pergi ke sekolah untuk mengajar.

"Sakit banget sat" gerutunya sembari mengelus pinggangnya yang mati rasa, perlahan juga Rain merasakan perih pada lehernya, ruam merah yang tak mungkin bisa di tutupi handiplas.

Kejadian tadi malam terekam jelas pada benak nya seperti kaset rusak, Guntur begitu ganas menggempur nya seperti hewan buas, jika Rain tak menangis dan merengek untuk menyudahi sesi bercinta mereka mungkin Guntur tak akan berhenti sampai pagi.

Rain mengecek ponselnya yang tergeletak di bawah bantal, sudah jam sebelas siang ternyata, Rain tertidur cukup lama. Mata Rain terfokus pada panggilan dengan nama Topan di ponsel nya,30 panggilan dari Topan dan 20 panggilan dari mama, pasti penting sampai mama nya pun ikut menelpon nya.

Tunggu! Mama nya menelpon? Sesuatu yang jarang sekali, apa orang tuanya pulang? Kalau begitu gawat jika orang tua nya pulang dan tidak melihat Rain di rumah.

Tepat saat Rain menginjakkan kaki di lantai, tubuhnya kembali terasa nyeri,kaki nya lemas luar biasa. Guntur benar-benar tak memberi Rain ampun tadi malam, pengalaman pertama Rain harus berakhir main kasar di tangan guru nya sendiri. Perlahan Rain berjalan keluar dari dalam kamar Guntur, saat melewati meja makan di sana ada banyak sekali makanan yang pasti Guntur buat dengan harapan Rain memakan nya setelah bangun tetapi untuk saat ini Rain mengabaikan makanan menggugah selera di atas meja, nyawanya sedang di pertaruhan saat ini.

"Akhh! Sakit banget bangsat!" Ringis Rain saat kaki nya di angkat untuk menaiki motor, rasanya mau mati aja kalau kata Rain.

Motor besar Rain melaju cepat di jalan raya,menyalip kendaraan yang bisa di hitung jari, saat sudah sampai di pekarangan rumah ternyata Topan sudah menunggu nya, wajahnya datar seperti biasa tetapi kerutan pada dahi terlihat begitu jelas.

"Ngapain Lo di sini?"

Pertanyaan yang seharusnya tidak di tanyakan, Rain datang dengan kaki yang seperti pincang, Topan berfikir mungkin Rain jatuh atau pincang karena sesuatu yang lain? Topan tak tau,yang jelas di dalam rumah Rain hawa nya begitu panas sama seperti cuaca pagi ini yang begitu panas.

"Gue gak ikut ujian karena Lo" ucap Topan dengan nada yang kentara kesal,ini adalah ujian pertama mereka di semester dua,harus nya saat ini Topan duduk di bangku nya sembari mengerjakan ujian fisika tetapi otak nya tak akan fokus karena mengkhawatirkan Rain yang pergi tak bilang dan menginap di rumah Guntur,di tambah tekanan pada kedua orang tua Rain yang juga panik karena menganggap anak satu-satunya hilang atau salah pergaulan di luar sana yang menyebabkan Rain tak juga pulang.

Rain menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena merasa bersalah, Rain sih tak masalah ikut ujian susulan tetapi ia tau betapa ambis nya Topan yang tidak ingin nilai nya jelek atau lebih buruknya lagi mengikuti ujian susulan.

Topan menarik tangan Rain untuk segera memberikan Rain kepada orang tuanya, Rain yang di tarik dengan langkah lebar itu terseok-seok menahan perih pada pantat nya, Topan dengar rintihan Rain yang menyuruh nya untuk memelankan langkah nya tetap Topan memilih abai.

Hukum Newton [Guntur-Rain] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang