Vote & coment!!
Happy reading ✨.
Seperti kata pepatah jangan memberi harapan kalau kamu tidak mengharapkan nya itulah definisi dari seorang Guntur, menarik ulur perasaan Rain di setiap ada kesempatan. Rain tidak tau seperti apa perasaan Guntur kepadanya, terkadang Rain masih merasa mencintai sendirian,itu lebih sakit dari yang namanya patah hati,Rain itu bukan peramal seperti Dilan yang bisa meramal Milea, Rain juga seorang pria pada umumnya yang punya ketidakpekaan, Rain hanya seorang remaja labil yang masih belajar takaran cinta dengan benar.
Jika ditanya sampai kapan Rain sanggup mencintai Guntur? Maka jawabannya adalah 100 tahun kedepan Rain masih sanggup mencintai Guntur,itu terdengar berlebihan tetapi memang seperti itulah kenyataannya. Cinta Rain itu murni dari dalam hati, cinta yang benar-benar sudah di ujung antara cinta,sering juga disebut sebagai cinta mati.
Rasanya entah harus bagaimana lagi Rain menarik perhatian Guntur, Rain sudah masuk dalam fase jenuh bermain tarik ulur dengan Guntur,ingin di tinggal tapi tak bisa, perasaan mendamba lebih besar daripada sakitnya di abaikan.
Seperti hari ini, Rain masih menunggu balasan chat yang ia kirimkan sejak subuh tadi, mempertanyakan perihal baju kaos hitam yang terselip di dalam tas nya,di cium aroma yang melekat pada baju itu jelas kaos itu milik Guntur, bukan kaos kotor yang pernah di pakai, rasa-rasanya pun Rain tak pernah melihat Guntur mengenakan kaos ini di pantai kemarin.
Rain mengirim foto kaos Guntur di antara tas dan baju-baju yang sudah ia keluar kan ke via room chat Guntur tapi nyatanya sampai sekarang pun Rain tak menerima balasan,sama seperti perasaan nya yang tak pernah terbalas. Aduh,ini sih yang namanya sakit tapi tak berdarah.
Tak mungkin Guntur salah memasukkan barang karena lemari mereka juga terpisah di penginapan.
Karena tak juga ada tanda-tanda pesan nya di balas, Rain kembali meletakkan ponselnya di samping bantal. Mata nya hendak tertutup sebelum suara ketukan pintu dari luar membuat Rain kembali terjaga."Den,ada tamu"
Suara bik Atun terdengar dari luar, setelah suara langkah bik Atun terdengar menjauh dari pintu baru Rain bergegas bangkit dari tempat tidur dan turun untuk menemui tamu yang bik Atun maksud, mungkin saja rekan kerja ayah nya yang kerap datang bertamu ingin bertemu sang ayah padahal jelas ayah nya sedang keluar kota, tujuan awal nya jelas meminjam uang dengan cara bermain kata kepada Rain yang belum tau dunia bisnis. Cukup sekali Rain tertipu dan berakhir di marah ayah nya karena uang pinjaman itu sudah pasti untuk menutup uang hasil korupsi, Rain akan langsung mengusir secara halus saja nanti.
Tanpa merapikan pakaian yang kusut karena berguling seharian di kasur dan rambut kering berantakan Rain langsung membuka pintu, langkah nya kembali mundur karena terkejut Guntur sudah berdiri menjulang di depan pintu,minyak wangi begitu semerbak memenuhi rongga hidung sampai tak sadar jantung Rain berpacu cepat tiba-tiba,celana jeans hitam dan kemeja kotak-kotak yang sengaja tak di kancing dan dalaman kaos seperti pakaian anak ABG membuat paras Guntur terlihat lebih muda.
"Baru bangun?"
Sebaris kata yang bahkan bagai angin lalu karena Rain masih terpesona dengan sosok Guntur di hadapannya.
Tanpa permisi pula Guntur masuk dan kembali menutup pintu di belakang nya."Dek?"
Lamunan Rain buyar saat tangan Guntur dengan leluasa merapikan tatanan poni Rain yang berantakan dan kusut karena belum mandi, beberapa kali Rain mengerjapkan mata nya untuk meyakinkan diri bahwa sosok yang mengabaikan pesan nya tiba-tiba sudah berdiri di hadapannya,mimpi apa Rain semalam?
"Kenapa melamun?"
Lagi-lagi kalimat tanya yang lewat bagai angin lalu, Rain yang sudah sadar secara total itu segera menggeser posisi mempersilahkan Guntur untuk duduk di ranjang nya.
"Baju bapak terselip di ransel saya"
Kening Guntur mengerut dalam dan tak jadi menerima baju yang di sodorkan Rain kepada nya,mata nya yang dingin sedingin es itu menatap Rain tanpa celah berarti.
"Kamu lupa panggilan saya kalau kita lagi berdua?"
Suara protes dari belah bibir Guntur lagi-lagi membuat Rain tak dapat berkutik, biasanya Guntur tak mempermasalahkan Rain memanggilnya apa saja,mau itu sayang,mas,atau pak Guntur tak pernah mempermasalahkan nya tapi semakin hari Guntur semakin banyak mau nya, jika di sekolah Guntur akan bersikap tegas maka jika berdua Guntur seperti seorang predator ganas yang siap mengoyak mangsa.
Rasanya seperti di permainkan?
Jelas.
Sudah Rain bilang kan kalau Guntur itu suka main tarik ulur,entah mau di bawa kemana perasaan Rain,tak tau Guntur menganggap nya apa?"Kenapa kalau cuman berdua baru saya boleh panggil mas?"
Rain juga tak ingin bingung sendirian,sering pula Rain ikut dalam permainan tarik ulur yang suka Guntur main kan.
"Menurut mu kenapa?"
Lagi-lagi tangan besar penuh urat itu membelai pipi Rain,tubuh Rain rasanya mendidih saat kulit tangan Guntur yang tebal menyentuh pipinya dengan penuh hati-hati.
"Pak Guntur malu?"
Tawa rendah menjadi jawaban dari pertanyaan Rain yang ia utarakan lewat pikiran nya,memang nya apa lagi yang membuat Guntur melarang Rain memanggilnya mas di tempat umum selain malu.
"Begitu? Adek pikir mas malu?"
Anggukan kaku Rain lagi-lagi membuat Guntur tertawa pelan, tangan yang mengelus pipi kini sudah berpindah pada belah bibir,di mainkan bibir bawah Rain dengan ditekan-tekan manja sampai membuat empu nya bibir merinding.
"Lalu?mas suka bikin Rain bingung"
Rain mulai berani berkeluh kesah, sudah mulai berani juga memanggil Guntur dengan panggilan keinginan Guntur itu.
"Bukan malu,lebih nikmat di dengar sendiri. Rasanya tak rela membagi adek yang manggil saya dengan panggilan mesra"
Darah rasanya mengalir begitu cepat,panas dan mendebarkan. Mata Rain tak sanggup beralih menatap mata Guntur yang tajam,mata yang dapat menghipnotis setiap orang dengan hanya melihat nya saja.
"Mas suka sama adek?"
Suara Rain tercekat karena tak bernafas untuk beberapa detik, Rain masih terlena ucapan manis Guntur bagaimana madu,sang empu yang di tanya lagi-lagi tertawa rendah. Di tatap nya lagi mata Rain yang penuh dengan keingintahuan.
"Terserah mau adek anggap apa"
Lagi-lagi perkataan yang sulit di cerna,Guntur selalu berkata gantung seperti itu,hal yang sering membuat Rain bingung sendiri.
"Mas cuman mau ambil kaos"
Setelah satu kecupan Guntur bubuhkan di kening, Guntur berdiri dari duduknya hendak keluar, Rain juga ikut berdiri sembari mencekal pergelangan tangan Guntur seakan tak ingin sosok itu pergi.
"Mau ikut?"
Rain tanpa sadar mengangguk, langkah nya secepat kilat mengambil handuk untuk segera mandi tetapi Guntur bilang Rain mandi saja di rumah Guntur.
"Kita bicara di tempat yang lebih nyaman"
Rain mengangguk saja karena tau tujuan mereka selanjutnya adalah rumah Guntur.
"Tau dimana?"
"Rumah mas"
Rain mengancing kancing terakhir dan merapikan rambut nya menggunakan pomet.
"Kurang tepat"
Kalau bukan di rumah lalu di mana?
"Terus dimana?"
"Di pangkuan mas"
.
.
.
.
.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Hukum Newton [Guntur-Rain] END
Fiksi Remaja"Gimana mau jadi pacar saya ciuman aja kamu gak bisa" -Guntur "Gue bisa! Butuh bukti? Sini maju biar gue kokop!"-Rain "Bener bisa? kalau gitu ajarin saya gimana caranya ciuman yang benar"-Guntur Rain tidak pernah tau dengan istilah fisika Setiap ak...