chapter spesial Guntur x Rain

8.3K 280 2
                                    

Vote & coment!!
Happy reading ✨

.

Kasur berdecit terdengar begitu berisik sesuai dengan gerakan sang dominan yang tidak bisa di bilang pelan, erangan dengan suara serak karena sejak beberapa jam lalu mendesah adalah melodi paling merdu yang membuat sang dominan terpacu nafsu, terlebih jika submisif nya terus berteriak keras akibat benturan pinggul yang begitu dalam sampai air mata menetes, entah karena sakit atau enak? Guntur tak tau. Tangan Rain tak berhenti meremas sprei yang sudah tak terbentuk,selimut sudah jatuh ke lantai akibat permainkan panas yang Rain tak tau kapan akan berhenti. Suara becek dan tubrukan kulit begitu kasar di telinga semakin menjadi panas suasana, keringat pun sudah membasahi kulit yang panas.

"Mashh gunhh.. hiks..capekkk" kalimat yang sejak tadi terucap dari belah bibir yang bengkak tak Guntur hiraukan, wajah manis Rain yang memerah sudah basah karena keringat dan air mata, Guntur hanya mengusap pipi Rain sebelum kembali menambah kecepatan gerak pinggulnya. Tubuh Rain mengejang hebat saat Guntur semakin melebarkan kaki nya dan menghentak lebih keras, tangan Rain sibuk menahan perut sixpack Guntur karena ingin klimaks, tetapi bukan cairan kental yang keluar, cairan bening hangat membasahi tubuh Rain dan seprei. Rain semakin kencang terisak nangis,merasa malu karena baru saja mengeluarkan cairan kencing bukan air mani karena sejak tadi Rain sudah banyak keluar. Guntur tak merasa jijik atau pun berhenti menggagahi tubuh istri nya, sampai ia juga ikut keluar di dalam lubang Rain yang sudah becek.

"Mas Guntur jahat! Rain malu!" Guntur harus menahan tawa saat Rain semakin menangis sembari menutup wajah nya dengan tangan bergetar,dibawa tubuh Rain ke kamar mandi untuk di bersihkan. Setelah membantu memakaikan baju pada Rain, Guntur segera mengganti sprei yang baru.

"Mau makan apa? Biar mas pesan" Rain menahan tangan Guntur yang hendak membuka aplikasi gofood,di luar hujan terlebih waktu sudah menunjukkan pukul tiga dini hari, pasti pengantaran bakal lama.

"Mau mie buatan mas Guntur aja" suara Rain masih terdengar serak,hidung nya pun masih merah dan berair karena terlalu lama menangis, tolong salahkan Guntur yang punya nafsu tinggi.

"Bentar ya,mas buat dulu"

Rain melihat punggung Guntur yang menghilang di balik pintu,sikap Guntur masih sama di usia pernikahan mereka yang sudah berjalan tiga tahun,masih Guntur yang perhatian dengan banyak cinta. Rain semakin jatuh hati kepada sosok suami nya.

Beberapa menit berlalu sampai Guntur datang dengan dua mangkuk berisi mie rasa kari ayam,di letakkan dua mangkuk itu keatas meja samping ranjang, Guntur membantu Rain untuk mengubah posisinya menjadi duduk.

"Sakit anjir pelan-pelan!" Bukan tanpa alasan Rain menggerutu,ini pinggang rasanya sakit kayak mau patah, Guntur juga bantuin tapi gak pelan-pelan.

"Maaf sayang,ini mas juga pelan-pelan kok"

Setelah berhasil menyamankan posisi, Guntur menyerahkan satu mangkok mie kepada Rain dan langsung di makan dengan lahap,di jam segini perut Rain memang sering lapar, kalian juga ada yang sama gak?

Guntur mengusap sisa kuah mie yang membekas di ujung bibir Rain yang bengkak, setelah mie mereka habis Guntur kembali ke dapur menaruh kembali mangkok kotor kedalam wastafel.

Direbahkan kedua tubuh yang lelah dengan lengan Guntur sebagai bantal Rain, aroma Guntur menyeruak memenuhi penciuman Rain yang membuat Rain merasa lebih tenang,Guntur juga sibuk mencium rambut Rain yang sedikit basah karena baru saja keramas.

Suasana yang sempat hening beberapa menit lalu membuat Rain tak tahan, terlebih mata nya belum mengantuk walaupun badan terasa remuk luar biasa.

"Mas Gun" Rain mendongakkan kepalanya melihat wajah Guntur yang ternyata sudah memejamkan matanya siap untuk tidur.

"Hm?" Walaupun mata terpejam tapi nyatanya Guntur masih bisa terjaga.

Rain merasa sedikit bersalah, padahal tau Guntur pasti lelah karena setelah pulang kerja lembur Rain malah minta jatah,Guntur sih malah seneng kalau Rain yang minta duluan.

"Kenapa dek?"

Guntur membuka kembali matanya, menatap mata Rain yang masih melihat wajah Guntur,takut jika Rain merasa sakit pada tubuhnya akibat gempuran Guntur beberapa menit lalu.

"Kangen mama,besok boleh pulang? Kerjaan Rain di kantor ayah udah selesai"

Guntur mengubah posisinya menjadi berhadapan dengan Rain,memang sudah lebih tiga bulan mereka tak pulang ke Indonesia melihat mama nya yang tinggal sendiri, rencana untuk membawa mama tinggal diluar negri bersama mereka di tolak oleh mama Rain, padahal kan perusahaan ayah di luar negri harus selalu Rain kontrol jadi Rain tak bisa selalu pulang ke Indonesia sedangkan perusahaan di Indonesia diserahkan kepada Topan dan ayah nya untuk di kelola.

"Mama gak mau jadi obat nyamuk" begitu kata Rani saat menolak usulan Guntur.

"Kayak nya mama juga udah kangen sama Guin" Rain tersenyum membayangkan ekspresi Rani saat mereka datang membawa Guin.

Guin itu anak angkat Guntur dan Rain yang di adopsi dari panti asuhan dari bayi, sekarang umur nya udah tiga tahun. Kata ibu panti sih Guin punya gen darah Indonesia karena ibu nya dari Indonesia sedangkan ayah nya Rusia makan nya muka Guin bule banget. Sayang nya ayah Guin meninggal pas Guin masih di kandungan dan mama nya meninggal waktu ngelahirin Guin,dua Minggu setelah itu Guin langsung diangkat jadi anak Guntur dan Rain.Nama panjang Guin itu Adguin Nicholas Patra biasa di panggil Guin singkatan dari Guntur-Rain. Berjenis kelamin laki-laki, kulit nya putih ditambah rambut pirangnya yang lembut kalau terkena angin pasti terlihat gemas sekali rambut nya bergoyang kesana-kemari. Rain saja gemas sendiri kalau sudah mengasuh Guin.

Guntur ikut terkekeh membayangkan bagaimana putra mereka yang bersemangat setiap kali bertemu dengan mama Rain,lucu sekali pokoknya.

"Iya, sekarang tidur ya" Guntur mengecup bibir Rain sebelum membawa Rain kedalam pelukannya.

Siang hari nya Rain sudah siap berbenah pakaian keluarga kecil nya kedalam koper,ia tak perlu membawa banyak barang. Sekarang Rain sedang memakaikan pakaian kepada Guin,sejak tadi Guin tak bisa diam berlari kesana-kemari mencoba menghindari tangkapan Rain.

"Guin cepat sayang nanti kita ketinggalan pesawat"

Rain mencoba sabar menghadapi tingkah anak nya yang aktif, setelah memiliki Guin emosi Rain memang stabil,Guntur bilang jangan sampai Rain membentak Guin. Gimana mau marahin Guin orang anak nya selucu itu.

"Jangan sampai papa tangkap ya,awas kalau papa tangkap" Rain bersiap ingin mengejar Guin yang sudah berlari antusias karena berhasil mengajak Rain bermain lari-larian,suara tawa kencang Guin menggema di dalam rumah megah itu. Saat hampir tertangkap Guntur lebih dulu menangkap Guin yang membuat tawa Guin semakin pecah,Guntur mencium perut Guin yang membuat Guin menggeliat di dalam gendongan Guntur sembari tertawa terbahak, Rain yang melihat pemandangan itu ikut tersenyum senang.

"Guin nakal ya? Kasian papa nya sayang. Yok,pakai baju dulu,sini biar Daddy yang pakai kan"

Rain mengerucutkan bibirnya sedikit cemburu,anak nya anteng saja kalau bersama Guntur sedangkan dengan Rain ngereog. Rain kan juga mau dicium manja oleh Guin seperti yang Guin lakukan sekarang sama Guntur.

Setelah sudah selesai keluarga kecil itu segera pergi ke bandara,untung saja mereka tidak ketinggalan pesawat. Selama perjalanan ke indonesia Guin tampak anteng di gendongan Rain, apalagi di dalam pesawat Guin begitu antusias menunjuk luar jendela yang menampilkan langit putih.

"Om Langit! Om Langit!" Rain ingin tertawa melihat Guin sibuk berceloteh dengan cadel, Rain tau maksud dari ucapan putranya, melihat langit menggumpal dari dalam pesawat pasti membuat Guin teringat dengan Langit. Pasalnya kalau ke Indonesia yang selalu mengasuh Guin kan Langit dan mama nya.

"Iya,bentar lagi ketemu sama om Langit"

Sampai di Indonesia Guntur dan Rain bergegas pulang kerumah Rani, wajah terkejut Rani persis seperti yang di bayangkan Rain.

"Guin! Oma kangen sayang!!"

Rani mengambil alih Guin yang masih mengantuk di dalam gendongan Guntur, tanpa menyapa Guntur ataupun Rain, Rani sudah masuk ke dalam rumah membawa Guin yang sibuk di cium.

"Padahal Rain juga kangen" Guntur tertawa sembari mengusap rambut Rain sebelum ikut menyusul masuk kedalam rumah,ya begitu biasanya kalau sudah punya cucu pasti yang diutamakan itu ya cucu nya bukan lagi anak nya,betul gak?

Hukum Newton [Guntur-Rain] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang