yang sebenarnya

6.5K 316 12
                                    

Vote & coment!!
Happy reading ✨

.

Angin berhembus menggoyang poni Rain yang lepek karena keringat,bibir nya maju karena kesal sejak kemarin Guntur menghindari nya, melihat mata nya pun Guntur sudah tidak mau. Mata Rain menelisik bagaimana Guntur jalan melewati koridor dengan lembaran jawaban soal ujian dari kelas sebelas, teringat dengan pesan pendek yang dikirim Guntur tadi malam bahwa mereka tidak boleh saling sapa di area sekolah untuk membuktikan jika mereka tidak ada hubungan apapun,ya tapi tidak harus secuek itu kan? Rain rindu ingin bermanja ria kepada Guntur seperti biasanya. Dibuang nya gagang permen di mulut setelah melihat punggung Guntur hilang di telan belokan.

"Langit anjing!" Gerutu Rain untuk yang kesekian kali nya sembari menginjak batang bekas permen yang ia buang tadi.

Rain tidak tau untuk apa Langit menyebar kan foto di grup sekolah, semua orang jadi menjauhi Rain dan mencaci setiap kali Rain lewat. Terlebih lagi foto yang dikirim dalam grup itu editan,kalau mau nyebar fitnah harus nya jangan pakai foto editan dong! Foto ORI. Mana ada Guntur mengkokop bibir Rain dengan posisi Rain di himpit rak perpustakaan,yang benar kan posisinya Guntur menghimpit badan Rain di dinding ruangan Guntur! Itu baru posisi ciuman mereka yang benar! Bikin kesal saja. Apalagi wajah Rain di foto editan itu jelek sekali,siapa sih editor yang mengedit foto nya? Wajah tampan begini kok di jelekin gitu?

Semakin memikirkan hal itu semakin Rain merasa kesal,orang tua nya sampai datang ke sekolah karena masalah nya ini,wajah mama nya terkejut saat tau bahwa Guntur itu guru di sekolah nya,ayah nya pula tidak bisa berkata-kata apalagi menolong Rain yang sudah habis dipukul mama nya setelah pulang sekolah.

"Mau di taro mana muka mamah?! Kalau mau ciuman liat kondisi dulu dong! Gimana ceritanya bisa ketawan ha?!"  Nada suara Rani begitu tinggi dengan sapu lidi yang terus melibas badan Rain, rasanya badan Rain remuk sebelas dua belas lah rasanya seperti habis di gempur Guntur.

"Aduh! Itu foto editan mah!masa bibir Rain dibuat maju gitu,gak bener itu" Rain berusaha berlindung di balik badan Rian,sang ayah yang ikut menjadi korban pukulan itu mau tak mau mengambil sapu lidi di tangan istrinya,sakit juga pukulan maut istrinya.

Untung saja kedua orangtuanya tidak marah karena tau foto itu editan, mereka kenal betul bentuk wajah anak nya sendiri dan di dalam foto itu jelas editan semata.

Suara bel pertanda jam kedua berbunyi, Rain yang sejak tadi duduk di taman di temani Topan itu segera beranjak, mereka orang pertama yang menyelesaikan ujian di jam pertama dan duduk tanpa adanya percakapan di taman.

Topan tidak ingin membuat Rain semakin kesal,cukup dirinya duduk di samping Rain tanpa banyak tanya mungkin bisa membuat Rain tidak merasa sendirian. Jam pelajaran kedua adalah ujian kimia, Rain sudah duduk pada bangku nya,di dalam kepalanya menerka-nerka siapa kira nya yang menjadi pengawas mereka hari ini, semoga saja bukan guru berkepala botak yang galak sebagai pengawas. Suara sepatu pantofel terdengar dari lorong yang sepi,langkah kaki yang berat menimbulkan harapan pada dada Rain,ia kenal langkah kaki ini. Senyum Rain semakin lebar saat seorang pengawas ujian masuk dengan kertas soal dan lembar ujian,mata mereka bertemu untuk sekian detik sebelum Guntur memutus pandangan.

"Saya pengawas ujian kedua kalian"

Sontak semua mata tertuju kearah Rain,sang empu yang sedang tersenyum di bangku nya sembari menatap Guntur itu terkejut karena menjadi pusat perhatian,pandangan setiap orang di kelas jelas sekali kentara mereka sedang mengolok. Rain melotot kearah siswa yang sedang memandang Rain, tatapan mereka kembali fokus kearah depan setelah melihat tatapan mata tajam Topan yang menusuk,bulu kuduk serasa meremang melihat tatapan tajam Topan yang seperti ingin mengoyak mereka hidup-hidup.

"Kerjakan soal dan jangan ribut"

Guntur mulai membagikan kertas soal lengkap dengan lembar jawaban,jantung Rain berdetak kencang saat parfum Guntur menyapa hidung menandakan jika raga Guntur begitu dekat di belakang nya,tangan Rain berkeringat karena gugup,bukan karena pertanyaan soal tetapi karena Guntur saat ini sudah berdiri di samping meja nya,kulit tak sengaja bersentuhan saat Guntur memberikan kertas ujian yang memberikan efek sengatan menyenangkan bagi Rain. Ah, Rain teramat senang sampai bibir nya tidak sadar sudah tertarik membentuk senyuman,mata nya sesekali memandang kearah Guntur yang sengaja berdiri cukup lama di samping meja nya,kertas jawaban di berikan dengan elusan pada jari yang semakin membuat perasaan Rain membuncah,ingin membalas dengan menggenggam tangan Guntur tapi guru fisikanya itu sudah lebih dulu berlalu.
Rasanya tak lagi berguna sumpah serapah karena Guntur menolak sentuhan nya, perasaan senang lebih mendominasi. Setidaknya Rain merasa Guntur tidak benar-benar mengabaikan nya.

Ujian berlangsung dengan tenang, perasaan Rain sudah lebih baik setelah kejadian sentuh sentuhan tangan dengan Guntur beberapa menit lalu, melihat perubahan wajah Rian yang begitu cepat tak ayal membuat Topan mengernyitkan dahi bingung,secepat itu kah mood Rain berubah?

"Pan,nomor dua apa?" Masih dengan senyum yang lebar,mata pun berbinar. Topan tau jika Guntur baru saja melakukan sesuatu yang membuat Rain sesenang itu. Topan menunjukkan dua jari memberi kode bahwa jawaban nya adalah B. Sedangkan Guntur yang sejak tadi memperhatikan Rain itu berusaha menyembunyikan senyum,lebih tepat nya Guntur ingin tertawa melihat wajah Topan yang kebingungan. Sebentar lagi masalah Rain akan selesai karena Langit mengatakan kepada nya bahwa masalah itu sudah di tangani, kesalahpahaman akan segera berakhir dan Rain bisa kembali bermanja dengannya.

Waktu ujian hampir selesai,mata Guntur yang sejak awal melihat kearah Rain harus mengalihkan atensi kepada ponsel nya yang sejak tadi berisik berdering, sampai satu pesan muncul di layar yang mau tak mau Guntur baca.

'mas,saya menginap di rumah mas malam ini ya,galih kangen sama mas katanya '

Pesan yang membuat nafas Guntur seperti tercekat,jika wanita yang mengirim pesan kepadanya ini ingin menginap sembari membawa anaknya sudah pasti terjadi sesuatu,Guntur tak tega membiarkan wanita kesayangan nya itu sendirian. Lantas ia menjawab pesan dengan cepat takut wanita kesayangan nya menunggu lama pesan nya.

Setelah kertas soal dikumpulkan segera Guntur keluar dari kelas Rain, melihat Guntur yang begitu terburu-buru itu menjadi pertanyaan dalam benak Rain,apa kiranya yang membuat Guntur terburu-buru.

"Woi! Liat grup sekolah!" Andi si murid yang suka heboh itu berteriak sembari mengangkat ponselnya, semua murid yang tadinya ingin keluar kelas urung dan lebih memilih membuka grup sekolah. Sebuah video yang di kirim Langit cukup menghebohkan satu sekolah, video klarifikasi dari salah satu anggota OSIS berbaju ketat.

"Disini saya ingin minta maaf kepada pak Guntur dan kakak kelas saya kak Rain karena telah menyebarkan foto yang tidak pantas kedalam grup sekolah kita..."

Air mata terus berderai dari kedua mata Ratih saat melakukan klarifikasi, eyeliner yang digunakan sampai luntur mengotori pipi nya yang tembam.

"Saya sengaja mengedit foto tidak pantas itu dan saya kirim ke ponsel Langit untuk di teruskan ke grup sekolah,untuk itu saya bersedia di keluarkan dari keanggotaan OSIS,sekali lagi saya minta maaf "

Video sampai disitu,tak ada wajah kasihan dari siswa karena perbuatan Ratih benar-benar keterlaluan,satu kelas yang masih berdiri di dalam kelas itu satu persatu meminta maaf kepada Rain karena cacian yang sempat mereka katakan kepada Rain.

Lain dengan wajah Rain yang terlihat lega karena masalahnya selesai, wajah Topan terlihat gelisah. Sejak kemarin Topan mengabaikan Langit karena mengira Langit lah yang melakukan hal kotor itu, Topan sibuk menemani Rain yang bahkan tak menganggap keberadaan nya karena terlampau kesal. Bagaimana cara Topan meminta maaf kepada Langit? Padahal waktu itu bilang nya ingin membuktikan perasaan Topan yang tidak main-main. Sial, Topan kebingungan sekarang!

.
.
.
.
.
TBC

Hukum Newton [Guntur-Rain] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang