handiplas

13.7K 523 2
                                    

Vote & coment!!
Happy reading ✨
.

Rain mengusap rambut nya yang berantakan karena baru bangun tidur,mata Rain melihat ke setiap sudut kamar yang terasa hampa, Rain ditinggal sendiri. Gorden kamar juga belum dibuka berarti diluar masih gelap, Rain bangun terlalu pagi. Merasa ditinggalkan setelah kejadian semalam membuat perasaan Rain hancur, harusnya Guntur menunggu Rain bangun dan menjelaskan maksud Guntur melakukan hal tidak senonoh kepadanya padahal jelas Guntur sudah punya istri, kalau belum punya istri sih Rain mau aja apalagi kalau sampai melakukan hal lebih, Rain pasti mau.

"Sialan! Udah kayak lonte aja gue di buat Guntur!"

sampai pintu kamar dibuka dari luar menampilkan Guntur dengan baju kaos berwarna putih dan kardigan rajut membungkus tubuh nya, rambut yang selalu disisir rapi menampilkan jidat itu sekarang sengaja turun menutupi jidat yang mana membuat Guntur terlihat tampan.

Guntur datang mendekati Rain yang masih duduk di atas ranjang sedang bersandar pada ujung ranjang,di tangan Guntur terdapat sebuah plastik hitam kecil yang isinya handiplas bermacam-macam gambar karakter.

"Kenapa,hm?" Guntur mengusap kening Rain yang mengerut pertanda marah, usapan lembut dari tangan Guntur ditepis kasar.

"Pak,gak ingat tadi malam?"

Guntur tak suka saat Rain lagi-lagi memanggil nya dengan sebutan pak, padahal mereka hanya berdua terlebih nada yang Rain keluarkan sedikit agak tinggi.

"Kenapa? mau lagi?"

Niat nya ingin menggertak tapi malah di tawarin lagi,Rain kembali di buat salting karena teringat kejadian tadi malam, dipukul nya bisep Guntur yang terbentuk itu sedikit kuat, Rain menggeser duduknya sedikit jauh.

"Asu! Kalau lagi nafsu jangan lampiasin ke gue,Sama bini Lo sana!"

Senyum Guntur semakin lebar melihat wajah Rain yang merah karena marah, tidak tau saja kalau saat ini hati Rain sakit seperti di tusuk belati.

Guntur duduk lebih dekat kearah Rain karena sebelumnya Rain duduk menjauh,di tarik nya tangan Rain agar semakin dekat,dibuka nya plastik hitam yang sejak awal menjadi perhatian Rain.

Jari-jari Guntur mengusap permukaan kulit leher Rain yang berwarna merah gelap, sekitar tiga titik yang tidak tertutup kerah baju yang bisa saja di sadari banyak orang, sudah ada satu handiplas tertempel di sana, sepertinya itu Rain sendiri yang menempelkan, sedikit geser dari warna merah yang harus di tutup,Guntur melepaskan plester lama itu dan di ganti yang baru, terlihat empat buah plester tertempel di sana.

"Ngapa di tempel-tempel banyak gini sih pak?" Gerutu Rain merasa risih,niat nya ingin melepas tempelan yang mengganggu pada leher nya tapi segera Guntur tahan.

"Jangan di lepas kalau gak mau jadi pusat perhatian"

Tatapan tajam Guntur terlihat mengancam, Rain tak bisa melawan meskipun mulut terus berucap sumpah serapah.

"Ck! Lagian pak Guntur ngapain pake buat tanda banyak-banyak"

Guntur yang tak tahan dengan kemanisan wajah Rain itu mengusap lembut rambut Rain, entah kenapa semakin hari Rain semakin manis, Guntur jadi betah dekat-dekat dengan Rain.

"Maaf sayang,mas kelepasan"

Ucapan Guntur disertai tawa kecil yang merdu membuat Rain menatap horor kearah Guntur. Semakin lama Guntur semakin berani membalas perbuatan jahil Rain yang mana itu membuat Rain kewalahan menahan debaran jantung nya sendiri.

"Pak, jangan mulai ya pak. Gak usah pancing saya buat weuweu bapak"

Telunjuk Rain yang tepat berada di depan wajah Guntur itu digigit Guntur dengan sensual,mata tajam yang melihat mangsanya itu lagi-lagi mampu membuat wajah Rain memerah.

"Kenapa? Udah gak tahan ya adek nya mas mau mas bobol?"

'bruk'

"Guntur bangsat!" Rain memukul wajah Guntur menggunakan bantal dan segera keluar dari dalam kamar, Guntur yang mendapat serangan tiba-tiba itu tertawa dan menarik badan Rain dari belakang agar Rain tak keluar dari kamar.

"Lepasin njing!"

Wajah Guntur mendusel di sela perpotongan leher Rain yang masih berusaha melepaskan diri karena salting, rasanya Rain mau lari aja ke pantai terus menenggelamkan diri di sana, salting.

"Kiss dulu dek"

Wajah Guntur kini merambat ke pipi dan berusaha mencapai bibir Rain yang terus menghindar, kalau Rain kasih pasti Rain juga bakal ikut terlena.

"Sama bini Lo aja sat! Lepasin!"

Guntur lagi-lagi tertawa,jujur saja Rain kesal karena setiap kali Rain membahas tentang istri Guntur pasti pria tinggi itu tertawa seperti ada yang lucu, padahal kan Rain sedang tidak bercanda.

"Emhhh! Lepwashh!"

Guntur berhasil meraup bibir Rain dengan paksa,bibir bawah Rain yang luka terasa perih setiap kali Guntur menghisap rakus bibir bawah dan atas nya bergantian, karena terus berontak dalam pelukan Guntur, Rain sampai tak sadar baju nya terangkat tertahan lengan Guntur sampai batas dada,tangan Guntur yang bebas sibuk mengusap perut Rain yang terekspos.

"Haa!!" Guntur melepaskan tautan bibirnya dan Rain, seuntai Saliva terputus saat Rain kembali menghindari bibir Guntur yang semakin liar ingin kembali meraup mulut Rain.

"Lepas sat! Kan udah gue kasih kiss"

Guntur mencium pipi Rain dengan seringai pada belah bibir nya.

"Panggil mas dulu baru saya lepasin"

Rain yang awalnya sibuk memukul-mukul lengan Guntur yang melingkar di perut nya itu berhenti sejenak,di tatap nya wajah Guntur dari samping yang sial nya terlihat tampan juga. Rain memilih mengalah,ia mendongakkan kepalanya menatap wajah Guntur dengan tatapan memelas.

"Lepasin Rain,mas"

Kalau Guntur tak ingat waktu untuk segera mempersiapkan acara pagi ini dengan anak-anak kelas duabelas dan pak Bima sudah habis Rain di tangan nya.

"Hm, sekarang mandi bentar lagi kalian di suruh kumpul"

Rain paling malas mandi pagi,terlebih lagi hawa pagi ini benar-benar dingin sampai rasanya menusuk tulang.

Dengan malas Rain masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri,tak butuh waktu lama seperti mandi nya perempuan, hanya beberapa menit dan Rain sudah terlihat segar.

Setelah membersihkan diri Guntur mengajak Rain keluar kamar, sebagian anak kelas duabelas ternyata sudah bermain di pantai. Rain yang merasa mengenali orang yang sedang berdiri sendiri di bawah pohon kelapa segera menghampiri.

"Lagi ngapain Lo ngelamun di sini sendiri?"

Topan terkejut dengan kehadiran Rain yang tiba-tiba sudah berdiri di samping nya,mata tajam Topan semakin tajam melihat banyak nya handiplas bergambar tertempel di leher. Tanpa perasaan Topan menarik satu handiplas di leher Rain yang membuat satu tanda kemerahan terlihat jelas.

"Sakit anjing! Main tarik aja"

"Ngapain aja Lo sama pak Guntur?"

Aura mengintimidasi Topan membuat Rain ciut, bahkan Rain tak berani menatap Topan yang menatap marah kepadanya.

"Gak ada! Gue sama pak Guntur belum ngapa-ngapain"

Kening Topan mengerut dalam mencoba mencerna ucapan Rain.

"Belum?"

"Maksudnya gak ngapa-ngapain elah ngapa sih,Ini kena nyamuk jangan mikir aneh-aneh"

Topan kembali memasang handiplas ke tempat semula agar tanda merah itu tertutup, Topan pergi meninggalkan Rain dengan keadaan marah, Rain tak berani mengejar karena wajah Topan kalau lagi marah itu seram, Rain gak mau di slepet sama Topan. Di sana Rain bisa lihat Topan mengambil jaring net volly di tangan Sadewa dengan kasar, Topan membantu yang lain memasang jaring net tapi dengan kasar yang membuat mereka tidak berani dekat-dekat dengan Topan.

.
.
.
.
.
TBC

Hukum Newton [Guntur-Rain] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang