perkara

6.3K 226 3
                                    

Vote & content!!
Happy reading ✨

.

Kata bosan menunggu mungkin sudah tidak asing lagi bagi seorang Topan, rasa-rasanya saat ini kaki Topan sudah sakit berdiri walaupun tubuhnya ia sandarkan pada tembok di belakang tubuhnya,nafas sudah lebih lima kali Topan buang dengan kasar, kedua mata tajam nya terpejam dengan kedua tangan dilipat depan dada. Tak masalah, Topan malah merasa begitu senang saat mendengar suara gaduh di dalam ruang  OSIS menandakan bahwa rapat telah usai. Perlahan semua anggota keluar dari ruang OSIS termasuk Sadewa yang terakhir menampakkan batang hidungnya,melirik sinis pada Topan yang masih berdiri di samping pintu,Sadewa sudah terbiasa dengan pandangan itu.

Topan tidak mengindahkan pandangan Sadewa yang menusuk, Topan lebih memilih mengintip dari balik pintu untuk memastikan bahwa Langit sedang sendiri di dalam ruangan nya. Seperti nya dugaan Topan benar, Langit sedang sibuk mengumpulkan kertas di atas meja seorang diri.

Atensi Langit langsung kearah pintu setelah mendengar suara pintu di tutup, Topan berdiri di depan pintu dengan kedua tangan di dalam saku,tangan Langit yang sedang menata kertas-kertas hasil rapat semakin di gerakan cepat takut Topan menunggu lebih lama.

"Udah selesai?" Langit mengangguk sembari mendekat kearah Topan, diusapnya kepala Langit sebelum dikecupnya bibir Langit.

Tinggal menghitung beberapa hari lagi ujian selesai dilanjut dengan acara perpisahan, padahal Langit baru menjalankan hubungan dengan Topan tapi sudah harus berpisah, jika memikirkan hal itu jujur saja Langit merasa gelisah. Topan sudah menunjukkan effort nya membuktikan bahwa Topan benar-benar serius,hati Langit mulai menerima meskipun masih sedikit ragu dengan perasaan Topan terhadap nya, harap-harap Topan tidak lagi menyukai Rain seperti yang selalu Topan ucapkan dihadapan Langit.

Panas menyengat begitu menusuk kulit sampai membuat kulit putih Langit sedikit merah, Topan khawatir Langit tidak nyaman setelah keluar dari ruangan ber-AC tubuhnya langsung memerah, keringat juga tampak menetes dari pelipis.

"Beli minum dulu dek" awal tujuan mereka sebenarnya adalah perpustakaan tetapi Topan mana tega melihat Langit sudah seperti ikan di darat.

Di genggam nya tangan Langit sesekali diusap dengan jari menuju kearah kantin, walaupun wajah Langit terlihat seperti biasa saja tetapi sebenarnya jantung nya begitu berisik, sesekali Langit mendongak untuk melihat bagaimana ekspresi wajah Topan,sedikit terkekeh karena melihat wajah Topan yang bersemu, Langit tidak tau wajah Topan memerah karena panas atau karena blushing.

Topan membuang nafas panjang setelah melihat keadaan kantin yang penuh, bahkan meja yang sering menjadi tempat Topan dan Rain sudah di duduki siswa lain, Topan memegang bahu Langit sembari mengusap pipi Langit yang memerah, Topan tidak ingin Langit ikut berdesakan hanya untuk membeli minum.

"Tunggu sini ya,Abang aja yang beli minum nya,adek mau minum apa?"

"Jus jeruk bang" Topan mengangguk sebelum pergi untuk membeli minuman pesanan Langit, Topan tidak masalah berdesakan dengan gerombolan siswa di kantin.

Lama Langit menunggu sampai sebuah tangan menarik tangan Langit sampai membuat Langit memutar tubuh,kening nya mengerut melihat Rain si pelaku dengan wajah yang kentara sekali marah.

"Ikut gue!" Langit belum sempat menjawab tapi Rain sudah membawa nya keatas balkon,jam istirahat seperti ini di atas balkon memang sepi karena kebanyakan siswa berada di kantin.

Rain menutup pintu sebelum kembali berhadapan dengan Langit, ekspresi wajahnya masih sama seperti awal ia menarik Langit,jujur saja Langit sedikit takut kalau Rain akan meledakkan amarah nya.

"Ada apa ya bang?"

Pertanyaan dengan wajah polos, Rain benci orang seperti itu,ingin rasanya menarik kerah baju Langit tapi Rain berusaha menahan nya. Langit sekarang kekasih Topan, Rain tidak ingin terlibat dengan Topan juga nanti.

Hukum Newton [Guntur-Rain] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang