Cara pandang seseorang itu berbeda-beda tergantung penglihatan mereka, bukan berarti kamu jelek ya.
.
.
●○●○●○●○●
Pagi hari, 06.07
Mentari cerah datang menghampiri masyarakat didunia ini.
Malam larut telah dilewati dengan istirahat yang secukup-cukupnya, meskipun lebih larut dari biasanya. Saat ini semuanya tengah berkumpul melepas rindu dengan saudara mereka.
Berpelukan seolah tak ingin dipisahkan lagi, merupakan hal paling menyenangkan yang selalu mereka lakukan. Tak hanya disaat bahagia, pelukan juga dibutuhkan disaat kita sendirian.
"Gwa kangen banget sama lu, andaikan lu selalu disamping gwa. Gwa bakal selalu ajak lu jalan-jalan kemana aja yang lu minta. " Ucap kembaran Cia, Vano sambil mengusap pucuk kepala Cia.
Cia tersenyum bahagia, meskipun terpisah selama 3 tahun disana tak membuatnya mengurangi rasa sayangnya pada sang kakak. "Gwa juga kangen, gwa disana kesepian No. Gak ketemu sama lu, mereka, mama, papa, kirakira kabar mereka gimana ya? " Cia bertanya senang.
Vano seketika terdiam kaku saat sang adik menanyakan kabar orang tua mereka.
Melihat keheningan Vano, Diaz kakak kembar Salsa segera menjawabnya. "Mereka baik Ci, sebenernya tante kangen banget sama lu. Sering banget nanyain lu sama Salsa, padahal dia tau kalo kalian sibuk disana. " Sahutnya membuat Vano seketika mengucap syukur.
'Makasih Diaz, kali ini gwa berhutang sama lu. ' Vano menghela nafas pelan.
"Beneran? Vano, Kapan kapan kita pulang kerumah ya? " Antusias Cia menggoyang goyangkan lengan Vano.
Melihat Cia bersemangat Vano segera mengangguk lalu mencubit pipi Cia pelan.
"Nanti kalo kita punya waktu luang. " Jawab Vano tak ingin menyurutkan senyuman Cia.
Sementara itu Salsa malah sibuk mengamati wajah Diaz. Merasa diperhatikan Diaz menoleh dan memergoki Salsa yang menatap nya diam-diam.
"Diaz, bohong itu dosa. " Celetuk Salsa seolah-olah bisa membaca raut muka Diaz.
Mendengar itu Diaz tersenyum tipis, sangat tipis bahkan hanya terlihat membenarkan raut wajahnya.
"Bohong demi kebaikan itu lebih baik daripada bohong tanpa sebab. " Sahut Diaz membuat Salsa menampilkan raut bingung.
"Kebaikan? Kebaikan apa yang perlu kebohongan? " Salsa bertanya.
"Sasa, didunia ada banyak tipe manusia. Misalnya ada yang berbohong dan ada yang selalu jujur, dan kita termasuk keduanya alias bisa keduanya. Diam atau didiamkan juga memiliki makna yang berbeda, baik hati dan berbaik hati juga berbeda jauh pengertiannya. " Celetuk Kaizo membuat Salsa mengalihkan atensi nya.
"Berarti yang keliatan baik belum tentu baik ya bang? " Laily ikut bertanya saat mendengar percakapan ketiganya.
"Of course, sama seperti air yang terlihat tenang bisa saja paling mematikan karena buaya bisa saja bersembunyi disana. " Fara muncul dengan sengajanya diantara mereka.
"Terus apa lagi? " Fia ikut bergabung diantaranya.
"Amarah dan kesabaran, ada dua tipe manusia dalam mengeluarkan emosi nya. Ada yang melupakan nya dengan bentuk kemarahan, dan ada yang memendam nya dengan air mata. " Fara menjawab dengan segera pertanyaan Fia.
Melirik arah jam sekilas, Diya segera melerai. "Tapi ketimbang gitu, mending kita sarapan dulu. Kasian nanti yang sekolah, bisa-bisa telat dihukum guru. " Ucap Diya seraya menata piring diatas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
STAR OF ZERO [ Star-Zero ]
FanficUp tiap sabtu! ○●○ "Diyana Karina Permata, sesuai nama lu Permata, lu akan selalu menyinari hidup gwa dimanapun. " Dion menatap manik coklat Diya. "Maafin gwa, tapi Permata lu ini harus pergi. " Diya tertunduk lesu. Dion segera mendekat dan memelu...