Nangis itu hal wajar, nangis itu normal buat semua orang.
Istirahat kalo perlu, jangan dipaksain..
.
○●○●○●○●○●
Malam, 20.30
Kaizo berjalan pergi hendak mengambil kunci motornya. Namun kejadian itu dihalangi oleh Fara yang bertanya bingung.
"Mau kemana lu? " Tanya Fara penuh selidik.
"Keluar bentar nyari angin. " Jawab Kaizo seadanya.
"Udah malem, gak baik buat kesehatan. " Balas Fara.
"Gwa tau, tapi gwa punya urusan diluar sana. " Nekat Kaizo.
Seusai menggapai kuncinya Kaizo berjalan menuju pintu, tapi tiba-tiba terhenti karena ucapan Fara.
"Jangan selesain masalah dengan balapan Kai. " Kaizo segera menoleh.
"Gwa gak balapan. Tenang aja, gwa bakal baik-baik aja kok. " Jawab Kaizo sebelum benar-benar menghilang.
"Tapi tetep aja perasaan gwa gak enak. " Gumam Fara.
"Perasaan apa kak? " Muncul Diaz tiba-tiba.
Fara menjawabnya dengan kekehan sambil mengangkat bahunya pelan.
"Kakak gapapa kok, mungkin kecapean. " Fara tersenyum palsu.
Diaz membalasnya dengan senyuman ringan, jemari nya bergerak untuk menggapai jari Fara.
"Bang Kaizo bakalan baik-baik aja kok kak, santai aja kak. " Diaz seolah tau isi pikiran Fara.
"Makasih Di, sekarang kakak mau masak dulu. Kaizo belum makan malem biar nanti tinggal makan, apa mau dimasakin juga? " Tawar Fara mencoba menghilangkan keresahannya.
"Boleh kak, mau dibantu sekalian? " Diaz mengajukan diri.
Mendengar itu Fara mengangguk setuju, lumayan ada yang mau membantu setidaknya Diaz tidak akan mengacau kan?
"Boleh dong kak Sasa ikut. " Salsa mencegat jalan Fara, dibelakangnya ada Cia teman sehidup semati nya.
"Gausah nanti repot, mending bujuk sih Mahesa orangnya masih ngambek tuh dari kemaren. " Fara menatap Cia.
Yang ditatap hanya cengengesan tak tau saja Mahesa sekarang dendam dengan dirinya.
"Lagian siapa suruh tidurnya kayak orang mati, kan cocok tuh jadi bahan kerjaan Cia. " Celetuk Cia mengundang tawa Salsa.
"Lu gabut banget sih. " Diaz mengomentari Cia.
"Habisnya hobi bang Mahesa unik banget sih. " Salsa mengimbuhi.
"Bujuk sana nanti gak dikasih uang jajan loh. " Ancam Laila datang dari arah ruang tamu.
"Dari mana lu? Jam segini baru pulang. " Fara mengintrogasi Laila dan Diya.
Diya terkikik pelan, Fara terlihat seperti emak-emak dimata nya. "Hehe, habis dari taman kota nyari makan. Nih titipan Vano, nanti kasih orangnya ya. " Diya menyerahkan seplastik makanan pada Cia agar diserahkan pada Vano.
"Makasih kak, kalo gitu Cia gak jadi gangguin kak Fara deh. " Senang Cia berlalu pergi bersama Salsa.
"Emang ngeselin mereka berdua. " Geram Fara.
"Sabar Far, gwa punya berita penting tentang Nara. " Bisik Laila.
"Jadi lu pada habis nyari Nara? " Tanya Fara diangguki keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
STAR OF ZERO [ Star-Zero ]
FanfictionUp tiap sabtu! ○●○ "Diyana Karina Permata, sesuai nama lu Permata, lu akan selalu menyinari hidup gwa dimanapun. " Dion menatap manik coklat Diya. "Maafin gwa, tapi Permata lu ini harus pergi. " Diya tertunduk lesu. Dion segera mendekat dan memelu...