Rumah dan keluarga adalah tempat terbaik untuk pulang.
Tapi tak semua orang bisa merasakan kehangatan dan keramahan sebuah rumah..
.
●○●○●○●○●
Seoul, 16.39
Sore petang dilaluinya dengan bosan, hanya duduk dirumah dan berjalan keliling entah kemana.
Salsabila, gadis bersurai merah itu sedang menyendiri ditaman rumahnya. Menghilangkan kebosanannya dengan menendang beberapa batu disekitarnya.
Tak lama kemudian seseorang menepuk pundaknya pelan membuat Salsa terkaget dan otomatis menoleh.
"Ngapain sendirian disini? Ntar ada hantu loh Sa. " Ucap seseorang itu mencoba menakut nakuti Salsa.
"Kak Diya? Sasa sebenarnya bosen kalo dirumah terus, makanya Sasa kesini. " Diya, gadis bersurai hitam panjang itu tertawa pelan mendengar penuturan Salsa.
"Lain kali kalo bosen ajak yang lainnya main. Bukannya menyendiri disini, udah mau malem Sa, dingin. " Peringat Diya membuat Salsa mengangguk.
"Annyeong haseo yeorobun. Kelihatannya seru nih, ngapain aja kak? " Muncul gadis berambut pendek sebahu mendekati keduanya dengan seseorang dibelakangnya.
"Elahh, 2 tahun dikorea kagak paham bahasanya. Belajar dong dodol. " Gadis lainnya memukul pundak gadis berambut pendek itu.
"Sakit Begooo! Kejam banget lu Fianjing! " Fia yang namanya disebut hanya melipat tangannya didepan dada.
"Lain kali Belajar sama gwa Lai, gak pro bener lu kayak rakyat jelata aja. " Gadis berponi itu mendekat dan merangkul bahu Laily.
"Amira, gwa bilangin ke lu ya. Gwa gak mau les bimbel korea sama lu, mengerikan mending gwa Belajar pake translate. " Laily melepas rangkulan Mira.
"Big noo, yang ada lu malah molor lagi kayak waktu itu. Ya gak Ci? " Mira bertanya kepada gadis berkucir dua disampingnya.
Cia yang ditanya langsung mengangguk setuju setelah ditanya Mira. Beberapa saat kemudian gadis bermata sipit mendatangi mereka karena mendengar keributan dari luar.
"Kak Nara, Kak Laila kemana? " Laily bertanya sambil mencari keberadaan sang kakak.
Bukannya menjawab Nara langsung melenggang pergi mendekat kerah Diya duduk.
"Fara tadi nelpon gwa, katanya Jian butuh lu. " Nara berbicara tanpa menatap lawannya.
"Gwa ragu Ra, Mama Gwa selalu nentang kalo Gwa ketemu Jian. " Diya berucap tertunduk lirih.
"Jian tinggal sendirian Di, Mama lu udah nikah lagi. Sekarang Jian harus mencukupi hidupnya sering Di, hari ini kita harus pulang. " Laila muncul sambil mengeluarkan ponselnya bukti telfon Fara barusan.
Terdiam sejenak, Diya segera bangkit dari tempat duduknya. Dengan raut muka yakin Diya mengepalkan tangannya.
"Kita pulang malam ini. " Putusnya.
"Hah?!! " Serentak Laily dan Cia bersamaan.
"Sekarang? " Sempat-sempatnya Salsa bertanya.
"Tahun depan, ya sekarang Sasa. " Fia segera menggeret Salsa pergi dari sana.
"Sabar atuh, tangan Sasa sakit kak. " Jawabnya agar Fia mau melepas cekalannya.
"Keburu lama lu, lagian sakit ngapain sih? " Tanya Fia semakin mempererat cekalannya.
"Habis ngitung duit, makanya sakit. " Salsa berucap lirih.
"Apa lu bilang? " Fia bertanya setelah mendengar gumaman Salsa walaupun samar.
"Gapapa udah ketelen. " Salsa mengeluarkan senyuman polosnya.
Tak mau berlama-lama pusing memikirkan perkataan Salsa, Fia segera mempercepat lajunya karena waktu semakin malam.
☆☆☆☆☆
KAMU SEDANG MEMBACA
STAR OF ZERO [ Star-Zero ]
ФанфикUp tiap sabtu! ○●○ "Diyana Karina Permata, sesuai nama lu Permata, lu akan selalu menyinari hidup gwa dimanapun. " Dion menatap manik coklat Diya. "Maafin gwa, tapi Permata lu ini harus pergi. " Diya tertunduk lesu. Dion segera mendekat dan memelu...