4 | Perasaan Tidak Enak

794 69 17
                                    

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Santi meraih ponselnya saat mendengar notifikasi. Si kembar tiga sudah tidur di sampingnya sejak tadi. Ia sendiri kembali terbangun akibat mendengar suara notifikasi barusan. Pesan masuk dari Mika terlihat pada layarnya, membuat senyum di wajahnya terbit dengan indah. Semangatnya selalu saja kembali jika mendapat kabar dari Mika, meski itu bukanlah kabar soal akan segera pulang.

Saat membuka pesan itu, foto yang Mika kirimkan langsung terpampang jelas pada layar. Santi mengamati foto itu, khususnya wajah Mika yang berada paling depan. Mika memang tersenyum, namun entah mengapa rasanya ada yang berbeda bagi Santi dari raut wajahnya. Wajah Mika agak pucat dan senyumnya tidak terlihat penuh semangat seperti biasa. Santi tidak terbiasa melihat hal itu. Perasaannya mendadak tidak nyaman setelah melihat foto yang dilihatnya barusan.

Santi segera menghalangi bagian pinggir tempat tidur dengan guling, agar Samsul tidak berguling ke pinggir ketika dirinya tidak ada. Jika Samsul mulai berguling sambil tidur, maka Sammy dan Sandy biasa akan ikut berguling dengannya tanpa sadar. Entah mengapa si kembar tiga selalu saja begitu jika tidak diawasi dengan baik. Samsul adalah yang paling bungsu, tapi justru dialah yang tingkahnya selalu diikuti oleh kedua Kakaknya. Hal itu membuat Santi jadi sangat waspada setiap kali akan meninggalkan mereka bertiga di tempat tidur saat malam. Ia jelas tidak mau melihat mereka mendadak sudah pindah tidur di atas permadani, padahal baru ditinggal sebentar keluar kamar.

Usai memastikan si kembar tiga nyaman di tempat tidur, Santi segera keluar dari kamar untuk menemui Ibu mertuanya. Clarissa jelas masih terjaga dan tengah menonton televisi di lantai bawah. Beda halnya dengan Frederick yang selalu tidur malam on time setiap harinya. Clarissa senang sekali saat melihat Santi mendekat ke arahnya. Ia langsung memintanya duduk, lalu merangkulnya dengan hangat.

"Kamu belum tidur, Sayang? Kenapa? Sedang tidak bisa tidur, ya?" duga Clarissa.

"Bukan, Mi. Tadi aku sudah sempat tertidur, kok, saat menidurkan si kembar. Hanya saja, aku terbangun lagi saat mendengar ponselku berdering. Mika mengirim pesan seperti biasa, Mi. Pesawatnya baru mendarat, dia baru saja sampai di Palembang," jawab Santi.

"Lalu, kenapa kamu tidak kembali tidur setelah membaca pesan dari Mika? Apakah ada yang membuatmu gelisah?"

Clarissa membelai rambut panjang Santi dengan lembut. Ia tahu persis kalau Santi saat ini sedang butuh ditenangkan.

"Mika mengirim foto bersama anggota tim yang lain, Mi, seperti biasanya. Entah kenapa raut wajah Mika dalam foto itu sama sekali tidak sama seperti biasanya. Aku ingin berpikir, bahwa mungkin itu adalah efek rasa lelah yang sedang dia rasakan. Tapi, aku tidak benar-benar bisa meyakinkan diriku dan justru malah semakin gelisah. Aku tidak paham, Mi. Aku tidak paham kenapa perasaanku mendadak jadi seperti ini," ungkap Santi, jujur.

Clarissa pun mengambil ponsel milik Santi yang masih ada dalam genggaman wanita itu. Ia kemudian membuka pesan dari Mika, lalu mengamati foto yang baru saja Santi bicarakan dengannya. Santi jelas benar, bahwa raut wajah Mika tidak terlihat sama seperti biasanya. Wajah itu pucat dan senyumnya tidak menyiratkan Mika yang selalu penuh energi ataupun semangat. Wajah Mika biasanya terlihat sangat ceria, konyol, dan juga menyebalkan meski sedang lelah sekalipun. Namun kali itu rasanya benar-benar berbeda. Kali itu, seakan bukan Mika yang sedang ia tatap di dalam foto tersebut.

"Kamu benar, Sayang. Mika terlihat sangat berbeda dalam foto ini. Jika perbedaan itu adalah karena lelah, seharusnya kita masih bisa melihat wajah konyolnya yang menyebalkan. Tapi dalam foto ini, dia hanya tersenyum datar dan mencoba terlihat baik-baik saja," nilai Clarissa.

"Lalu aku harus bagaimana, Mi? Apakah Mami punya masukan, agar aku tetap bisa tenang di rumah selama Mika masih bekerja?" tanya Santi.

"Sebaiknya sekarang kamu tanya langsung pada Mika, apakah keadaannya baik-baik saja saat ini atau apakah pekerjaannya baik-baik saja dan bisa ditangani seperti biasa. Coba dulu. Nanti kita pikirkan lagi ke depannya seperti apa, jika sudah dapat jawaban dari Mika," jawab Clarissa, menyarankan.

Santi pun kembali menerima ponselnya dari tangan Clarissa. Ia segera mencoba menanyakan paka Mika soal keadaannya, seperti yang baru saja disarankan.

BELAHAN JIWAKU
Wa'alaikumsalam, Pi. Apakah keadaan Papi baik-baik saja? Apakah Papi sehat? Mami lihat wajah Papi pucat sekali di dalam foto yang tadi Papi kirim. Mami khawatir, Pi. Balas agak cepat, ya, biar Mami tenang di rumah sama anak-anak.

Santi sudah mengirim pesan itu kepada Mika. Kini ia menantikan balasan dan berharap jika balasan itu akan membuatnya menjadi lebih tenang.

CINTA SEJATIKU
Alhamdulillah Papi baik-baik saja, Mi. Mami jangan banyak pikiran, ya. Mami tenang-tenang saja di rumah sama anak-anak. Papi sehat di sini dan Insya Allah akan cepat pulang kalau pekerjaan sudah selesai. Kalau Mami gelisah, coba ajak ngobrol Samsul. Pasti Mami akan jadi lebih lega setelah ngobrol sama Samsul.

Membaca pesan balasan itu, mendadak membuat Santi kembali tertawa. Kekonyolan Mika selalu saja berhasil menghiburnya, membuatnya tidak berlama-lama merasakan gelisah.

BELAHAN JIWAKU
Mami mau ngomong apa sama Samsul? Memangnya menurut Papi, Mami akan mendapat tanggapan dari Samsul setelah mengajaknya ngobrol? Perasaan Samsul baru bisa ngomong Mami, Oma, Opa, dan Pipa, deh.

CINTA SEJATIKU
Nah ... bagian itu, tuh. Coba Mami latih Samsul untuk memanggil Papi, bukan Pipa. Kadang-kadang Papi jadi merasa dibanding-bandingkan sama pipa betulan kalau lagi ngasuh Samsul. Masa wajah Papi ganteng begini dipanggilnya Pipa sama anak sendiri.

BELAHAN JIWAKU
Kalau masalah yang itu, Mami akan angkat bendera putih sekarang juga. Mami sudah sering ngajarin Samsul untuk bilang Papi, tapi Samsul lebih suka bilang Pipa kalau lihat muka Papi. Jadi Mami harap, Papi maklum saja. Toh, Papi juga sekonyol itu biasanya. Jadi jangan heran kalau akhirnya sifat konyol itu turun plek-ketiplek sama Samsul.

CINTA SEJATIKU
Papi enggak masalah meski Samsul mewarisi sifat konyol yang Papi punya, Mi. Tapi bukan berarti sampai harus mengubah panggilan Papi jadi Pipa, dong. Mau ditaruh di mana muka Papi, kalau nanti pas dia besar di depan umum Papi tetap dipanggil Pipa? Muka ganteng Papi akan jadi taruhannya, Mi.

BELAHAN JIWAKU
Papi sendiri, deh, yang ajarin Samsul. Mungkin Samsul akan mengubah pendiriannya, kalau Papi ajak ngomong langsung dari hati ke hati.

CINTA SEJATIKU
Mana bisa Samsul diajak ngomong dari hati ke hati, Mami? Samsul 'kan baru bisa ngomong Mami, Oma, Opa, sama Pipa.

BELAHAN JIWAKU
Nah, itu Papi paham. Kenapa tadi Papi malah nyuruh Mami ajak ngobrol Samsul?

* * *

TELUH BANYUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang