5 | Membentuk Benteng

832 80 14
                                    

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Mika terkikik geli sambil menatap layar ponselnya, usai membaca pesan terakhir dari Santi. Hani hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala, karena tahu kalau Mika pasti baru saja membuat Santi merasa stress. Ketika pria itu sudah menyimpan ponselnya ke dalam saku celana, tatapannya langsung terarah pada langit di bagian belakang rumah yang mereka datangi. Perubahan wajah Mika yang begitu drastis membuat Hani segera ikut menatap ke arah yang sama.

"Apa itu, Mik? Itu jelas bukan warna langit, meski langit saat ini sedang gelap sekali karena tidak ada bulan," Hani memelankan suaranya.

"Hati-hati saja, Han. Terus bentengi diri dengan doa dan jangan pernah berhenti. Mungkin itu adalah salah satu alasan mengapa Ziva sampai tidak mendapat firasat apa pun," balas Mika, sama pelannya.

"Kita harus laporkan soal yang kita lihat itu, Mik."

"Ya. Kalau begitu cepatlah panggil siapa pun yang belum masuk ke rumah korban," Mika menyetujui.

Hani pun segera berlari menuju ke rumah korban. Niatan awal Hani dan Mika untuk menurunkan barang-barang dari bagian belakang mobil milik Ridho harus tertunda, akibat mereka melihat sesuatu yang janggal. Mika tetap berada di tempat dan mengabadikan yang dilihatnya menggunakan kamera pada ponsel. Ia yakin sekali kalau itu bukanlah sebuah bayangan dan juga bukan warna langit malam. Apa yang dilihatnya itu terkadang bergerak, meski tidak sering terjadi.

Rasyid dan Alwan tiba bersama Hani tak lama kemudian. Keduanya segera ditunjukkan oleh Hani ke arah yang tadi dilihatnya bersama Mika. Mika masih merekam hal itu, saat Rasyid mendekat dan ingin melihat lebih jelas melalui kamera ponsel yang sedang merekam.

"Apa itu? Seperti bayangan, ya, jika dilihat sekilas," ujar Alwan.

"Mm. Kamu benar, Al. Seperti bayangan kalau dilihat sekilas," balas Hani.

"Tapi sayangnya, itu sama sekali bukan bayangan. Apa yang kita lihat itu bisa bergerak, Al. Tapi bergeraknya tidak sering, hanya sesekali saja," tambah Mika.

"Oh, ya? Tadi kamu sempat melihat itu bergerak, Mik?" tanya Rasyid.

"Bukan hanya aku, Ras, yang lihat. Hani juga lihat," jawab Mika.

"Iya. Itu benar. Bergerak, tapi hanya sesekali. Tidak sering," Hani mengonfirmasi.

"Kalau begitu sebaiknya kita beritahu Ziva dan Raja. Kita harus tahu apa pendapat mereka soal yang kita lihat saat ini. Ayo," ajak Rasyid.

Mereka berempat segera menuju ke arah rumah korban. Ketika mereka akan masuk, Tari baru saja akan keluar untuk memanggil mereka.

"Ada apa, Tar? Kamu, kok, kelihatannya panik?" tanya Hani.

"Ayo masuk! Cepat!" ajak Tari, tanpa menjawab pertanyaan Hani.

Mereka segera berlari ke dalam rumah, lalu melihat Ziva yang sedang berjuang keras menahan sesuatu dari sisi kiri tubuh Mahesa.

"Dia melawan! Makhluk kiriman orang itu melawan pada Ziva sejak awal! Makhluk itu kuat sekali!" lapor Raja.

"Melingkar! Buat lingkaran berjarak antara satu dan lainnya!" perintah Rasyid.

Karin berdiri di depan pintu dapur. Wanita itu membantu menjaga di sana, agar kedua orangtua korban tidak keluar sebelum diminta oleh Tari. Semua anggota tim segera membuat lingkaran. Ziva tidak boleh keluar dari lingkaran yang mereka buat dan harus dibentengi sekuat mungkin oleh semua anggota tim yang membantu membentengi Ziva bersama korban yang terbaring diatas dipan.

"Baca doa yang biasa kita pakai mengusir jin! Ayo mulai!" Rasyid memberi aba-aba.

"A'udzubillahi minasy-syaithonnirrajim. Bismillahirrahmanirrahim. A’udzu biwajhillahil karim, wabikalimatillahit-tammati lati la yujawizuhunna barrun wa fajrun, min syarri ma yanzilu minas-sama’i, wa min syarri ma ya’ruju fiha, wa min syarri ma dzara’a fil ardhi, wa min syarri ma yakhruju minha, wa min syarri fitanil laili wan nahari, wamin syarri thawariqil laili, wamin syarri kulli tharinin illa thariqan yathruqu bi khairin, yaa rahman."

Doa itu dibaca oleh mereka berulang-ulang demi membentengi area keberadaan korban dan Ziva. Ziva terus berusaha mengeluarkan energinya, untuk melawan makhluk yang tadi mendadak menyerang. Makhluk itu ternyata selalu berdiam di sisi Mahesa selama pria itu mulai sakit. Tugasnya adalah menghalau siapa pun yang mencoba membantu Mahesa agar bisa sembuh. Ziva benar-benar tidak menyangka akan ada serangan sejak pertama kali ia mendekat pada Mahesa. Ia bahkan hampir tidak sempat menjauhkan Raja darinya, jika saja refleksnya tidak cepat. Bisa jadi Raja-lah yang akan terkena serangan makhluk itu, andai dirinya terlambat mendorongnya untuk menjauh.

"... A’udzu biwajhillahil karim, wabikalimatillahit-tammati lati la yujawizuhunna barrun wa fajrun, min syarri ma yanzilu minas-sama’i, wa min syarri ma ya’ruju fiha, wa min syarri ma dzara’a fil ardhi, wa min syarri ma yakhruju minha, wa min syarri fitanil laili wan nahari, wamin syarri thawariqil laili, wamin syarri kulli tharinin illa thariqan yathruqu bi khairin, yaa rahman," lirih Ziva.

"Nak, apakah anak kami akan baik-baik saja?" tanya Mawar, kepada Karin yang masih berjaga di depan pintu dapur.

Pintu dapur itu tidak bisa ditutup total, karena terganjal oleh bagian bawah alas kulkas. Hal itu akhirnya membuat semua orang yang diminta bersembunyi di dapur masih bisa melihat ke arah Karin.

"Sabar, ya, Bu. Terus saja berdoa untuk anaknya Ibu. Semoga saja doa dari Ibu bisa membantunya agar terlepas dari jeratan teluh. Insya Allah, doa Ibu akan terkabul, karena doa seorang Ibu itu mustajab bagi anaknya," jawab Karin.

Ziva berupaya mendorong balik makhluk yang belum berhenti menyerangnya. Doa dari para anggota timnya telah membentengi area tersebut, sehingga membuat keberadaan makhluk itu mulai melemah. Makhluk itu tidak punya celah untuk menarik energi yang baru dari luar benteng.

"... A’udzu biwajhillahil karim, wabikalimatillahit-tammati lati la yujawizuhunna barrun wa fajrun, min syarri ma yanzilu minas-sama’i, wa min syarri ma ya’ruju fiha, wa min syarri ma dzara’a fil ardhi, wa min syarri ma yakhruju minha, wa min syarri fitanil laili wan nahari, wamin syarri thawariqil laili, wamin syarri kulli tharinin illa thariqan yathruqu bi khairin, yaa rahman."

Raja bisa melihat kalau Ziva agak kewalahan menghadapi serangan makhluk itu. Namun Ziva tetap berusaha bertahan dan memberi perlawanan, agar tidak ada orang lain yang terkena serangan makhluk itu. Makhluk itu akan menyerang yang lain, jika Ziva sampai berhasil ditumbangkan.

"Ya Allah, permudahlah usaha Istriku. Permudahlah," batin Raja, sangat resah.

Ziva kembali berupaya mendorong dengan kuat sekali lagi. Makhluk itu akhirnya kesulitan untuk membuat Ziva tumbang. Pada saat itulah, Ziva kembali mengeluarkan energinya dan menyerang sekuat tenaga untuk mengakhiri serangan sengit tersebut.

BLAMMM!!!

Makhluk itu akhirnya menghilang. Wujudnya yang terlihat oleh Rajpa dan Ziva terpecah-pecah setelah menerima serangan yang terakhir. Ziva jatuh berlutut, akibat dirinya kehabisan energi. Tari dan Hani segera meraihnya untuk ditenangkan.

"Teluh banyu," lirih Ziva. "Cari tahu siapa yang begitu mendendam terhadap Mahesa. Ini adalah wujud dari dendam pribadi."

* * *

SAMPAI JUMPA BESOK 🥰

TELUH BANYUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang