25 | Berhasil Menumbangkan

781 72 5
                                    

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

"ALHAMDULILLAH!!!" seru keempat pemuda yang ada di samping Ridho dan Junira, untuk kedua kalinya.

Mereka tampak begitu senang saat melihat keberhasilan Ziva menyerang ke arah Burhan, hingga Burhan terlempar dan muntah darah.

"Akhirnya Dukun tua itu berhasil dikalahkan," ungkap Saif, tampak begitu lega.

"Iya. Aku benar-benar senang, saat melihatnya terlempar akibat serangan dari Kakak berbaju putih yang memiliki ilmu itu," sahut Miki.

"Berarti sebentar lagi semuanya akan selesai, kalau Dukun itu benar-benar bisa dikalahkan oleh mereka bertiga," pikir Deri.

"Itu sudah pasti. Tidak mungkin mereka akan kalah dari Dukun tua bangka biadab itu. Benar, 'kan, Mangcek*?" tanya Zaki, kepada Ridho.

Junira ikut menatap ke arah suaminya, seperti yang dilakukan oleh keempat pemuda di samping mereka. Ekspresi Ridho masih saja sama dengan yang tadi. Tidak ada perubahan sedikit pun meski Burhan sudah terkapar di tanah dan muntah darah. Hal itu jelas membuat semua orang yang menatapnya merasa heran dan mulai bertanya-tanya dalam hati.

"Tidak. Belum selesai," jawab Ridho, pada akhirnya.

"Belum selesai, Mangcek? Tapi, bukankah Dukun itu sudah berhasil ditumbangkan oleh ketiga Kakak di luar sana sampai ...."

"Meski dia tumbang dan muntah darah," potong Ridho, atas ucapan Saif. "tetap saja pertarungannya belum berakhir. Aku sudah sering melihat para anggota tim itu bertarung dengan Dukun yang mengirim teluh. Satu-satunya yang bisa menandai bahwa pertarungan telah berakhir dan teluh terhadap korban telah dipatahkan adalah saat Dukun itu kehilangan ilmu hitamnya dalam keadaan sekarat. Jika dia masih bergerak dan bisa menatap ke mana-mana seperti itu, maka tandanya pertarungan dan pematahan teluh belum benar-benar selesai."

Mendengar penjelasan dari Ridho, membuat keempat pemuda itu kembali menatap keluar jendela dengan perasaan resah. Mereka kembali memanjatkan doa, agar Burhan bisa segera dikalahkan dan Mahesa bisa selamat dari teluh banyu.

Burhan tahu, kalau sekarang Tari dan Hani akan mengincar buntalan kain merah yang terikat pada tubuhnya, tepat di balik baju yang ia pakai. Hal itu membuat Burhan segera memaksakan diri agar bisa bangkit kembali untuk bertarung, meski dirinya baru saja mendapat serangan yang membuatnya muntah darah. Ia tidak peduli dengan rasa sakit yang terus mendera tubuhnya. Ia menyeka sisa darah yang menetes dari bibirnya, sambil mencoba menyeimbangkan kedua kakinya agar tubuhnya bisa kembali tertopang dengan sempurna. Laki-laki tua itu mencoba memusatkan semua sisa energi yang ia miliki, untuk menyerang balik Tari dan Hani. Ilmu hitam yang selama ini ia gunakan untuk meneluh seseorang akan ia gunakan untuk menumbangkan lawan bertarungnya. Ia tidak mau menerima kekalahan. Ia hanya ingin menang, agar bisa segera membunuh Mahesa demi membahagiakan putri kesayangannya.

Ziva tetap ada di belakang kedua wanita itu, meski jarak mereka mulai menjauh dari posisinya. Dari posisinya, ia bisa melihat dengan jelas bahwa Burhan berniat ingin menyerang Tari dan Hani. Gelagat laki-laki tua itu mudah sekali tertebak olehnya, meski tidak berbicara sama sekali. Maka dari itulah Ziva segera mengeluarkan ajian perengkuh dan menyalurkan ajian itu kepada Tari maupun Hani menggunakan energi yang cukup besar dari dalam dirinya. Ia tidak ingin terjadi sesuatu pada Tari dan Hani, sehingga membuatnya memberikan perlindungan kepada mereka lebih awal.

Tari dan Hani mengayunkan senjata masing-masing ke arah Burhan. Burhan bisa merasakannya datangnya serangan itu meski kedua matanya sedang tertutup. Hal itu membuat dirinya segera menahan ayunan kedua senjata tersebut dengan ilmu hitam yang sedang ia keluarkan. Kedua matanya pun terbuka. Laki-laki tua itu menyeringai keji, saat menatap ke arah Tari dan Hani. Sontak saja hal itu membuat Hani maupun Tari merasa jijik, ketika melihat jelas terbitnya seringai tersebut.

"Tidak semudah itu jika ingin mengalahkan aku, perempuan jalang!" tegas Burhan, setengah mengejek.

Burhan akan mendorong ayunan senjata yang berhasil ditahannya tersebut. Tari dan Hani bisa merasakan energi dari ilmu hitam yang Burhan keluarkan. Namun harapan Burhan yang ingin sekali melihat kedua wanita itu terhempas dan jatuh akibat serangan balasan darinya mendadak pupus, saat ajian perengkuh yang Ziva keluarkan untuk melindungi Tari dan Hani balas mendorong energi ilmu hitam milik Burhan. Lagi-lagi, Burhan harus terlempar ke belakang dan kembali terbanting ke tanah seperti sebelumnya. Laki-laki tua itu kembali muntah darah untuk yang kedua kalinya. Kini ia yakin, kalau dirinya mengalami luka dalam akibat serangan dari Ziva.

Nasya tampak begitu khawatir dengan keadaan Bapaknya. Ia takut kalau Burhan akan kalah dalam pertarungan tersebut. Karena jika Burhan sampai mengalami kekalahan, maka bukan hanya teluh banyu yang menyiksa Mahesa, yang akan terpatahkan. Ilmu hitam yang selama ini Burhan kuasai juga akan luntur dari raganya, dan akan membuat Burhan dikejar oleh Iblis yang dipujanya selama ini. Hal itu membuat Nasya berusaha lebih keras untuk bisa membebaskan diri dari tali yang mengikatnya di pohon jambu. Ia bertekad ingin membantu Bapaknya, karena ia tidak mau melihat ada sedikit pun hal buruk yang terjadi.

Tari dan Hani kembali berlari untuk mendekat ke arah Burhan. Burhan berusaha ingin bangkit kembali seperti tadi, namun tubuhnya terasa sangat sakit dan sulit untuk bergerak. Ajian perengkuh milik Ziva yang melindungi Tari dan Hani berhasil menyerangnya disertai energi yang begitu besar. Hal itu membuat dirinya tumbang dan sulit untuk pulih dengan cepat.

SREETTTT!!!

Hani merobek baju yang Burhan pakai menggunakan salah satu belatinya. Saat pakaian itu robek, Tari akhirnya bisa melihat tali berwarna hitam yang terikat pada tubuh Burhan dan menahan buntalan kain merah yang mereka incar sejak tadi.

"Itu yang harus kita ambil dari si tua bangka ini, Tar," bisik Hani.

"Iya. Kamu benar, Han. Sebaiknya kita ambil buntalan kain merah itu sekarang, sebelum tenaganya kembali pulih," balas Tari, ikut berbisik.

SREETTTT!!!

Ikatan tali hitam itu diputuskan oleh Tari menggunkan parang peraknya. Setelah talinya terputus, wanita itu kemudian mengambil buntalan kain merah yang jatuh ke arah samping bagian dalam baju Burhan menggunakan ujung parang. Hani memberinya jalan, agar bisa membawakan buntalan kain merah itu kepada Ziva.

"Bawa buntalan kain merah itu padaku, Tar. Tapi hati-hati, jangan sampai buntalan kain merah itu jatuh ke tanah saat kamu membawanya," titah Ziva.

Tari mendengar perintah itu, lalu mulai berjalan sehati-hati mungkin ke arah tempat Ziva berada. Hani kembali menatap Burhan yang sudah tidak berdaya, namun kali ini dia memutuskan untuk mengambil jarak dari laki-laki tua itu.

"Kembalikan, perempuan laknat!!! Kembalikan benda itu!!!" teriak Burhan, meski tubuhnya sudah tidak berdaya.

"Jangan mimpi, tua bangka biadab!!! Semua hal yang kamu lakukan terhadap Mahesa akan berakhir malam ini!!!" balas Hani, tak kalah keras.

* * *

TRANSLATE :

*Paman

TELUH BANYUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang