19 | Bekerja Sama

818 78 53
                                    

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Burhan bisa merasakan hal yang ganjil, saat berada di perjalanan. Ia tahu persis, kalau saat ini ada kemungkinan bahwa Mahesa sedang kembali dibantu untuk terlepas dari teluh banyu yang ia kirimkan. Ia jelas tidak bisa membiarkan hal itu terjadi. Apa pun rintangannya, Mahesa tetap harus mati seperti yang sudah direncanakan. Untuk itulah ia segera mengucap jampi-jampinya dan memerintahkan satu lagi makhluk utusannya agar mengacaukan usaha menyelamatkan Mahesa.

"Ini adalah pertarungan jarak jauh. Jadi aku tidak akan lengah sedikit pun dari semua tindak-tanduk perempuan itu," batin Burhan, seraya menyeringai diam-diam.

Setelah mengirimkan makhluk utusannya, Burhan kembali fokus menatap ke arah jalanan yang dilalui oleh taksi online. Namun sayangnya, tangan kiri laki-laki tua itu mendadak terasa panas seakan baru saja terbakar. Burhan segera memeriksa tangannya untuk memastikan sesuatu. Benar saja, rasa panas seperti terbakar itu adalah pertanda bahwa makhluk suruhannya baru saja kembali dikalahkan oleh orang yang membantu Mahesa. Ia langsung mengepalkan tangannya kuat-kuat sambil menahan ucapannya agar tidak ada umpatan kasar yang keluar.

"Sialan!!!" Burhan kembali membatin. "Ini benar-benar tidak bisa dibiarkan!!! Aku harus segera sampai ke sana untuk menggagalkan usaha perempuan itu. Dia tidak boleh berhasil, dan Mahesa tidak boleh selamat dari teluh banyu!!!"

Alwan kembali memberikan minum kepada Mahesa, agar dahaga yang dirasakan setelah berteriak kesakitan bisa segera mereda. Sesekali Alwan melirik ke arah di mana Karin berada. Karin tampak gelisah setelah mengetahui bahwa ia bisa melihat makhluk halus seperti bagaimana Raja melihatnya. Alwan merasa yakin, kalau saat ini Karin sedang kembali memikirkan soal makhluk-makhluk halus yang pernah Ramdan kirimkan untuk mengintimidasi dirinya. Atas dasar itu, Alwan mendadak merasa menyesal karena memberi tahu Karin bahwa saat itu tidak ada yang bisa melihat makhluk halus selain Raja dan dirinya. Ia benar-benar tidak berpikir panjang akibat merasa kaget dengan tindakan Karin tadi.

Sementara itu, Karin saat ini sedang berdebat dengan pikirannya sendiri. Ia ingin membuat hatinya tenang, namun pikirannya kacau akibat tahu bahwa dirinya bisa melihat makhluk halus seperti Raja dan Ziva. Sejujurnya, ia tidak siap dengan hal itu. Ia masih merasa takut setelah selama ini terintimidasi oleh makhluk-makhluk halus suruhan Ramdan. Tapi keadaan saat itu sama sekali tidak baik-baik saja. Kalau dirinya terus tenggelam dalam rasa takut, maka ia tidak akan bisa memberi bantuan pada yang lain dan justru keberadaannya hanya akan menjadi beban.

"Aku tidak boleh takut. Mika, Hani, Tari, dan Rasyid tidak punya kelebihan seperti Ziva atau Raja, tapi mereka tidak merasa takut menghadapi makhluk halus. Aku pun harus begitu. Aku tidak boleh kalah oleh rasa takutku, karena itu hanya akan membuatku semakin lemah," batin Karin.

"ARRRRGGGGGGGGHHHHHH!!!"

Teriakan Mahesa yang kembali terdengar membuat lamunan Karin buyar dalam sekejap. Rasyid sudah kembali melanjutkan upaya ruqyah dan sedang menyeka bagian paha kiri Mahesa.

"SAKIT, KAK. DEMI ALLAH, SAKIT!!! AMPUN!!!"

"Astaghfirullah hal 'adzim," tuntun Alwan. "Astaghfirullah hal 'adzim ...."

"Astagh-firullah ... YA ALLAH!!!" Mahesa sulit menahan rasa sakitnya.

Rasyid kembali melepaskan handuk itu dan merendamnya. Nafas Mahesa naik-turun tak beraturan. Mawar dan Farhan berusaha keras untuk tidak mendekat, meski mereka ingin sekali mendekat untuk memberi dukungan di sisi Mahesa.

"Hanya tinggal bagian kedua betis dan kedua telepak kakimu, Mahesa. Tahan sebentar lagi, ya," Rasyid memberi tahu.

"Kamu pasti bisa, Mahesa. Kamu kuat," tambah Raja.

"Sa-kit, Kak," lirih Mahesa. "Sa-kit se-ka-li."

"Sabar. Kalau upaya ruqyah kedua ini selesai, maka nanti pada upaya ruqyah ketiga, rasa sakitnya tidak akan sampai seperti yang saat ini kamu rasakan," ujar Alwan.

Perut buncit Mahesa mulai sedikit mengalami perubahan, saat Rasyid memeriksanya. Alwan dan Raja ikut melihat yang tengah dilihat oleh Rasyid di balik sarung, saat itu.

"Air dalam perutnya sudah mulai berkurang. Hanya saja, belum benar-benar berkurang seperti yang kita harapkan," bisik Rasyid.

"Maksudmu, baru berkurang sedikit?" tanya Alwan, ikut berbisik.

"Iya. Itu maksudku. Makhluk yang bersarang di dalam tubuh Mahesa membuat aku sulit mengeluarkan semua air itu," jawabnya.

"Apakah sebaiknya kita pancing makhluk itu agar keluar dari dalam tubuhnya lebih dulu?" saran Raja.

"Adakah yang mau bertanya pada Ziva lebih dulu? Kita butuh pertimbangannya agar ...."

"Raja, awas!!!" teriak Karin.

Raja langsung menghindar saat baru saja menoleh. Makhluk yang berdiam di dalam tubuh Mahesa sedang bereaksi. Makhluk itu menggunakan tubuh Mahesa untuk menghentikan upaya ruqyah, serta mencoba menyerang Raja yang berada paling dekat posisinya.

"Jangan coba-coba mengusirku dari tubuh ini! Aku senang berada di dalam tubuh ini dan akan menguasainya!"

Mahesa berbicara, namun bukan suara Mahesa yang terdengar oleh mereka. Hal itu membuat Karin teringat sesuatu yang pernah dilewatinya bersama Ziva.

"Mas Alwan, tahan tubuhnya! Baringkan dia kembali, cepat!" titah Karin, sambil membuka satu botol air berukuran besar.

Alwan segera mencoba menahan tubuh Mahesa dan mendorongnya agar kembali berbaring. Sayangnya, tenaga Mahesa menjadi sangat kuat dan terus melawan dorongan yang Alwan lakukan. Rasyid mendekat dan ikut mendorong tubuh Mahesa seperti yang Alwan lakukan. Ketika akhirnya tubuh itu berhasil dibaringkan secara paksa, Karin segera menyerahkan botol air yang dibukanya ke tangan Raja.

"Ambil ini dan tuang semua airnya ke dalam mulut Mahesa. Kamu satu-satunya yang punya kelebihan mata seperti Ziva, meski kamu tidak punya kekuatan apa pun. Jadi  ... kamu yang harus melakukannya, sementara Mas Alwan dan Rasyid akan menuntunnya beristighfar melalui telinga kanan dan kiri," jelas Karin.

Karin segera beranjak menuju kedua kaki Mahesa, usai meraih selimut tebal dari atas meja makan. Ia menyelimuti kaki Mahesa, lalu menahan kedua kaki tersebut sekuat tenaga.

"Abaikan kalau dia menyemburkan air yang masuk ke mulutnya, Ja. Terus saja tuang airnya sampai ada perubahan," tambah Karin.

Raja pun segera melakukan hal yang Karin katakan, begitu pula dengan Alwan dan Rasyid yang langsung menuntun Mahesa untuk beristighfar pada kedua telinganya.

"Bismillahirrahmanirrahim," lirih Raja.

Air mulai masuk ke mulut Mahesa. Benar saja, Mahesa langsung menyemburkan air itu seperti yang sudah Karin duga. Namun Raja tidak berhenti menuang airnya, hingga akhirnya air itu berhasil tertelan sangat banyak oleh Mahesa.

"Astaghfirullah hal 'adzim. Astaghfirullah hal 'adzim. Astaghfirullah hal 'adzim," bisik Alwan dan Rasyid tanpa henti.

Tubuh Mahesa masih juga meronta-ronta, ingin melepaskan diri dari Alwan, Rasyid, dan Karin. Namun ketiga orang itu menahannya sangat kuat, termasuk Karin yang tubuhnya jauh lebih ramping dari tubuh Ziva dan Tari. Ketika airnya hampir habis, makhluk yang berdiam dalam tubuh Mahesa selama ini akhirnya keluar dan menyerah. Perlawanan yang Raja lakukan melalui air itu membuatnya tidak lagi bisa bertahan di dalam tubuh tersebut.

"Ini belum berakhir! Aku akan menguasai tubuh itu pada akhirnya! Tunggu saja pembalasan dari ...."

BYUURRR!!!

Karin menyiram ke arah makhluk itu, usai merebut botol yang masih Raja pegang. Sisa air yang ada di botol itu akhirnya benar-benar habis total. Alwan dan Rasyid melepaskan Mahesa yang tubuhnya kembali lemas. Nafas mereka naik-turun tak beraturan akibat mengeluarkan banyak tenaga.

"Rin ... terima kasih atas saran dan bantuannya barusan. Tapi, aku tetap mau bertanya soal saranmu tadi. Dari mana kamu tahu, kalau kita berempat harus melakukan hal seperti itu terhadap Mahesa?" tanya Raja, tampak masih kebingungan.

* * *

SAMPAI JUMPA BESOK 🥰

TELUH BANYUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang