18 | Makhluk Lain Yang Muncul

730 76 64
                                    

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Burhan buru-buru meninggalkan rumah untuk menyusul Nasya, karena saat ini sedang ditawan oleh orang yang membantu Mahesa. Ia tidak membawa banyak hal dari rumah, akibat panik saat melihat putri kesayangannya tidak berdaya dan terikat pada sebuah pohon. Ia tidak menyangka kalau Nasya akan ketahuan, saat sedang memata-matai rumah orangtua Mahesa. Biasanya Nasya sama sekali tidak pernah tertangkap, meski sedang memata-matai seseorang dari jarak begitu dekat. Burhan sudah membekalinya dengan ajian susupan yang bisa membuat keberadaannya tidak diketahui. Sayangnya--entah bagaimana, menurut Burhan--ajian susupan itu sama sekali tidak bekerja pada diri Nasya kali ini. Hal itu mengakibatkan keberadaan Nasya diketahui hingga akhirnya tertangkap.

Dan yang lebih tidak Burhan sangka--selain daripada tidak bekerjanya ajian susupan terhadap diri Nasya--adalah orang yang membantu Mahesa, agar bisa terlepas dari teluh banyu kirimannya. Ia memperhatikan dengan seksama orang itu ketika sedang bicara dengannya melalui video call. Orang itu adalah wanita, sosok yang tidak pernah Burhan duga akan muncul di tengah kegiatan perdukunannya.

"Wanita itu masih sangat muda. Dia bahkan kelihatannya belum menginjak usia empat puluh tahunan. Bagaimana bisa perempuan itu memberi perlawanan, hingga aku harus kehilangan dua makhluk utusanku yang paling ganas? Ilmu apa yang dia pelajari sebenarnya?" batin Burhan, tidak bisa tenang.

Di halaman rumah orangtua Mahesa kini telah berjaga beberapa orang Polisi. Ridho memanggil anak buahnya yang sudah biasa melihat pekerjaan di bawah kepemimpinan Tari. Mereka adalah orang-orang yang sudah biasa melihat para korban teluh dan juga terbiasa melihat bagaimana cara teluh itu dilepaskan dari korban. Kini tugas mereka adalah menjaga Nasya yang masih terikat di pohon jambu. Meski mereka tidak berjaga secara terang-terangan--demi menghindari serangan dari Burhan, nantinya--setidaknya dari tempat mereka sembunyi keberadaan Nasya tetap bisa dilihat sangat jelas.

Raja dan Alwan akan memegangi tubuh Mahesa seperti tadi. Biasanya Alwan akan berdampingan dengan Mika jika bekerja, untuk menunggu kedatangan si pengirim teluh di depan rumah. Sayangnya, kali itu Rasyid jelas butuh bantuan dua orang pria untuk memegangi tubuh Mahesa yang sangat lemas. Raja seorang tidak akan cukup kuat untuk menahan bobot tubuh Mahesa, yang keadaan perutnya masih membuncit. Akhirnya bagian luar rumah tersebut dijaga oleh Ziva, Tari, dan Hani. Mereka bertiga akan menunggu kedatangan Burhan sambil memantau Nasya yang masih saja terus berontak di bawah pohon jambu.

"Aku akan meruqyah bagian luar tubuhnya lagi, pada ruqyah kedua ini. Tepatnya, aku akan meruqyah bagian bawah tubuhnya, mulai dari pinggang sampai ujung kaki," ujar Rasyid.

"Aku dan Raja akan memegangi lengannya agar Mahesa tidak berontak," sahut Alwan.

"A--apakah akan terasa sakit, Kak?" tanya Mahesa, lirih.

"Memang akan sakit, Mahesa. Tapi percayalah pada kami, hanya ini jalan satu-satunya agar teluh banyu itu terlepas dari dirimu. Ingat saja Bapak dan Ibumu saat dirimu sedang diruqyah. Banyak-banyaklah beristighfar," jawab Raja, tidak menutupi apa pun.

Mahesa pun menoleh ke arah Bapak dan Ibunya yang masih berdiri di perbatasan ruang tamu ke rumah tengah. Kedua matanya berkaca-kaca, seakan ada banyak hal yang ingin sekali ia ungkapkan saat itu kepada mereka.

"Sabar, Nak. Ikuti saja sampai tuntas, ya. Bapak sama Ibu ada di sini. Kami tidak akan ke mana-mana," ujar Mawar, berusaha menguatkan putranya.

Setelah mendengar Ibunya bicara, Mahesa pun kembali menatap ke arah langit-langit rumah. Ia mulai beristighfar seperti yang disarankan oleh Raja, demi mendapatkan ketenangan sebelum dirinya merasakan sakit ketika ruqyah akan kembali dimulai.

Rasyid sudah benar-benar siap untuk melaksanakan ruqyah kedua pada Mahesa. Karin kini berdiam di dekat botol-botol berisi air yang sudah didoakan. Sekarang Farhan, Mawar, dan Junira tidak akan melewati batas yang sejak tadi ia jaga. Jadi dirinya bisa memberikan bantuan pada tim, apabila ada hal mendesak yang tiba-tiba terjadi.

"A'udzubillah himinasy syaitonnirojim. Bismillahirrahmanirrahim. A'udzu bi wajhillahil kariim wa bi kalimatillahit tammati lati la yujawizuhunna barrun wala faajirun min syarri maa yanzilu minas sama'i, wa min syarri ma ya'ruju fiha, wa min syarri ma dzara'a fil ardhi, wa min syarri ma yakhruju minha, wa min fitanil laili wan nahari, wa min thoriqil laili wannahari, illa thariqan yanthiqu bi khairin, ya rahman. Robbi a'uudzubika min hamazaatisy syayaathiin wa a'udzubika robbi ayyahdhuruun."

Rasyid pun mulai mengusapkan handuk--yang tadi sudah ia rendam di dalam baskom berukuran sedang--ke bagian pinggang Mahesa yang terbalut oleh sarung.

"ARRRRGGGGGGGGHHHHHH!!! SAKIT KAK!!! SAKIT, YA ALLAH!!! SAKIT!!!" teriak Mahesa, sangat keras.

"Istighfar, Mahesa. Istighfar," bisik Raja.

"Astaghfirullah hal 'adzim. Astaghfirullah hal 'adzim. Astaghfirullah hal 'adzim," tuntun Alwan, tepat di telinga Mahesa.

"As ... tagh ... firu ... llah ..." Mahesa berusaha.

Rasyid selesai mengusap bagian pinggang Mahesa, lalu kembali mengangkat handuk tersebut dan kembali merendamnya ke dalam baskom. Mahesa kini kembali ditenangkan oleh Alwan dan Raja. Dia dituntun untuk beristighfar tanpa henti, agar rasa sakitnya menghilang perlahan. Rasyid terlihat akan kembali mengusap bagian paha Mahesa. Baru saja tangannya masuk ke dalam sarung yang Mahesa pakai, keadaan mendadak berubah dan terasa jauh lebih dingin daripada sebelumnya. Alwan, Rasyid, Raja, dan Karin merasakan perubahan itu. Raja mulai waspada dan terus mengawasi ke sekeliling mereka untuk mewaspadai adanya serangan makhluk halus.

"A'udzu bi wajhillahil kariim wa bi kalimatillahit tammati lati la yujawizuhunna barrun wala faajirun min syarri maa yanzilu minas sama'i, wa min syarri ma ya'ruju fiha, wa min syarri ma dzara'a fil ardhi, wa min syarri ma yakhruju minha, wa min fitanil laili wan nahari, wa min thoriqil laili wannahari, illa thariqan yanthiqu bi khairin, ya rahman. Robbi a'uudzubika min hamazaatisy syayaathiin wa a'udzubika robbi ayyahdhuruun."

"ARRRRGGGGGGGGHHHHHH!!! ALLAHU AKBAR, KAK!!! SAKIT!!!"

Sesosok makhluk halus akhirnya muncul dari arah belakang Rasyid. Makhluk itu hendak menyerang Rasyid, sebagai orang yang sedang meruqyah Mahesa agar upaya ruqyah tersebut gagal. Raja melihat makhluk itu dan baru saja akan memperingatkan Rasyid, namun usahanya kalah cepat dengan gerakan Karin yang sudah berlari dari posisinya untuk menyiramkan air ke arah makhluk halus tersebut.

BYUURRR!!!

Makhluk halus itu pun menghilang dalam sekejap, meski Rasyid harus terkena sedikit siraman air seperti yang tadi terjadi. Alwan terlihat kaget dengan apa yang Karin lakukan saat itu. Ia dan Rasyid menatap ke arah Raja, seakan butuh penjelasan.

"Ada makhluk halus yang muncul di belakangmu, Ras. Aku baru mau kasih tahu kamu, tapi Karin sudah duluan menyiram ke arah makhluk itu," ujar Raja.

Tatapan Alwan pun langsung kembali ke arah Karin.

"Kamu lihat makhluk halus yang Raja maksud, Dek?" tanyanya.

"Iya, Mas. Aku lihat. Memangnya Mas Alwan tidak lihat? Bukannya makhluk halus tadi sama saja dengan makhluk yang menyerang Mika, ya?" Karin balik bertanya.

Semua terdiam di tempat masing-masing, usai mendengar jawaban dan pertanyaan dari Karin.

"Dek, seharusnya cuma Raja yang bisa lihat makhluk halus barusan. Makhluk halus itu tidak menampakkan diri pada semua orang seperti makhluk yang tadi. Jadi ... sepertinya kita harus menanyakan soal penglihatanmu pada Ziva setelah semuanya selesai," jawab Alwan.

* * *

TELUH BANYUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang