Chapter 17

3.8K 142 2
                                    

1 Minggu kemudian

Sudah seminggu Qia di rawat di rumah sakit. Keadaannya sudah mulai membaik. Sore ini dia akan di pulangkan setelah cairan infusnya habis.

Seminggu ini Qia tidak melihat Aiden, dan seminggu ini pula Qia tidak mau bertemu dengan Lingga. Setiap Lingga datang ke rumah sakit, Qia akan mengusirnya.

Tentu saja kalian tau alasannya.

"Bi, tolong panggil dokter dong. Ini infus Qia udah habis. Qia gak sabar mau pulang." Kata Qia.

Saat ini Qia hanya berdua dengan bi Ijah.

"Baik non." Bi Ijah kemudian pergi dari ruangan Qia.

"Hahh monoton banget sih hidup gue." Gumam Qia.

...

"Abang, perempuan kemarin yang Abang tabrak gimana keadaannya?" Tanya perempuan hamil, panggil saja namanya Dinda.

"Dia udah membaik. Abang dengar dia udah di perbolehkan pulang hari ini." Kata Aiden sambil mengganti channel TV

"Dia gadis yang baik ya bang. Aku suka liat dia. Kayanya dia seumuran sama abang deh." Kata Dinda sambil mengelus perutnya yang membuncit.

"Dia emang baik." Kata Aiden.

"Oh iya, kandungan kamu udah masuk bulan ke berapa."

"Seminggu lagi udah masuk bulan ke tujuh bang. Aku gak sabar deh liat anak aku lahir." Ucap Dinda dengan bahagia.

"Kamu harus jaga jaga diri ya. Abang gak mau kamu sama ponakan Abang ini kenapa napa." Kata Aiden menasehati.

"Iya bang, Abang tenang aja." Kata Dinda. "Abang, bisa gak Abang bawa orang yang udah nyelamatin Dinda ke rumah. Dinda mau ucapin terima kasih sama dia." Lanjut Dinda.

"Kapan kapan ya."

...

Qia saat ini telah sampai di kamarnya. Pikirannya melayang pada kejadian kecelakaan yang dialaminya. Kemudian pikirannya beralih lagi kenyataan yang benar benar membungkamnya.

"Hah gue gak salah apa apa juga, gue yang kena imbasnya. Lingga brengsek, gue benci banget sama tuh mahluk sialan. Ah anjing banget tuh dia!"

Kesal Qia sambil meremas remas guling yang ada di dekatnya.

Tok tok tok

Pintu kamar Qia di ketok oleh seseorang.

"Masuk."

Lingga masuk ke kamar Qia dengan pelan.

'ckk, ngapain dia lagi sih. Gue udah muak liat tu muka dia.' batin Qia.

"NGAPAIN LO KE SINI ANJENG! KELUAR LO! GUE JIJIK LIAT WAJAH SIALAN LO. ANJING, KELUAR GAK LO!" Teriak Qia ke arah Lingga.

"Qia! Lo gak sopan banget sih sama gue. Gue lebih tua dari lo. Dan kenapa lo se marah itu sama gue!" Tanya Lingga sambil mendekat ke arah ranjang Qia.

"BACOT ANJING, KELUAR LO SIALAN." Teriak Qia lagi menghiraukan perkataan lingga.

"QIA!"

"Lo kenapa semarah ini sama gue. Apa salah gue sama lo. Kenapa lo gak mau ketemu sama gue." Tanya Lingga yang sekarang telah duduk di atas kasur Qia.

Qia benar benar marah saat ini saat melihat Lingga.

"Anjing! Kesalahan lo sangat besar bangsat. Gue gak suka liat wajah brengsek lo. Gue benci sama lo lingga!" Kata Qia menunjuk ke arah Lingga.

Lingga menangkap tangan Qia yang menunjuknya. Qia pun memberontak tapi di tahan oleh Lingga.

"Bilang sama gue. Apa kesalahan gue, Qia. Lo gak bisa marah marah ke gue tanpa sebab, sialan!" Kata Lingga mencekram kuat tangan Qia.

"Apa rahasia besar yang lo sembunyiin dari gue? Apa rahasia besar yang sampai sampai lo mau ngelakuin hal bodoh yang gue suruh? Apa rahasia besar itu, lingga!"

Lingga yang mendengar pertanyaan tersebut terdiam. Cengkraman tangan lingga mulai memelan dan saat itu juga Qia menepis tangan lingga.

"Jawab gue lingga!" Tekan Qia.

PLAK

Kepala lingga tertoleh ke kanan akibat tamparan dari Qia.

"Tanggung jawab."

"Gue gak mau. Gue masih mau nikmatin hidup gue." Kata Lingga pelan.

"Trus, lo gak mikir cewek yang lo Hamilin itu, hah! Dia juga sama kaya lo. Dia juga mau nikmatin masa mudanya. Dia juga ingin sekolah kaya lo. Tapi lo dengan bejatnya mengambil kesuciannya. Lo brengsek Lingga." Kata Qia dengan tajam.

Lingga terdiam mendengar perkataan Qia. Sungguh dia sangat menyesal. Andai waktu bisa di putar kembali. Dia tidak akan melakukan hal yang sangat memalukan itu.

Mata Lingga berkaca kaca. Pelupuk matanya sudah tidak bisa menahan air matanya. Lingga menangis.

"Maaf." Lirih lingga.

"Lo tau Lingga. Akibat ulah lo ini, akibatnya gak berdampak buat lo doang. Tapi gue juga. Lo liat, kaki gue gak bisa berjalan karena ulah lo. Dan yang ngelakuin ini adalah Abang dari korban yang ingin balas dendam ke lo. Dan gue perantaranya. Lo ngerti maksud gue kan." Jelas Qia.

Lingga yang mendengar itu hanya menunduk. Bahkan untuk melihat Qia saja lingga tidak sanggup. Dia benar benar lelaki brengsek.

"Apa yang harus gue lakuin untuk menebus itu semua?"

"Nikahi dia!"

...

BRAK

BRAK

"KEMBALIKAN ANAKKU. AKU MAU ANAKKU. KU MOHON KEMBALIKAN WILLIAM!"

"AKU TIDAK MAU KEHILANGAN ANAK KU. KAU PRIA JAHAT"

"KAU JAHAT SIALAN."

Teriakan seorang wanita menggema di dalam sebuah kamar.

Tok tok tok

"MA BUKA PINTUNYA."

Tok tok tok

"BUKA PINTUNYA MA!"

"Shit!"

BRAK BRAK

Dobrakan pintu tersebut akhirnya berhasil. Pemuda itu langsung menghampiri mamanya dan memeluknya.

"Kembalikan anakku sialan!" Tangisan wanita itu benar benar menyayat hati.

Pemuda itu sampai meneteskan air matanya tidak sanggup mendengarkan ini semua.

"Mama tenang aja. Aku akan balas dendam sama lelaki sialan itu. Aku mohon jangan kaya gini. Aku gak sanggup liat mama kaya gini." Ucap pemuda itu yang terus memeluk mamanya.

'sialan lo William. Gue akan balas dendam sama lo, walaupun nyawa gue taruhannya.' batin pemuda itu.



Sorry yaa makin gak jelas ceritanya.

Beri kata penyemangat dong. Biar aku semangat lagi nulis ceritanya.

Dah lah, see you♡

TRANSMIGRASI KEISYA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang