BRAKK
PRANGG
Nanggala pulang dengan keadaan marah. Dia menghempaskan semua barang yang berada di hadapannya. Hingga Gucci kesayangan Mona ikut menjadi sasaran kemarahannya.
"SIALAN! BANGSAT."
Nanggala benar benar tidak dapat mengontrol emosinya. Dia benar benar kesal melihat Qia yang berdekatan dengan lelaki lain. Apakah salah dia memukul lelaki itu? Kenapa Qia yang jadinya marah padanya?
"Ya ampun Nanggala. Kamu kenapa nak?" Mona datang dari arah dapur setelah mendengar keributan yang ternyata di perbuat oleh anak tirinya.
Nanggala menatap tajam Mona. "Pergi! Jangan ganggu gue!" Tekan Nanggala pada Mona.
"Gala! Kamu kalo ada masalah sini cerita sama bunda." Kata Mona dengan lembut. Dia hanya berusaha dekat dengan Nanggala. Walaupun tampak sekali kalau Nanggala tidak menyukainya.
"Anjing! Jangan sebut nama gue pake mulut sialan lo." Bentak Nanggala. Mona tersentak mendengar perkataan Nanggala. Tanpa sadar air mata Mona luruh begitu saja.
Nanggala tidak memperdulikan Mona dan pergi dari sana.
...
Pagi yang cerah tapi tidak secerah hati Qia. Qia saat ini telah berada di dalam kelasnya. Pagi pagi sekali Qia berangkat ke sekolah. Dia terlalu malas bertemu dengan Alvaro.
"Huuhh bosan banget gue." Gumam Qia.
Qia hanya seorang diri saat ini. Jam masih menunjukkan pukul 06:30. Tentu saja belum ada murid yang datang.
Setelah beberapa lama akhirnya seorang siswa masuk ke kelasnya. Dia Aiden.
Rasanya sudah sangat lama Qia tidak bersapaan dengan Aiden. Entah dari mana permasalahannya dengan Aiden. Yang jelas hingga saat ini hubungan Qia dengan Aiden belum membaik.
Qia bangkit dari tempat duduknya menuju meja Aiden yang berada di pojok. Sebulan yang lalu pembagian tempat duduk sudah di atur kembali. Hal ini membuat Qia dan Aiden duduk berjauhan.
Qia menepuk pelan bahu Aiden. Aiden yang terusik mengangkat kepalanya. Pandangan mereka berdua bertemu.
"Hallo Aidun." Sapa Qia sambil tersenyum. Aiden merasa Dejavu dengan sapaan Qia ini. Sudah lama sekali rasanya dia tidak mendengarkan panggilan Aidun itu dari mulut Qia.
Qia meletakkan satu tongkatnya dan menyeret sebuah bangku yang berada tepat di depan meja Aiden. Meletakkan di samping meja Aiden dan duduk di sana.
Dengan masih tersenyum, Qia mengangkat tangan kanannya seakan ingin berjabatan dengan Aiden.
"Dun! Gue minta maaf kalo gue ada salah sama lo."
Aiden masih mematung dengan sikap Qia. Setelah beberapa saat Aiden tersadar dari lamunannya. Dia bangkit dan akan pergi meninggalkan Qia.
Qia menggapai tangan Aiden. "Den! Gue salah apa sama lo? Kenapa lo diamin gue kaya gini? Bilang sama gue! Jangan kaya gini, gue gak suka." Kata Qia penuh penekanan. Aiden membalik dan menatap Qia.
'lo gak salah Qia. Gue yang salah, karna gak bisa tahan perasaan gue sama lo.'
"Lepas!"
Qia tertunduk. "Gue kesulitan semenjak gak ada lo. Gue tertekan dengan dengan kehidupan Qia. Gue butuh teman cerita kaya lo Aiden." Qia melepaskan pegangannya pada tangan Aiden. Kepalanya terangkat, disana Aiden melihat mata Qia yang berair.
"Gue minta maaf kalo gue ada salah hiks." Sudah tidak bisa lagi Qia menahan tangisnya. Entah kenapa, akhir akhir ini perasaan Qia semakin sensitif. Apa mungkin tamu bulanannya akan datang?
KAMU SEDANG MEMBACA
TRANSMIGRASI KEISYA (On Going)
Teen FictionBagaimana jadinya jika seorang gadis bar bar bertransmigrasi ke tubuh seorang gadis yang di benci oleh keluarganya? Itulah yang di alami oleh Keisya Ananta Prima. Seorang gadis yang awalnya mempunyai kehidupan tenang, namun setelah dinyatakan mening...