Chapter 32

2.2K 95 7
                                    

Tandai kalo ada typo 💙

Happy reading

Sepulang sekolah Qia dan Lingga langsung berhadapan dengan William. Di ruang kerja William suasana tampak mencekam dengan William yang hanya memandang tajam ke arah mereka berdua.

"Apa yang ingin kamu bicarakan!?" Tanya William tanpa basa basi sedikitpun.

"Ee itu dad, Lingga yang mau bicara.!!"kata Qia menunjuk Lingga. Hal itu langsung membuat Lingga terbelalak. Matanya kemudian menatap memohon ke arah Qia.

"Y-yaudah Qia pa-mit dulu." Kata Qia bergegas kabur dari ruangan William. Sungguh ini lebih mengerikan dari pada masuk ruangan Nina.

Tinggallah Lingga yang duduk berhadapan dengan William. Wajahnya tampak pucat dengan tangan yang saling bertaut.

"Apa yang ingin kamu bicarakan?" Kali ini nadanya terdengar lebih dingin dari yang tadi. William cukup marah dengan Qia yang membuang waktunya.

Lingga berkeringat dingin. Tidak mungkin dia akan membicarakan itu saat William memandangnya seperti mangsa.

'Qia bangsat. Awas aja lo ntar😡.'

"Jangan buang waktu daddy Lingga." Tekan William.

"Lin-lingga cuman m-au bilang. K-kalo Lingga sayang Daddy." Setelah mengatakan itu, Lingga langsung berlari. Namun suara William menghentikan langkah Lingga.

"Berhenti!!"

"Panggil adekmu dan kembali ke sini. Jika berani kabur, terima hukumanmu.!!"

Lingga bergegas keluar dari ruangan William menuju kamar Qia. Kakinya melangkah lebar hingga dalam waktu dua menit, Lingga sudah berada di depan pintu kamar Qia.

Brak brak brak.

"QIA! BUKA PINTUNYA, DADDY MANGGIL LO." Teriak Lingga menggedor pintu kamar Qia dengan keras.

"QIA BUKA PINTUNYA ATAU GUE DOBRAK." Kata Lingga lagi. Dia kepalang takut dengan amukan William. Makanya dia memanggil Qia. Lingga tidak mau kena amuk sendirian. Walaupun ini semua salahnya.

Ceklek.

"Apaan sih lo treak treak!! Kena usir lo?!" Tanya Qia ngegas

"Enak aja lo. Itu Daddy manggil Lo." Kata Lingga sambil menunjuk lantai bawah.

"Ngapain Daddy manggil gue. Boong Lo pasti, udah lah Lo terima aja nasib Lo. Jangan ngajak ngajak gue." Kata Qia lagi bersiap menutup pintu. Namun Lingga menahannya.

"Gue serius. Gak bohong. Kali ini percaya sama gue. Kata Daddy kalo kita gak balik ke ruangannya, kita berdua kena hukum." Kata Lingga disertai sedikit kebohongan.

"Yang bener lu?" Kata Qia dengan mata memicing menyelidiki.

"Suwer deh." Kata Lingga sambil mengangkat tangannya membentuk peace.

"Napa lo gak bilang dari tadi sih.!!!" Qia bergegas berlari meninggalkan Lingga yang menggeram kesal.

"Ckk Qia tungguin gue."

Qia dan Lingga tengah berdiam diri di depan pintu ruang kerja William. Mereka berdua saling menyikut untuk membuka pintu itu.

"Lo yang buka!! Gue gak berani." Kata Lingga menyuruh Qia.

"Enak aja lo. Ini kan masalah lo!" Kata Qia sewot. Tentu saja, dia tidak salah sedikitpun. Kenapa jadinya dia yang kena, juga.

"Tetap aja yang di panggil elo." Tunjuk Lingga tidak terima.

TRANSMIGRASI KEISYA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang