Chapter 33

2.2K 98 6
                                    

Qia yang sedang beristirahat di kamarnya di datangi oleh Alvaro. Nampak Alvaro membawa nampan berisi makanan untuk Qia.

"Bang! Gimana keadaan Lingga." Kata Qia. Badannya cukup sakit karna hempasan William dan lagi lagi kakinya ngilu.

"Udah jangan pikirin dia dulu. Dia aman sama bang Lexan." Kata Alvaro.

Alvaro yang baru pulang dari sekolah di kejutkan dengan berita Lingga di bawa ke rumah sakit dan penyebabnya adalah ayahnya sendiri.

Alvaro langsung menyambar kunci motornya untuk menyusul Lingga ke rumah sakit. Namun telepon dari Lexan membuat Alvaro tidak jadi menyusul Lingga. Lexan bilang cukup di rumah dan jaga Qia.

Alvaro kemudian menyusul Qia ke kamarnya dan menemukan Qia yang sedang tiduran dengan air mata yang keluar.

"Hei kamu kenapa?" Tanya Alvaro mengelus kepala Qia.

Qia bangkit dari tidurnya. "Hiks abang... Gimana ke-adaan Lingga bang?!" Tanya Qia dengan sesegukan.

"Maksud kamu apa?" Tanya Alvaro. Dia tidak mengerti dengan perkataan Qia.

Memang benar dia sudah mendapatkan kabar dari orang rumah tentang keadaan Lingga. Namun tetap saja dia tidak mengerti alasan kenapa Daddy marah dan memukuli Lingga bahkan Qia pun ikut menjadi sasaran kemarahan william

"Ta-tadi Daddy marah sama-- Lingga." Kata Qia tersendat. Air matanya terus mengalir mengingat kondisi Lingga yang memprihatinkan.

Alvaro membawa Qia ke dalam dekapannya dengan lembut Alvaro mengelus rambut panjang Qia. "Kenapa marah, hm?" Tanya Alvaro dengan lembut.

"Soalnya-- Daddy marah karna- Lingga hamilin anak orang-- bang!! Terus Daddy pukulin hiks Lingga sampe pingsan. Ling-ga nya berdarah darah bang!!" Jelas Qia di dalam pelukan Alvaro.

Alvaro sangat terkejut dengan fakta yang dia dapatkan hari ini. Jujur saja dia tidak pernah membayangkan kalau adiknya sudah berani mengambil kesucian seseorang sampai hamil pula.

"Sejak kapan?" Tanya Alvaro.

"Sekitaran-- satu tahun lalu." Kata Qia.

Alvaro mengangguk. "Kamu tau siapa gadis itu?" Tanya Alvaro lagi.

Alvaro tidak dapat berbuat apa apa. Mau bagaimana lagi nasi sudah jadi bubur. Tidak ada yang bisa di ulang, sekarang hanya bisa menyesali saja.

"Adeknya Aiden bang. Teman kelas aku!" Jawab Qia sudah sedikit tenang.

"Aiden!!?" Tanya Alvaro cukup terkejut.

"Iya." Jawab Qia.

Alvaro tersadar dari lamunannya saat mendengar pekikan Qia. "Bang!" Pekik Qia.

"Hah Apa?" Tanya alvaro sedikit tersentak.

"Aku tanya kok Abang diam aja, sih." Kata Qia dengan kesal.

"Maaf,. Qia mau tanya apa?" Tanya Alvaro lagi. Dia masih belum bisa menerima fakta kalau Lingga telah menghamili orang lain. Ahh rasanya itu tidak mungkin.

"Kapan kita liat Lingga bang." Ulang Qia lagi dengan ketus.

"Sembuhin dulu badan kamu, nanti kalo kamu udah sembuh, kita baru liat Lingga." Jawab Alvaro mengusap puncak kepala Qia dan menciumnya.

...

Lingga sudah sadar semenjak satu jam yang lalu. Namun mata sebelahnya (kiri) belum bisa di buka akibat pukulan yang William berikan. Jujur saja Lingga sangat Takut dengan kemarahan William tadi. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana kondisinya dan Qia jika Lexan tidak datang.

TRANSMIGRASI KEISYA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang