Chapter 22

3.5K 120 4
                                    


Happy reading

Seminggu telah berlalu. Setelah beberapa kali Qia melatih kakinya, akhirnya Qia sudah mulai bisa menggerakkan kakinya sedikit demi sedikit.

Akhir akhir ini Qia rutin melatih kakinya. Dia tidak mau menyusahkan orang lain. Sekarang Qia sudah mulai berjalan menggunakan tongkat bantu.

"Pemulihan kamu lebih cepat dari yang saya bayangkan Qia." Kata sang dokter pada Qia.

"Iya dok. Qia juga ngucapin makasih karna udah bantu Qia." Kata Qia

"Itu sudah menjadi tugas saya. Saya harap kamu tidak melakukan kegiatan yang berat." Kata dokter tersebut.

"Iya dok. Sekali lagi makasih dok." Kata Qia.

...

Sekembalinya dari rumah sakit, Qia melihat berbagai jenis motor berjejer di depan rumahnya.

'loh motor sapa nih.' batin Qia.

Qia kemudian melangkah ke dalam rumah. Agak sedikit kesusahan karna belum terbiasa menggunakan tongkat.

"Qia pulang!"

Suara Qia mengalikan Lingga dkk dan Alvaro dkk. Tumben mereka berada di rumahnya.

"Dari mana aja kamu Qia! Dan juga ini, kemana kursi roda kamu?" Tanya Alvaro berdiri mendekati Qia.

"Oh Qia dari RS bang. Latihan jalan lagi. Kata dokter Qia udah bisa pake tongkat." Jawab Qia sambil menatap Alvaro.

"Kenapa gak ngajak Abang?" Tanya Alvaro.

"Umm tadi Qia liat Abang sibuk sama laptop abang. Lingga juga tadi asik main game. Qia gak mau ganggu." Jelas Qia lagi.

"Lain kali kalo kamu mau ke RS ajak Abang. Abang bakal luangin waktu buat kamu." Kata Alvaro lembut.

Alvaro kemudian memapah Qia duduk di sofa yang di tempati teman temannya.

'Cogan semua lagi.' batin Qia

Qia duduk antara Alvaro dan Nanggala. Nanggala yang memperhatikan Qia langsung mengembangkan senyumnya.

"Gue nelpon gak di angkat!" Sewot Nanggala.

"Ya sorry, hp gue mati." Jawab Qia.

Qia memperhatikan ketiga sahabat Alvaro. Satu sahabatnya sudah di ketahui namanya. Tapi dua sahabatnya ini, Qia tidak mengetahui namanya sedikitpun!

Qia menoleh pada Nanggala.

"Kak, dua sahabat kakak itu namanya siapa sih?" Bisik Qia pada Nanggala.

Nanggala melirik sebentar kedua sahabatnya. Dahinya sedikit mengernyit mendengar pertanyaan Qia.

"Lo gak tau?" Tanya Nanggala memastikan.

"Gak kak." Jawab Qia dengan tampang polosnya.

'aneh.' batin Nanggala.

"Yang peke hoodie hitam namanya Samudra. Kalo kaos biru namanya Yusuf." Kata Nanggala. Kemudian melirik Qia.

"Ohh. Jadi Samudra sama Yusuf?" Tanya Qia memastikan. Nanggala pun memberi anggukan.

"Napa lo? Panas?" Tanya Gino pada Planet yang menatap Qia dan Nanggala dengan tajam.

Di rumah Qia terdapat dua ruang tamu. Planet dkk duduk di sofa yang berbeda dengan Alvaro.

Planet menatap sekilas ke arah Gino dengan tatapan tajam kemudian mengalihkan kembali pandangannya.

"Gak." Jawab tegas Planet.

"Alah, ngeles aja kerjaan lo." Kata Bagus meledek.

"Hm.. kalian udah tau dimana Arion?" Tanya Koko. Mereka saling berpandangan kemudian menggeleng.

"Gue gak tau. Semenjak di markas, gue gak pernah lagi liat dia." Kata Bagus menghela nafas.

"Gue juga." Sambut Lingga.

"Lo gak bisa lacak?" Tanya Planet menatap Lingga.

Lingga menggeleng. "Gue udah coba, tapi gak bisa." Kata Lingga.

"Kemana yah dia?" Gumam Gino pelan. "Gue jadi merasa bersalah." Lanjutnya.

...

PRANGG

"ARIONN YA TUHAN. APA YANG KAMU LAKUKAN HAHH! INI KENAPA PIRINGNYA PECAH SEMUA!!" Teriakan Sri menggelegar di dalam panti.

"Maaf Bu, Arion gak sengaja. Tadi tangan Rion licin." Katanya pelan.

"HAHH BENAR BENAR YA KAMU. SEKARANG IKUT IBU!!" Sri menarik dengan kasar tangan Arion menuju gudang panti. Dengan tidak berperasaan Sri mendorong Arion sehingga punggungnya terhantam sudut kursi yang ada di sana.

"Aakkh." Arion meringis kesakitan saat punggungnya terasa sakit.

"Kamu ibu kurung di sini sebagai hukuman."

Brakk

Pintu di tutup dengan kuat oleh Sri kemudian menguncinya.

Arion termenung menatapi dirinya yang seperti orang bodoh. Harga dirinya seperti terinjak injak. Padahal sudah 17 tahun. Tapi dia tetap tidak berdaya untuk melawan.

Sebenarnya dia bisa saja melawan Sri. Melihat kelakuan Sri yang benar benar di luar batas. Selama hidupnya dia selalu di siksa oleh Sri, begitupun dengan anak panti lainnya. Banyak dari anak anak panti yang mengadu kepadanya berharap mendapatkan perlindungan. Tapi apa, bahkan dia tidak bisa melindungi dirinya sendiri.

Arion juga tidak mau melawan Sri dikarenakan tidak adanya tempat untuknya pergi. Tidak ada tempat yang bisa di tujunya. Jika dia keluar dari panti apakah dia akan menjadi gelandangan?

Arion terkekeh pelan meratapi nasibnya. Tawanya terdengar pedih diiringi air mata yang mengalir.

Sial, kehidupan macam apa ini.

...

Qia merebahkan tubuhnya di atas kasur. Matanya menangkap lampu yang menyala terang di atas. Pikirannya berkelana jauh.

"Hahh ternyata beneran ada ya yang namanya pindah jiwa. Atau jangan jangan setiap orang yang mati itu, jiwanya pindah ke orang lain? Ah gak mungkin banget!" Kata Qia. "Tapi gue sendiri yang ngalamin." Lanjutnya.

"Ckk ribet banget. Kalau benar setiap orang yang mati itu pindah jiwa, brarti Mak bapak gue juga gitu dong. Atau enggak? Ahh sialan! Napa jadi gini sih." Kata Qia frustasi.

"Gue gak nyaman sialan." Gumam lirih Qia.

Qia benar benar tidak nyaman berada di raga orang lain. Dia rasa seharusnya kasih sayang ini di berikan pada Qia asli. Bukan dirinya.

Qia a.k.a Keisya merasa tidak pantas mendapatkan ini semua. Dia tidak leluasa menjalankan hidupnya jika berada di raga orang lain.

Keisya tidak pantas bahagia. Keisya tidak pantas jatuh cinta. Keisya tidak pantas mendapatkan itu semua. Semua yang dia rasakan ini adalah milik orang lain.

Keisya tidak bisa membayangkan bagaimana jika mereka mengetahui kebenaran tentang identitasnya yang asli.

"Gimana kalau mereka jauhin gue. Atau gak, mereka buang gue!! Anjir, gue gak mau jadi gelandangan! Gue harus siap siap sebelum hari itu datang."Qia bergumam memikirkan kemungkinan yang akan terjadi jika identitasnya terbongkar.

"Gue harus porotin mereka." Kata Qia mengangguk. "Fighting Keisya." Tangan Qia terkepal memberi semangat pada dirinya sendiri.

Vote and comen

TRANSMIGRASI KEISYA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang