Qia, Sean dan Nanggala dkk berada di rumah sakit. Mereka sedang menunggu dokter yang memeriksa Ryan.
Ceklek
"Dok! Gimana keadaan teman saya." Qia langsung menghampiri dokter yang baru keluar dari ruangan Ryan.
"Teman kamu tidak apa apa. Tidak ada tulang yang patah atau luka dalam lainnya. Saya akan memberikan salep untuk memarnya. Kemungkinan empat sampai lima hari kedepan memarnya akan menghilang." Terang dokter tersebut.
Qia mengelus dada. "Syukurlah... Dok apa saya sudah bisa melihat teman saya?" Tanya Qia lagi.
"Sudah. Kalau begitu saya pergi dulu." Dokter itu kemudian pergi dari hadapan mereka. Qia memasuki ruangan Ryan dengan di bantu oleh Sean. Nanggala dkk pun mengikuti dari belakang.
"Ryan!"
Qia berdiri di samping brankar Ryan. Tangannya terulur untuk mengusap rambut Ryan. Ryan yang merasakan usapan tersebut langsung membuka matanya.
"K-keisya." Lirih Ryan sambil tersenyum manis. Mereka yang berada di sana mengernyitkan dahi tidak mengerti
'Keisya?' batin mereka.
Nanggala mendekat berusaha menjauhkan tangan Qia dari kepala Ryan. "Lepasin dia!" Tekan Nanggala.
Qia menepis tangan Nanggala. " Apaan sih lo! Jangan ngatur ngatur gue. Gue gak suka di atur." Tekan Qia tajam.
Qia kemudian beralih lagi pada Ryan. "Ada yang sakit?" Tanya Qia dengan lembut.
Ryan menggeleng. " Gak ada. Gue gak papa, gak usah khawatir." Jawab Ryan. Nanggala yang memperhatikan itu menguatkan kepalan tangannya. Setelah itu di pergi dari sana dengan perasaan marah.
Qia melirik sebentar kemudian beralih lagi pada Ryan. "Lo udah makan? Gue beliin makanan ya!"
"Gak usah. Gue gak lapar."
"Yaudah kalo gitu lo istirahat aja." Ryan mengangguk kemudian merebahkan dirinya.
"Ee Qia kita pulang dulu ya! Ada urusan soalnya." Kata Yusuf berdiri dari duduknya diikuti Samudra. Qia mengangguk." Iya kak! Makasi ya udah nolongin gue."
"Santai aja kali. Yaudah gue pulang dulu."
Setelah kepulangan mereka berdua, Qia hanya terfokus kepada Ryan dan Sean. Alvaro yang berada disana di abaikan oleh Qia.
'maafin Abang dek.'
...
"Uhuk Uhukk."
Sudah dua hari Arion di kurung di dalam gudang. Tanpa di kasih makan dan minum. Punggungnya juga terasa sangat ngilu. Mungkin akibat benturan dua hari yang lalu.
Tok tok tok.
"Bang Rion! Abang di dalam kan?" Suara nan lembut menyapa gendang telinga Arion.
"Bi-uhukk Bila." Dengan pelan Arion memaksakan dirinya mendekat ke arah pintu.
"Abang. Abang ada di dalam kan?" Tanya anak itu lagi.
Setelah sampai di depan pintu. Arion memukul pelan pintu itu.
Bug bug
"Bila ab-abang di dalam." Dengan terbata Arion berusaha menjawab pertanyaan Bila.
"Abang Rion tunggu bentar ya. Bila cari kuncinya dulu." Anak itu segera bergegas pergi dari sana menuju kamar Sri.
Dengan langkah pelan dia memasuki kamar itu. Sri memang jarang mengunci pintu kamarnya karena dia yakin anak anak panti tidak akan berani masuk ke dalam kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRANSMIGRASI KEISYA (On Going)
Teen FictionBagaimana jadinya jika seorang gadis bar bar bertransmigrasi ke tubuh seorang gadis yang di benci oleh keluarganya? Itulah yang di alami oleh Keisya Ananta Prima. Seorang gadis yang awalnya mempunyai kehidupan tenang, namun setelah dinyatakan mening...