Chapter 31

2.3K 94 6
                                    

Sepulang dari rumah Nanggala Qia langsung mendudukkan bokongnya di sofa. Kakinya terasa ngilu. Mungkin saja akibat menendang tangan Nanggala tadi.

"Ngapain dek?" Tanya Alvaro yang datang dari arah dapur.

Qia yang lagi memijit kakinya menoleh ke arah Alvaro. "Ini bang lagi  mijit kaki. Kaki aku ngilu banget." Jawab Qia sembari terus memijit pelan kakinya.

Kening Alvaro mengkerut. Dia meletakkan jus jeruk yang ada di tangannya. Kemudian duduk di samping Qia.

"Kenapa bisa?" Tanya Alvaro mengambil alih kaki Qia ke pangkuannya.

"Itu karna teman abang." Jawab Qia.

"Teman? Nanggala? Samudra? Yusuf?" Tanya Alvaro yang sedang memijit Qia.

"Kak Nanggala." Jawab Qia.

"Bukannya dia gak mau ketemu sama siapapun?" Tanya Alvaro bingung. Pasalnya saat kemarin dia dang yang lain datang, Nanggala tidak menampakkan batang hidungnya. Bahkan suaranya pun tidak terdengar. Hanya kamarnya yang terkunci rapat.

"Iyaa, tapi waktu aku ke sana, dia bukain pintu kamarnya kok." Qia pun mulai menceritakan semua kejadian yang baru dia alami tadi.

"mau bunuh diri?"

Qia mengangguk "iyaa. Makanya aku tendang tuh pisau. Sekarang kaki aku sakit." Jelas Qia.

"Gimana bisa? Kamu kan pakai tong-- loh tongkat kamu mana?" Tanya Alvaro saat tidak melihat tongkat Qia.

"Tadi pagi aku coba gak pake tongkat ke sekolah. Dan aku bisa. Kaki aku juga gak sakit. Tapi kejadian tadi, buat kaki aku sakit lagi." Jelas Qia. Alvaro mengangguk paham.

"Oh iya bang. Daddy kemana, kok akhir akhir ini aku jarang liat Daddy? Bang Lexan juga." Tanya Qia.

"Ada. Daddy lembur, bang Lexan juga. Pergi pagi pulang malam." Jawab Alvaro. Qia pun mengangguk paham.

"Kenapa kamu nanya Daddy?" Tanya Alvaro kepo.

"Gak! Cuma jarang liat aja. Aku kangen soalnya." Jawab Qia.

...

Qia tersentak dari tidurnya. Pandangannya terganggu akibat Lambu yang menyala. Benar! Qia tidak dapat tidur kalau lampu mati.

"Jam berapa ya?" Gumam Qia sambil melihat jam weker yang berada dia tas nakas.

02:22

"Setengah tiga. Duh aus banget lagi." Gumam Qia.

Qia menyibakkan selimut dan pergi ke bawah. Tujuannya adalah dapur. Saat membuka pintu kamar, suasana yang di dapatkan oleh Qia adalah gelap.

"Njirr gelap banget. Gue takut." Gumamnya sambil mengelus lengannya yang meremang.

Sesampainya di dapur, Qia langsung mengambil air putih dan meminumnya.

"Ekhem."

"Uhukk."

Suara seseorang dari belakang mengagetkan Qia hingga ia tersedak. Qia bergegas membalik badan dan ternyata--

"Daddy."

William berada di belakang Qia dengan pandangan yang selalu datar. Sepertinya baru balik dari kantor terlihat dari pakaian dan tas yang berada di tangannya.

"Ngapain?" Tanya William tenang.

"Oo emm itu Qia haus dad. Mau minum." Jawab Qia dengan kikuk. Dia jarang sekali bersapaan dengan William. Wajar saja dia merasa canggung.

William kemudian pergi dari hadapan Qia.

Qia yang tersadar akan sesuatu langsung menghentikan langkah William.

TRANSMIGRASI KEISYA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang