12

1.3K 128 6
                                    

pada pukul 05.00 dini hari christy terbangun lebih awal tidak seperti biasanya.

"duuuhh susah banget si lepasnya" ucap christy berusaha melepaskan diri dari dekapan erat shani.

"hmm dek" ucap shani yang membuat christy langsung mendongakkan kepalanya ke atas melihat wajah cicinya yang ternyata hanya ngigau.

"bobo lagi ya cici cayang" ucap christy sambil mengepok pantat shani agar kembali tertidur nyenyak.

setelah berusaha keras akhirnya christy terlepas dan mengganti dirinya dengan bantal guling agar cicinya tau jika itu adalah dia.

"kenapa semuanya malah tidur di sini si, harus hati hati ni" ucap christy melihat ke arah jinan gracia dan chika.

"semoga ga kebangun" ucap christy berjalan pelan ke arah lemari untuk mengambil seragamnya.

christy memutuskan untuk mandi dan bersiap di kamar chika dan gracia agar mereka tidak terusiak dan dia bisa langsung kabur ke sekolah sebelum di hujani pertanyaan mematikan dari kakaknya, apalagi dari jinan dan shani yang membuatnya meriding membayangkan wajah menyeramkan keduanya tadi malam lalu entah apa yang terjadi selanjutnya dia tidak ingat apapun, saat sadar dia sudah berada dalam dekapan hangat cicinya.

"masih gelap si, tapi gua harus cepet kabur sebelum mereka bangun" ucap christy berdiri di pintu depan rumah dengan kemeja seragamnya yang tidak di kancing.

"lah, kapan tangan gua di perban" ucap christy saat sadar jika penban di tangannya sudah basah saat dia mandi tadi.

christy membuka paksa perban itu dan malah membuat darahnya keluar lagi.

"nyebelin banget si ni luka" ucap christy berjalan ke arah dapur untuk membilas darah yang mengalir di tangannya.

"duuuhh berhenti doong, nanti yang lain keburu bangun" ucap chrity sambil membilas tangannya dan menekannya agar darahnya berhenti, seakan tidak merasakan sakit christy makin menekan kuat lukanya yang malah mengeluarkan banyak darah.

saat sedang ngedumel sendiri tiba tiba ada tangan yang dengan cepat menarik tangannya yang terluka.

"ci-ci" ucap christy pelan karna kaget dengan shani yang kini menatap matanya lekat.

shani mematikan keran air lalu langsung menggendong christy berjalan ke arah ruang tamu dengan cepat.

"kamu tunggu di sini, dan jangan coba kabur" ucap shani penuh penekanan setelah mendudukkan adiknya di sofa.

shani berlari untuk mengambil kotak obat di kamarnya.

"duuh mati gua, harus cepat cepat kabur ni" ucap christy berjalan cepat ke pintu rumah namun tangannya keburu di tahan shani.

"mau kemana ?" ucap shani pelan namun membuat christy merinding mendengarnya.

christy hanya diam  menunduk tak berani melihat cicinya, shani mengambil nafas dalam lalu menggendongnya lagi  ke sofa.

"mana sini tangannya aku obatin" ucap shani datar tanpa ekspresi membuat christy menatapnya dengan mata yang berkaca kaca.

"ga usah nangis" ucap shani datar sembari membalut tangan christy dengan perban.

christy hanya diam berusaha menahan tangisnya.

"jangan berani sekolah sebelum sarapan" ucap shani  menggendong christy ke arah ruang makan lalu mendudukkannya di kursi sebelum menyiapkan sarapan untuk mereka.

tak lama setelah shani selesai masak kini ke tiga kakaknya yang lain sudah berada di ruang makan.

"dek, sini ka chika suapin" ucap chika hendak mengambil piring adiknya namun tangannya di tahan gracia.

PESAWAT KERTAS UNTUK CICITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang