40 : Maaf ( TinCan)

30 4 0
                                    

💙💚💙💚

TIN

Akhir-akhir ini aku merasa sangat lelah karena banyak hal yang terjadi di sekitarku. Hidupku sangat membosankan seperti biasanya dan itu baru kusadari akhir-akhir ini.

Beberapa tahun terakhir ini tidak ada yang berubah dari rutinitas sehari-hariku yang kulakukan setiap hari, seperti bangun pagi, mandi, dan berangkat ke kampus. Bayangkan melakukan semua hal ini sendirian tanpa berbicara dengan siapa pun dan melakukan rutinitas itu sehari-hari, satu-satunya alasan mengapa aku selalu mengikuti rutinitas tersebut adalah karena rutinitas itu pasti akan berguna bagiku di masa depan.

Ya, Aku menghabiskan beberapa waktu luang dengan menulis catatan di ruang konferensi, membaca beberapa artikel penting di perpustakaan, pergi ke gym untuk mengencangkan otot tubuhku, dan kemudian kembali ke rumah untuk mempelajari dokumen yang berhasil kukumpulkan bersama ayahku, yang mana ayahku mengijinkanku melakukannya, namun ayahku tidak ingin aku terlibat di dalamnya, karena aku masih sangat muda, menurutnya.

Itu adalah rutinitas lama yang membosankan yang membuatku merasa sangat lelah hanya dengan memikirkannya.

Aku tidak berbicara tentang pekerjaan..

Yang kubicarakan adalah pria yang selalu kusebut idiot yang terus melontarkan kata-kata menghina dan tatapan marah padaku setiap kali kami punya kesempatan bertemu di kampus.

Bukan hanya badan dan pikiranku yang lelah, tapi hatiku, hanya memikirkan tentang anak bodoh itu hampir sepanjang waktuku.

Aku memilih untuk tidak mempunyai belas kasihan daripada merasa kasihan. Namun, ketika otakku sampai pada titik di mana tidak berfungsi dalam rutinitasku sehari-hari, aku selalu bertanya-tanya bagaimana reaksinya jika aku mengatakan bahwa aku tidak berbohong hari itu.

Akankah dia mengubah cara dia menatapku begitu dia mengetahuinya?

"Cukup, Tin, Berhentilah membuang waktumu memikirkan omong kosong itu.

Aku bergumam sambil berjalan menuju ruang makan, berpikir bahwa tidak ada seorang pun yang mau sarapan pagi bersamaku di meja makan, tapi....

"....."

" Ayah! Ayah! Paman Tin sudah bangun."

Aku memandangi keponakan kecilku, tapi di saat yang sama, aku melihat pria yang paling kubenci duduk di sana sedang sarapan bersama Nong Puh.

Cukup mengejutkan melihat mereka tinggal di rumah ini begitu lama.

" lbu ingin Nong' Puh menginap di sini"

Dia tidak menungguku melontarkan pertanyaan itu, melainkan memilih memberikan jawaban yang tidak kuminta.

"Tidak ada yang bertanya."

"melihat wajahmu sepertinya kamu tidak ingin sarapan bersamaku."

Aku menjadi orang yang tidak bisa berkata-kata setelah mendengar dia mengatakan itu langsung di depan wajahku. Tidak mungkin aku ngobrol panjang lebar dengan orang ini.

Aku tahu betul hal ini, bahwa ngobrol sekecil apa pun dengan pria ini hanya akan berakhir dengan perdebatan sengit sampai akulah yang disalahkan. Dia terlalu pintar dan pandai membalikkan keadaan dalam situasi seperti ini.

Bagaimana mungkin aku tidak menjadi marah seperti itu? Dia sangat berhati-hati sejak aku menemukan kebenaran di luar dugaannya. Di hari yang sama aku menyadari bahwa semua kebaikan yang dia lakukan padaku di masa lalu tidak lebih dari sekedar kepura-puraan belaka.

Bagi semua orang, dia selalu menjadi anak yang baik, kakak yang baik, ayah yang baik, dan suami yang baik. Dia begitu perfeksionis sehingga aku tidak percaya semua yang aku dengar darinya hari itu. sampai dia akhirnya mengakui segalanya kepadaku setelah ketahuan.

Love By Chance ( Cinta Secara Kebetulan) -  Terjemahan Indonesia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang